Transkrip 1 

orang Bali harus bisa hidup seperti pohon yang tegar,

 

memiliki akar yang dalam dan getah yang mengalir, lancar,

 

agar pertumbuhan bahu, kembang, dan buah selalu subur

 

 

Namaku Ida Ayu Diah Setiari, anak Bali.

Aku juga seorang penari Bali.

 

Ayah, ibu, dan nenek dan kakekku juga penari.

 

Kakek sering mengajakku duduk-duduk di bawah pohon besar ini.

 

Ini tempat istimewa buat aku dan kakek.

 

Umurku sekarang tujuh tahun, sudah duduk di kelas dua SD.

 

Buatku sekolah sangat menyenangkan.

Aku punya banyak teman, tapi aku juga rajin belajar.

 

Kakek selalu bilang, sekolah tidak kalah penting dengan menari.

 

Sekarang ini jaman maju, katanya, segala-galanya sudah modern.

 

Kalau kita tidak membekali diri dengan ilmu, kita bisa ketinggalan jaman.

Transkrip 2 

Kalau aku sudah besar nanti, aku mau jadi penari terkenal,

penari yang juga mempunyai pendidikan ilmu yang tinggi.

 

Duduk-duduk di bawah pohon besar dengan kakek asyik sekali.

Lebih asyik lagi mendengarkan cerita-cerita kakek.

Aku paling senang mendengarkan cerita kakek tentang Bali waktu dulu.

 

Kata kakek, semua masih serba sederhana, sangat berbeda dengan sekarang.

Menurut kakekku, aku perlu tahu tentang masa laluku.

Karena disanalah aku berasal, itu adalah akarku.

 

Kakekku juga sering cerita waktu kakek masih muda.

Waktu itu kakek  menari sampai ke luar Bali,

buat memperlihatkan keindahan dan maksud dari tarian-tarian itu.

Karena tarian Bali masing-masing ada artinya sendiri-sendiri.

 

Kakek juga sering bercerita tentang ayahku.

Katanya ayah contoh yg baik bagiku.

Ayahku ini seperti kakek.

Beliau ini penari dan pemusik Bali.

Ayah mengajar di Sekolah Menengah Karawitan di Denpasar.

 

Kata kakek, ayahku sudah jadi pohon besar.

Seperti cabang pohon yang terus berubah,

ayahku juga membuat tarian-tarian Bali.

Karena itu aku harus seperti ayah.

 

* * *

Transkrip 3 

Nanti malam aku akan menari di sebuah hotel besar di Sanur.

Sepanjang hari ibu melatihku.

 

Aku gembira sekali,

karena ini pertama kali aku akan menari di depan orang banyak.

Kalau sedang menari, aku bisa berkhayal jadi putri raja,

atau berpura-pura jadi burung dan kupu-kupu.

 

Ibu sendiri yang mendandaniku, sambil mengajakku bicara macam-macam.

Barangkali ibu mau membuat hatiku tenang.

Karena ibu tahu, selain gembira tentunya aku juga merasa gelisah.

 

Pesan kakek aku harus selalu ingat kalau aku punya akar.

Karenanya aku harus selalu berdoa, supaya aku bisa jadi pohon besar,

yang akarnya tertancap kuat-kuat di tanah,

tapi cabang-cabangnya harus selalu berubah-ubah.