Julia Roberts tetap syuting di
Bali, Tuntutan Rp300 juta menjadi undangan makan siang
Showbiz News Sat, 17
Oct 2009 12:40:00 WIB
Denpasar
- Meski sempat heboh karena tuntutan tarif sewa lokasi sebesar Rp300 juta
atau sekitar US$32.000 dari warga desa setempat, rencana pembuatan film
Julia Roberts terbaru, Eat, Pray, Love, di Bali tetap akan dilanjutkan.
Film yang dibuat berdasarkan novel laris karya Elizabeth Gilbert dengan
judul yang sama ini menetapkan lokasi keduanya setelah pengambilan gambar
dilakukan di India. Proses syuting di Bali direncanakan berlangsung mulai 10
November mendatang dan mengambil tempat di Desa Bentuyung.
Kepala wilayah setempat, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, mengaku sangat
malu atas insiden puluhan warga desanya yang menuntut dibayar ribuan dolar
sebagai kompensasi penggunaan lokasi.
"Telah terjadi kesalahpahaman. Tim kru datang dengan 20 truk lebih awal dari
jadwal syuting yang akan dimulai pada 10 November. Jadi para warga merasa
tersinggung dan memblokir jalan," ujarnya seperti dilansir AFP.
Saat para kru film tersebut tiba di Bentuyung sebulan lebih awal sebelum
jadwal syuting dimulai, para warga setempat melakukan aksi blokir jalan dan
menuntut pembayaran senilai US$32.000 atau sekitar Rp320 juta.
"Mereka meminta sekitar Rp300 juta [US$32.100] untuk bisa menggunakan desa
tersebut sebagai lokasi syuting film. Saya merasa sangat malu dan mengatakan
ini tidak bisa diterima."
Dia menegaskan permasalahan tersebut telah berhasil dituntaskan dan para kru
akhirnya sudah diizinkan lewat. Selain menyelesaikan tuntutan itu, pemangku
wilayah setempat juga akan meminta maaf kepada Roberts dengan menawarkan
undangan makan siang di kediamannya.
Versi layar lebar novel tersebut ditulis dan disutradarai oleh Ryan Murphy,
yang menyandang nama besar lewat kelihaiannya dalam mengadaptasikan karya
novel best seller menjadi karya layar lebar yang menawan.
Diganggu keledai
Ryan Murphy sendiri menuturkan gangguan selama pembuatan film tersebut tidak
hanya dialami di Indonesia. Ketika melakukan pengambilan gambar di India,
tepatnya di Desa Midzapur, kru film juga mendapat hambatan dari keledai yang
bebas berkeliaran di lokasi.
Dia terpaksa harus berulang kali melakukan pengambilan gambar yang sama
akibat dua ekor keledai menciptakan kegaduhan di lokasi.
Para warga sempat melakukan aksi panjat pohon dan naik ke atap rumah untuk
melihat aksi Roberts di depan kamera. Namun, tidak ada permintaan bayaran
yang luar biasa seperti terjadi di Bali.
Dua karya Ryan sebelumnya, Running with Scissors, disarikan dari memoir
karya Augusten Burroughs dan Dirty Tricks, yang diadaptasi dari buku tulisan
Martha Mitchell, isteri mantan kepala staf Gedung Putih semasa Nixon, John
Mitchell.
Hasil kerjanya memperlihatkan kepiawaiannya dalam menemukan sisi tepat dari
situasi yang didasarkan dari kisah nyata.
Secara sederhana, kisah Eat, Pray, Love berfokus pada kehidupan Gilbert yang
akan diperankan oleh si cantik yang melejit dari filmnya Pretty Woman.
Gilbert beranggapan telah memiliki hidup yang sempurna, mulai dari suami
hingga apartemen yang sempurna.
Di tengah upayanya memiliki anak dan mengisi bagian terakhir dari teka-teki
hidupnya, dia dihadapkan pada suatu permasalahan yang membawanya pada
pemahaman bahwa hidupnya tidak sempurna.
Itulah awal petualangan Gilbert untuk menemukan tantangan baru dalam
hidupnya, menemukan jati dirinya. Dalam Eat, Pray, Love ini Gilbert
menggambarkan petualangannya mulai dari Italia, India hingga berakhir di
Bali. (t02) (aprika.hernanda@bisnis.co.id)
Oleh Aprika R. Hernanda |