Transkrip

 

 

 

 

 

 

Seluruh penduduk desa berkumpul di sini,

membuat pesta Halunuk

untuk mengucap syukur untuk dewa-dewa.

Para bashir menabuh gendang, menyanyikan lagu-lagu pujian buat para leluhur.

 

Pesta berlangsung semalam suntuk,

meriah dengan musik dan tarian.

 

Semakin malam, orang-orang tambah bersemangat.

Semua orang mabuk tuak.

Para wanita menari Nasai dengan penuh gairah,

larut dalam suka cita pesta adat kami.

 

Semua kemeriahan serta upacara adat itu sekarang hanya tinggal kenangan.

Aku hanya bisa mendengar semua cerita itu dari Pak Likku,

orang yang menjaga betang ini.

 

Betang yang dulu jadi pusat adat istiadat kami telah dilupakan.

Kini, yang tinggal hanya Pak Likku,

sendiri, dan kesepian menjaga rumah sejarah suku kami.

 

Roh leluhur kami senantiasa hidup dan mengawasi desa kami dari puncak tiang ini.