Lim                        Damar Wulan 3 (Part 1)                        04/24/12

24:12 ( dua orang naik kuda)

A (Layang Seto/LS): Dimas, tadi aku dengar banyak para adi patih daerah Pasir Utara yang mulai melakuan pembangunan (?)  terhadap Majapahit, setelah mereka mendengar kemenangan Minankjinggo.

B (Layang Kumiter/LK): Kamas, apa yang sebaiknya kita lakuan?

LS: Kita harus segara beritahu Kanjeng Romo agar tidak didahului orang lain.

LK: Benar, paling tidak akan lupa menanyakan ke mana saja kita pergi beberapa hari.

LK: Ya, ya! Ha! Ha!

(kedua ketawa)

24:38 (penjaga rumah)

Sabda Palon /SP(gemuk): Hai! Dengan seragam prajurit seperti ini, tak seorang pun berani kurang ajar kepada kita.

Naya Genggong /NG (kurus): Yah! Tapi kita kehilangan kebebasan dengan seragam seperti ini. Kita tidak bisa berbuat sebarangan.

SP: Hmmm…

NG: Hi, Apa tau tau, lagak mu seperti badut (?). Hmm…Hmm…! Baru menjadi penjaga ?. Lagaknya seperti tom tam luweh!

SP: Untuk menunjukkan kewibawaan, orang perlu berlagak.

NG: Hai! Kalau kamu sudah seperti Raden Damar Wulan, baru kamu boleh berlagak.

25:22

SP: Ha! Ha! Yang penting, kemarin kau lihat bagaimana aku menguser orang yang memaksa mau masuk kepatihan. Diam saja!

25:38 (dua orang naik kuda memasuki halaman keraton)

SP: Berhenti! (kedua orang yang berkuda terus menuju)

SP: Berhenti!

Layang Seto/LS: Dimas, rupanya ada dua orang gila kesasar di kepatihan?

Ha! Ha! ( kedua ketawa)

Layang Kumetir/ LK: Bukan saja gila, mas. Rupanya mereka sudah bosan.

SP: Hai! Kalian berdua harus memberitahu saya, nama siapa? Berasal dari mana? Mau ke mana? Tujuannya apa?

26:05 (kedua ketawa)

LK: Hai, kalian tau sedang berhadapan dengan siapa? Hah!

26:12

SP: Aku tidak peluli kalian itu siapa? Yang penting, peraturan harus kita hati. Ayo! Mengaku!

26:21

LS: Gila! Gila! Kalian memang telah gila! Pakai pakaian prajurit saja tidak lengkap. Mau jual lagak di depanku. Mana kebau (?) mu? Hah! Mana? Mana?

SP: (melihat lengan sendiri dan menanya NG) Mana?

Itu bukan urusanmu!

LS: Dimas…

LK: (turun dari kuda dan berlawan)

26:59 (Damar Wulan keluar dari dalam)

DW: Tunggu! Tunggu! Hentikan! Maafkan! Mungkin kedua teman saya telah melakukan sikap yang kelebihan sehingga menimbulkan salah fahaman.

LS: Benar! Mereka tidak saja kurang ajar. Tapi sudah berani menghalang-halangi Layang Seto dan Layang Kumetir untuk memasuki kepatihan.

27:26

DW: Siapa pun adanya harus mentaati peraturan Gusti patih. Kami takut kena murka.

LK: Rupanya kamu sama saja. Tidak tahu penyakit. Mari Kang Mas, kita beri ajaran kepada orang dusun ini.

LS: (menendang pasir dari tanah kepada DW dan berlawan)

27:48

Anjasmoro: Kangmas! Jangan Kangmas! Jangan!

LS: Diajeng Anjasmoro! Diajeng -- tidak usah kau campur; monyet gunung ini (Damar Wulan) perlu diberi pelajaran.

28:06

Anjasmono: Sudah! Sudahlah kangmas! Jangan menuruti hati panas. Pasti hal ini terjadi karena salah faham.

LS:  Apapun asalnya, dia telah tindak melampaui batas.

A. Kangmas berdua tidak boleh bertindak sendiri; kakang Damar Wulan hanya sekedar menjalankan tugas yang diperintahkan oleh Kanjeng Romo.

LS.  Ooh --jadi namamu Damar Wulan; dan kau Anjasmoro -- dengan menyebut "kakang" padanya itu membuat monyet gunung jadi semakin besar kepala.

LS.  He -- Damar Wulan -- sore ini nasibmu bagus, tapi ingat...

PL:  Seto!   ...Jangan mengurui aku!

[Damar Wulan diberi tugas menjaga kuda -- Anjasmoro tidak setuju]