Transkrip
Ladang kami letaknya di pinggir hutan.
Setiap keluarga memiliki ladangnya sendiri,
dan setiap keluarga yang mau membuka ladang baru,
menanam bibit atau pada saat memanen,
maka seluruh penduduk desa wajib membantunya.
Main kumbang adalah hiburan kami di ladang.
Mainan ini kami buat dari batang lidi serta daun nyiur.
Bila diputar suaranya mirip dengan kumbang yang ribut.
Musim tanam telah berlalu.
Ladang-ladang kami tumbuh subur dengan sendirinya,
dipelihara oleh alam serta roh nenek moyang kami.
Ladang sunyi sepi.
Penduduk desa kami mulai meninggalkan ladangnya untuk mencari pekerjaan lain.
Ayah, ibu, serta kakakku pergi mendulang emas.
Hampir setiap sungai di Kalimantan mengandung emas.
Lalu setiap orang bermimpi menjadi kaya,
tapi tak semudah itu.
Hari ini mereka mendapat emas di satu tempat,
besok mereka belum tentu mendapat emas di tempat yang sama.
Emas tidak dapat diburu,
tapi emas akan menghampiri mereka bila mereka sedang bernasib baik.
Penduduk meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mencari bermacam-macam pekerjaan.
Desaku yang hanya dihuni 24 keluarga ini
seperti telah dilupakan.
Ini adalah betang atau rumah panjang suku Dayak.
Betang yang sudah berusia ratusan tahun dan menjadi lambang kejayaan masa lalu suku kami, kini telah ditinggalkan penghuninya.
Tidak ada yang merawat betang ini.
Patung dan bangunannya sudah banyak yang rusak dan hancur.
Dulu ketika keluarga pemilik betang ini masih tinggal disini, desaku tak pernah sepi.
Banyak upacara dan pesta meriah diadakan di sini.