Theresa Eckard
“Deradikalisasi dan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia
Indonesia adalah kasus menarik untuk belajar terorisme. Sekarang di Indonesia ada sekitar 170 orang laki-laki di penjara untuk kriminal terorisme. Dari waktu ke waktu, banyak orang ini akan dilepaskan kepada masyarakat . Pertanyaan yang masih ada; Akan teroris ini menyertai di terorisme lagi sesudah mereka pulang? Sekarang ini, polisi dan kekuasaan dalam penjara mencoba program “deradikalisasi” di penjara. Satu soal adalah apakah sebaiknya mengisolasikan atau mengintegrasikan teroris-teroris dalam populasi penjara. Tergantung pada sitauasi uniq di penjara masing-masing, isolasi mungkin lebih biak daripada integrasi. Ketakutan dengan integrasi itu, napi lain akan direkrutir oleh napi teroris. Tetapi kalau napi teroris tinggal di isolasi, mereka bisa memilihara hirarki organisasinya dan memoperasikan kamp-kamp training dalam penjara! Apa boleh buat?
Korupsi dan pelatihan kurus di antara polisi dan kekuasaan penjara menggendalakan usaha-usaha melaksanakan program deradikalisasi ini. Pertama, harus berubuah persepsi yang ada bahwa pemerintahan dan polisi Indonesia adalah “thoghut” dan adalah musuh utama Islam. Saya kira bahwa ini adalah tantangan terbesar di Indonesia, karena korupsi adalah dalam setiap bagian pemerintahan dan akan menjadi sulit mengatasi.
Selain itu, tidak jelas apa harus mencakup di program ini. Alasan- alasan orang-orang menjadi teroris adalah berbeda. Ada orang yang mengantep pesan radikal tentang jihad sementara orang lain menyertai terorisme karena mereka bisa menjadi anggota grup yang memilihara dia dan keluarganya. Alasan untuk orang ini adalah lebih alasan ekonomi. Program deradikalisasi harus menjahit untuk individu dan keperluannya.
Akhirnya, ada aspekt program ini yang controversial. Satu komponen penting dalam program ini adalah kunjung dan pembicaraan dengan napi teroris oleh napi teroris yang dulu yang mengekspresikan bahwa terorisme dan serangan lawan orang sipil adalah salah. Satu orang yang berkunjung ke penjara memutus perspektif bahwa serangan lawan orang sipil adalah salah dan sebagai ganti berkata bahwa waktu serangan pemboman di Bali di 2002 adalah waktu salah karena masyarkat Indonesia tidak siap untuk jihad. Saya kira bahwa pesan ini tidak pantas untuk program deradikalisasi di Indonesia dan mungkin menjadi efektif jangka pendek, tetapi pesan tentang jihad melanjutkan.
Pasti, Indonesia mempunyai soal dengan terorisme, tetapi Indonesia juga mempunyai kesempatan mengatasi masalah ini. Polisi dan pemerintahan harus menciptakan program “deradikalisasi” yang mengerti alasan-alasan dan keperluan-keperluan napi teroris dan dengan efektif, tanpa korupsi, mengirimkan pesan bahwa jihad di Indonesia adalah salah dan ada cara lain kehidupan.
menyertai- participate in
dilepaskan- be released
napi- prisoner
direkrutir- be recruited
pelatihan kurus – poor training
menggendalakan- hinder
melaksanakan- to implement
tantangan- challenge
mencakup- include
alasan- motive
mengantep- believe in
menjahit- be tailored
lawan orang sipil- against civilians
sebagai ganti- instead of
jangka pendek- short term
melanjutkan- continues
menciptakan- create