Kamis, 16 Februari
2006, 00:56 WIB NASIONAL
https://www.kompas.com//utama/news/0602/16/005631.htm
Berisiko Memberi Hak Pilih pada TNI
Jakarta, Rabu
Gagasan
Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto mengenai prajurit TNI mempunyai hak pilih pada
Pemilu 2009 direspon kontra oleh Wakil Ketua DPR Soetardjo Soejogoeritno.
Soetardjo
di Gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu (15/2) menolak TNI menggunakan hak pilih pada Pemilu 2009
karena politik TNI itu politik negara, bukan politik parpol, kepala daerah atau presiden.
"Saya
pikir UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI itu sudah jelas. Jika sampai TNI berpolitik
mendukung salah satu partai dan jika terjadi konflik Pemilu, maka Indonesia bisa
perang," katanya.
Menurut
Soetardjo tidak ada jaminan sistem komando TNI tidak akan memaksa anggotanya ketika pemilu
untuk memilih partai tertentu. Apalagi solidaritas antar-anggota dan pensiunan TNI itu
terbukti sangat kuat dalam sejarah Indonesia. "Hak pilih itu bisa digunakan jika
mereka sudah pensiun," katanya.
Kalau
mau konsisten, katanya, seharusnya semua pihak merujuk kepada UU NOmor Tahun 342004
tentang TNI di mana TNI tidak boleh terlibat dalam politik praktis. Karena hal itu, selain
menyalahi
aturan juga sangat berbahayakan bagi proses demokrasi di Indonesia.
Hal
yang sama disampaikan anggota Komisi I DPR Yudhi Crisnandy. "Tidak ada jaminan TNI
tidak akan menggunakan kekuatan senjata," kata Yudhi Chrisnandi, politisi dari Partai
Golkar.
Karena
itu Yudhi berharap apa yang diungkapkan Endriartono Sutarto sebagai pendapat pribadi dan
bukan kebijakan yang akan ditempuh TNI. Sejauh itu Panglima TNI yang baru Marsekal TNI
Djoko Suyanto dalam fit and proper test (uji kelayakan dan kepatutan) di
Komisi I DPR RI awal Februari sudah berjanji akan menjadikan TNI profesional dan
tidak berpolitik praktis.
Selain
itu, tingkat pemahaman demokrasi dan harapan profesionalisme TNI belum tercapai
sehingga dikhawatirkan TNI akan memisahkan tugas militer dan sosial politiknya.
"TNI professional dan tidak berpolitik itu harus lebih dulu diwujudkan agar
rakyat tidak khawatir. Selama hal itu belum terwujud maka selalu akan ada kekuatan yang
tarik-menarik antara sipil-militer dalam politik nasional," katanya.
Kekhawatiran
itu juga diungkapkan mantan Ketua Umum DPP Golkar Akbar Tandjung. Ia berharap TNI aktif
sebaiknya tidak usah ikut dalam Pemilu termasuk pencalonan dalam pemilihan kepala daerah
dan lain-lain. Karena itu Panglima TNI Djoko Suyanto diharapkan mengeluarkan keputusan
larangan terhadap anggota TNI aktif untuk terlibat politik paraktis termasuk calon
kepala daerah.
"Saya
kira Panglima TNI mempunyai otoritas untuk membuat keputusan larangan tersebut.
Namun untuk penggunaan hak pilih dalam pemilu 2009, itu silakan saja karena anggota TNI
adalah warga negara biasa dan tentunya mereka harus membaur dengan masyarakat," kata
Akbar Tandjung.
Sumber: Ant
Penulis: Glo