Bab II Ketika cinta Bertasbih
Pada bab satu Eliana memohon dengan desakan Azzam membantu dia memasak menu khusus untuk
bapaknya dan teman bapaknya. Azzam janji dengan Eliana untuk memasak makan malam itu yang
dimintakan bapak Duta Besar RI. Pada asal mula bab dua Azzam sedang memasak ikan bakar dan
makanan khusus lain yang dimintakan. Makanan yang disiapkan dan dihidangkan oleh Azzam
sangat menyenangkan Bapak Duta Besar RI Turki dan Bapak Eliana. Mereka mengenang tentang
waktu mereka berkulia di Jogja.
Akhirnya pekerjaan Azzam selesai dan dia memutuskan makan sendiri. Azzam menatap langit dan mengizinkan pikiranya mengalir sambil makan. Tiba-tiba dia merasa sedih dan sangat merindukan keluarganya yang masih tinggal di Indonesia. Dia sangat ingin pulang tanah air dan bertemu lagi dengan adik-adiknya dan ibunya. Kemudian dia memandang Eliana berbincang-bincang dengan laki-laki bernama Furquan. Furquan adalah tokoh penting lain dalam cerita Ketika Cinta Bertasbih. Dia juga seperti bintang dalam lingkaran mahasiswa Indonesia di Mesir. Furqan adalah orang kaya, cerdas, tampan, dan berhasil. Dia dan Azzam tinggal di Alexandria pada waktu panjangan sama tetapi Furqan hampir selesai S2 tetapi Azzam belum melulus S1. Azzam tidak menyangkal bahwa dia merasa iri kepada Furqan.
Pak Ali menggangu pikiran Azzam dengan pertanyaan apakah Azzam ingin pulang. Pak Ali ingin pulang karena perutnya sakit dan dia tidak ingin ikut tamu lain di pesta itu yang mau begadang. Dua-duanya naik taksi pulang bersama. Di jalan pulang Pak Ali bertanya kepada Azzam tentang hidupnya. Dari jawaban Azzam, kita diberi ketahuan bahwa kehidupan Azzam betul sulit. Bapaknya meninggal pada tahun pertamanya di Mesir dan dia harus mendukung Ibunya dan adik-adiknya. Oleh karena itu dia membuat perusahaan tempe dan makanan lain dan tidak bisa belajar sesering tamannya mahasiwa lain. Pak Ali heran mendengarkan cerita Azzam yang membuat dia merasa hormat untuk Azzam. Akan tetapi Azzam memohon Pak Ali menyimpan informasinya seperti itu rahasia.
Sesudah pulang
Eliana menelpon Azzam dan bertanya kenapa dia pulang sebelum berbicara dengan Eliana.
Eliana dikecewakan karena dia ingin memberi hadiah spesial kepada Azzam sebelum dia
pulang. Hadiah Eliana adalah "ciuman khas Perancis". Azzam terkejut pada waktu
dia dengar Eliana mendeskripsikan ciumannya dan berkata bahwa itu untung dia tidak
menerima hadiah Eliana karena kalau menerima itu musibah. Elian, yang tidak sudah biasa
memberi ciuman tidak mengerti kecemasan Azzam. Azzam sangat dijungkirkan oleh kata Eliana
dan terus memutus pembicaraannya. Sudah lama dia tidak tertarik kepada perempuan dan dia
merasa kecewa bahwa akhirnya dia tertarik kepada perempuan seperti Eliana yang tidak
Muslimah yang baik. Azzam bersumpah bahwa dia akan menikah perempuan yang jauh lebih
cantik, lebih moral, dan lebih pintar daripada Eliana.