Ringkasan Bab I Ketika Cinta Bertasbih
Ketika Cinta Bertasbih adalah novel yang ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy. El Shirazy dilahirkan di Jawa Tengah dan berkuliah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Dia sudah terkenal di Indonesia dan negara-negara lain karena beberapa karya catatannya, misalnya Ayat-Ayat Cinta, sudah dibuat dalam bentuk elektronik atau film. Ketika Cinta Bertasbih juga menjadi dasar film baru dengan judul sama yang baru dirilis pada bulan Juni. Ketika Cinta Bertasbih adalah buku satu dari dwilogi.
Pada asal mulanya Ketika Cinta Bertasbih, kita terangkut ke Alexandria, Mesir pada senja hari. Kota itu digambarkan sebagai kota yang indah dan penuh dengan pasangan muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Bahkan suasana Alexandria dicirikan sebagai suasana yang meluap dengan kebahagiaan, keindahan, dan cinta. Alexandria, yang terletak dekat pantai adalah pelabuhan besar dan penting di kawasan Mediterania. Akan tetapi, Alexandria bukan hanya kota cinta dan keindahan. Kota itu adalah kota pusat pendidikan yang menjadi tempat tinggal mahasiswa dari seluruh dunia.
Senja hari tersebut itu kita bertemu dengan dua tokoh terpenting dalam cerita Ketika Cinta Bertasbih, yaitu Eliana Pramesthi Alam dan Khairul Azzam. Dua-duanya adalah pemuda Indonesia tetapi tingkat sosialnya jauh berbeda. Eliana adalah anak Bapak Duta Besar Republik Indonesia di Mesiar yang berjiwa terang, bertubuh cantik, dan berotak cerdas. Sebelum mulai S2 di Mesir, Elian berkuliah di Perancis. Dia belum tinggal di Mesir satu bulan sebelum opininya diterbitkan dalam koran terkenal dan dia diundang berdebat dan memberi opininya dalam beberapa acara televisi. Karena kecerdasannya dia sangat dihormati kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir.
Azzam, yang juga disebut "Mas Insiyur", juga adalah mahasisiwa di Alexandria tetapi dia harus bekerja keras menjual tempe untuk mendapat uang yang cukup supaya dia bisa mampu membeli kebutuhan harian. Dia rohani dan suka merenungkan tentang Allah dan dunia kita yang diciptakan oleh Allah. Azzam diajak Oleh Eliana untuk bekerja memasak Nasi Timlo Solo selama satu pekan di acara promosi budaya dan keparawisataan Indonesia di Mesir. Pada pekan itu, Eliana dan Azzam sering bertemu dan berbicara. Makin sering bertemu, makin cinta berbunga dalam hati Azzam. Dia belum mengalami perrasan seperti perasaannya tentang Eliana. Walaupun Azzam hanya berposisi rendah dia mempunyai impian besar. Pada waktu Eliana bertanya kepada Azzam tentang harapan utnuk kehidupan Azzam, dia menjawab bahwa dia inging menjadi orang terkaya di pulau Jawa dan juga berimpian dia bisa memeliki mobil BMW dan akan menyopir mobil itu di Alexendria dengan isterinya di sampingnya. Apalagi dia ingin Eliana menjadi isteri itu dan ingin mengajari Eliana bagaiman menjadi Muslimah baik, tetapi dia tidak memberitahu impian itu kepada Eliana.
Pada waktu Azzam kira bahwa kontrak pekerjaanya dengan Eliana selesia, Eliana tiba-tiba datang di tempat tinggal Azzam dan mohon bantuan Azzam lagi. Mula-mula, Azzam menjawab tidak karena berpikir bahwa Eliana tidak jujur meminta Azzam bekerja di luar kesepakatannya. Eliana terus bercerita bahwa dia baru ditanya oleh bapaknya untuk menyiapkan menu spesial untuk teman bapaknya Bapak Kedutaan Besar RI Turki. Eliana harus menyiapkan nasi panas dengan lauk ikan goreng dan sambal pedas khas Jogja. Seperti orang yang putus asa Eliana mengemis untuk bantuan Azzam dan berikrar hadiah spesial kalau Azzam membanut. Akhirnya, Azzam mengabulkan dan mereka naik mobil BMW bersama ke pasar untuk membeli makanan yang masih diperlu untuk menu spesial. Sewaktu mereka pulang dari pasar, Eliana, yang ternyata bercumbu dengan Azzam, bertanya kalau Azzam ingin menikah dengan putri Mesir dan kelihatan apa dianggap cantik oleh Azzam. "Jujur ya, kalau gadis seperti diriku ini menurut Mas cantik tidak?" tanya Eliana. Azzam diam saja karena dia tidak ingin membalas, dan akhirna menjawab "tidak".