Apa Orang Ini Gila?

PsikiaterBilang Deviants Berhak Atas Penampilan Lain

Oleh Chip Rowe

 

Pada 9 April 1974 Asosiasi Psikiatris Amerika voting untuk menghilangkan homoseksual dari Manual Diagnosis dan Statistik Kelainan Mental [DSM].  Saat itu adalah loncatan bagi gerakan hak kaum gay meliputi keamanan, perwatan anak atau kepegawaian yang tak dapat lagi dikategorikan sebagai fakta penyimpangan.

            Pada 19 Mei 2003 Dr. Charles Moser dari Institute for Advanced Study of Human Sexuality mempresentasikan makalah di pertemuan tahunan APA.  Ia dan Peggy Kleinplatz dari Universitas Ottawa menyebut momen bersejarah lainnya: penghapusan dari DSM akan semua ketertarikan sosial tak biasa, termasuk eksibisionis, voyeurism, S&M, frotteurism, cross-dressing dan, paling controversial, pedophilia.

            Dalam makalah itu, yang dipublikasikan di “The Journal of Psychology and Human Sexuality”, Moser dan Kleinplatz bilang bahwa tidak ada bukti paraphilias cocok dengan definisi DSM akan kelainan mental.  Moser bilang dia terkejut menemukan angka statistik dalam 10 halaman tentang penyimpangan, seperti ‘fakta’ adanya 20 pria masokis pada semua wanita, dari studi yang diragukan bahkan tak nyata.  Bagian tersebut juga menawarkan banyak definisi yang memusingkan dan memicu konflik yang membuatnya sulit untuk memutuskan apa yang membedakan fetis akut dari eksentrik yang sehat.  Katanya, sebagai contoh, seorang pasien harus mengalami penderitaan orientasi seksual agar dipertimbangkan sebagai masalah psikologi, lalu mengakui kebanyankan orang tidak seperti itu, seperti dibuktikan kenyataan kalau mereka jarang menemui psikiater.  Studi itu juga mencatat penderitaan pasien tidak sepenuhnya hasil diskrimasi atau penghinaan, ini adalah keluhan paling umum dari paraphiliacs yang mencari bantuan.

            Pertarungan mendefiniskan deviasi telah dimulai dari abad ke-19.  “Selama ribuan tahun perversion telah menjadi properti eksklusif dari gereja, hingga pengobatan mulai mengakuinya,” ujar Alan Soble, profesor dari Universitas New Orleans yang mengedit “Sex From Plato to Paglia: A Philosophical Encyclopedia”.  “Para filsuf merasa perversion harus dihadapkan pada sistim legal jika problematis, tapi bila tidak, siapa yang peduli?  Bagaimana posisinya, paraphilias tetap di DSM karena psikiater ingin berkuasa atas seks.”

            Pernah ada kasus dengan homoseksual, dilabeli sakit mental berdampak implikasi lain.  Bernard Gert, profesor filsafat di Dartmouth, ingat telepon yang diterimanya setelah berdebat tentang paraphalia di edisi tahun 1992 “The Journal of Medicine and Philosophy”. “Seorang cross-dresser yang pernah mengabdi pada militer memberi tahu saya dia sehabis minum-minum bersama temannya sebelum akhirnya melakukan rahasia itu,” ujar Gert.  “Dia memakai pakian wanita hanya untuk pribadi.  Istrinya tahu.  Dia tidak merasa tertekan, tapi dia dikeluarkan karena terbuki menderita kelainan mental.”

            “Di Rusia pernah ada diagnosa psikiatris bernama sluggish schizophrenia,” lanjut Gert. “penyakit dari ketidaksepakatan politik.  Di Amerika yang penting adalah seks, bukan politik, jadi Anda paraphilias.  Saya menganggap mereka pengikut terakhir dari Freudians, yang menganggap semua penyimpangan sebagai penyakit.”

            Aksi Moser dan Kleinplatz mungkin hanya menjadi perbincangan di antara para akademisi kecuali kalau itu tak termasuk pedofilia.  “Kalau kita melakukan voting, ide kalau pedofilia itu gila mungkin akan menang, tapi itu tidak berarti benar secara ilmiah,” ujar Moser.  Dalam makalah mereka, dia dan Kleinplatz menyertakan disclaimer, tertulis kalau “saran kami untuk menghilangkan paraphilias tak berarti aksi seksual terhadap anak bukanlah kejahatan.”  Faktanya, mengenyahkan mereka akan membuat para pencabul kesulitan untuk menggunakan kegiliaan sebagai alasan.

            Poin itu sepenuhnya hilang saat Koalisi Nilai Tradisional dan ekstrimis lain yang bereaksi setelah makalah tersebut keluar di dunia maya tanpa hadirnya disclaimer.  Mereka menuduh para psikiater berpikiran reformasi berkeinginan unutk “menormalisasi siksaan seksual, perversion, dan pencabulan anak-anak.”  Setelah mendapat ribuan telepon dari wartawan yang menanyakan rencana mereka untuk “melegalisasi pedofilia,” Moser dan Kleinplatz mengambil langkah tak biasa dengan mempublikasikan makalah secara online sebelum publikasinya.  Setidaknya sedikit memadamkan api, untuk sekarang.

 

Dari Playboy Februari 2007