BALI POST

16 Januari, 2003


Indonesian-English Dictionary

 

BaliPost_1

 

BEM Kepung Istana, Mega ''Pindah'' Kantor

Jakarta (Bali Post) -
Janji mengepung Istana Negara hampir saja lunas dibayar. Sekitar tujuh ribu massa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jabotabek bergerak mengepung sebagian Istana Merdeka hingga Sekretariat Negara. Kehadiran mahasiswa yang hiruk-pikuk ini membuat Megawati pindah kantor. Mega memindahkan sementara kantornya ke rumah dinasnya di Jalan Teuku Umar. Sejumlah agendanya dibatalkan. Presiden memilih memanggil menterinya di Jalan Teuku Umar.

Dalam orasi mahasiswa itu diungkapkan, pemerintah saat ini telah menyimpang dari rel reformasi. Tujuan merebut kekuasaan otoriter 1998 lalu adalah mensejahterakan rakyat. Jika kesejahteraan makin hari kian menjauh, itu artinya reformasi telah dibelokkan. Tidak salah jika pemerintah harus diingatkan kembali agar tidak terlalu jauh menyimpang. Dalam aksinya itu, mahasiswa berhasil ''menduduki'' Jalan Merdeka Utara selama beberapa jam. Jalan utama di depan Istana Merdeka ini sempat dikuasai mahasiswa, sehingga arus kendaraan terhenti. Setelah menguasai keadaan, mahasiswa mulai membakar ban bekas. Asap mengepul membahana ke langit Istana. Mahasiswa berteriak-teriak menyuarakan ''revolusi....''

Aksi mahasiswa kali ini memang tak dilakukan sejak pagi. Mereka datang baru sekitar pukul 14.00 WIB. Mahasiswa rupanya ''dibrifing'' dulu dalam sebuah diskusi bertemakan ''Menyelamatkan Indonesia''. Diskusi di Graha Bhakti Taman Ismail Marzuki (TIM) itu dihadiri sejumlah aktivis Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974 seperti Hariman Siregar, Egy Sudjana, Jophie Lasut, Mulyana W. Kusumah dan budayawan WS Rendra. Praktisi hukum Adnan Buyung Nasution dan mantan Menko Polkam Jenderal (Purn) Wiranto pun turut datang.

Di tempat ini, sebagian dari ribuan mahasiswa dari penjuru universitas di Jabotabek berkumpul. Mereka mendengarkan berbagai argumentasi dan presentasi penyaji mengenai arah reformasi dan penyelamatan bangsa. Kondisi politik nasional menunjukkan pemerintahan Mega-Hamzah dinilai gagal dalam menjalankan agenda reformasi. ''Itu sebabnya, kaum muda harus berani memberi warning kepada pemerintah. Bila juga tak didengar, mereka bisa take over reformasi,'' tandas Hariman Siregar, aktivis Malari.

Kondisi politik nasional telah kritis. Kata Hariman, eksekutif dengan angkuhnya telah menerapkan kebijakan secara kaku. Hanya karena Badan Moneter Internasional (IMF), sebuah kebijakan negara bisa dipaksakan kepada rakyat. Menarik subsidi rakyat secara semena-mena tanpa mempertimbangkan kemampuan daya hidup rakyat. Anehnya, dari sisi ini, wakil rakyat justru menjadi legitimasi segala kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. ''Jadi, kita ini dalam kondisi yang sangat tidak kondusif. Wakil rakyat kita sudah tidak berpihak lagi kepada rakyat,'' jelas Hariman. Solusinya, salah satu pihak harus mengalah. Mahasiswa tidak bisa berada di jalanan terus-menerus. Sementara pemerintah tidak boleh pula bersikukuh dengan kebijakan buruknya. Pilihan terbaik adalah menunda atau mencabut kebijakan menaikkan BBM. ''Jika tidak ada yang mengalah, saya khawatir akan muncul chaos. Ongkos politiknya justru makin besar,'' tambah Hariman.

Mulyana W. Kusumah memberi solusi. Mega harus merespons tuntutan mahasiswa. Tuntutan ini real, tidak mengada-ada, apalagi direkayasa. Penolakan dilakukan rakyat secara masif, meluas, di seluruh penjuru Tanah Air. Tuntutan pun menyentuh langsung ke sasaran dan sangat aspiratif, yakni menolak kenaikan BBM. ''Ini indikasi tuntutan murni. Mahasiswa merespons kesulitan rakyat dan menyuarakannya. Pemerintah tak bisa berpaling,'' katanya.

Setelah dari sini, sekitar pukul 12.30 WIB massa mahasiswa bergelombang datang ke bundaran Hotel Indonesia. Ada yang memakai bus, metromini, dan kendaraan pribadi. Banyak pula yang menumpang angkutan umum. Massa datang secara bergelombang. Setelah berkumpul ribuan, mahasiswa dari berbagai kampus, di antaranya UI, Trisakti, IISIP, Jayabaya, IPB, Atmajaya, IAIN, Universitas Jakarta (IKIP Jakarta), Moestopo Beragama, bergerak ke Istana dengan jalan kaki.

Di tempat ini, lantas dilakukan orasi-orasi untuk menyatukan visi, menolak kenaikan BBM, TDL, dan telepon. Di awal aksi, mahasiswa sempat terlibat aksi dorong dengan petugas. Aparat keamanan yang memagarbetis Istana Merdeka sempat kerepotan. Jumlah aparat kepolisian dengan massa pengunjuk rasa tidak seimbang. Tetapi, aksi ini tak berlangsung lama. Mahasiswa menenangkan diri. Pun demikian petugas. Gulungan kawat berduri tetap menjadi barikade utama agar massa tak bisa menembus halaman Istana.

Di dalam halaman, sudah siaga sekitar satu SSK pasukan Kodam Jaya dengan persenjataan lengkap, dua unit water canon, dua unit mobil PMK, dan dua unit ambulans. Setelah sempat bergeser ke depan gedung Sekneg, mahasiswa melakukan happening art. Seorang mahasiswa dililit kabel. Ini simbol rakyat sudah terlilit beban yang sangat tinggi. Tak mampu hidup lagi. Di akhir teatrikal, rakyat tetap memegang teguh bendera Merah Putih. Simbol negara harus tetap diselamatkan, bukan pemerintahan.

Sebelum bubar, petang hari, mahasiswa berjanji akan datang kembali ke Istana secara kontinu. Agendanya tetap, menolak kebijakan Megawati menaikkan BBM. (kmb7/010)

 

Kembali ke Daftar Isi