Sejarah
PARTAI Republika Nusantara, yang disebut/dipopulerkan dengan “RepublikaN, berdiri di Cikopo Jawa Barat, 20 Mei 2007.
Partai Republika Nusantara tumbuh dari bawah sebagai perwujudan kehendak “1945 pendiri” dari 33 propinsi. Berasal dari kalangan berbagai suku, etnik, agama, golongan dan berbagai profesi. Demi mewujudkan sebuah Partai berwawasan Modern yang berorientasi pada sistem manajemen mutu kepartaian yang kuat. Sehingga mampu membentuk dan melahirkan insan-insan politisi yang berkualitas, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpihak kepada rakyat dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sesungguhnya tekat bulat perjuangan Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah mewujudkan bangsa Indonesia menjadi masyarakat adil dan makmur. Dengan cara meletakkan kedaulatan di tangan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mampu memelihara kemer dekaan, ketertiban serta perdamaian dunia.
Bahwa cita cita luhur tersebut belum sepenuhnya dicapai dan dirasakan sebagai aki bat proses dinamika sejarah yang panjang pada pasca kemerdekaan. Kemudian disebab kan oleh tata kelola pemerintahan dan kenegaraan, maupun sistem kepartaian politik yang kurang berpihak kepada rakyat. Sementara partisipasi aktif masyarakat dalam menggunakan hak politik belum diberdayakan secara optimal.
Selain itu potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam yang kita miliki tidak secara sungguh sungguh dilindungi dan dikelola untuk kemakmuran dan kesejahteraan, serta kepentingan hajat hidup rakyat Indonesia. Sejalan menuju era globalisasi maka pembangunan bangsa Indonesia ke depan perlu pendekeaan keseimbangan antara: lahiriah dan batiniyah, iptek dan spritual, kepentingan individu dan masyarakat, serta politik kekuasaan dan etika moral.
Beranjak dari persoalan bangsa, dengan dilandasi oleh persamaan pikiran dan pandangan dari segenap insan yang berwawasan kebangsaan, kerakyatan dan religius, bertekad membentuk organisasi politik bernama: Partai Republika Nusantara, yang disingkat dan selanjutnya dipopulerkan dengan sebutan: “RepublikaN”. Partai RepublikaN lahir bukan didirikan oleh sekelompok elit politik. Melainkan tumbuh dari bawah sebagai perwujudan kesadaran sesama anak bangsa Indonesia yang berasal dari berbagai suku, etnik, agama, golongan dan profesi.
Demi mewujudkan sebuah Partai berwawasan Modern yang berorientasi pada terciptanya sistem manajemen mutu kepartaian yang kuat, sehingga mampu membentuk sistem manajemen mutu kepartaian yang kuat, sehingga mampu membentuk sistim kenegaraan yang demokratis dan mampu melahirkan insan politisi yang berkualitas, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpihak kepada rakyat dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan memohon lindungan Tuhan Yang Maha Esa, Partai RepulikaN akan senantiasa handal memperjuangkan aspirasi rakyat. Dapat mengoptimalkan peran partai sesuai de ngan ketentuan perundang undangan. Untuk itu dibuat sistem jaringan kesekretarisan secara profesional meliputi : Organisasi dan Manajemen, Diklat dan Kaderisasi, IT dan Keanggotaan, Program dan Pemasaran, Humas dan Komunikasi, serta Penelitian & Pengembangan.
PROFIL PARTAI
Lagu Aku Mau Presiden Baru, Pita Merah Putih dan Pohon, Mana Bisa Tahan, dan Gending Keraton Yogya adalah empat lagu dari sejumlah lagu ciptaan Franky Sahilatua, Sukardi Rinakit, dan Garin Nugroho. Alunan lagu itu mengiringi perjalanan Sultan Hamengku Buwono X bersama Tim Pelangi Perubahan dan Ketua Presidium Partai RepublikaN ke berbagai tempat dan pelosok Indonesia.
Kalau ingin perubahan, jalan baru pemimpin baru, ikatkan pita Merah Putih dipohon-pohon sekitarmu. Begitu bunyi satu bait syair lagu yang digunakan Partai RepublikaN dan Tim Pelangi Perubahan untuk menarik hati rakyat Indonesia.
Lagu ini disambung dengan lagu lainnya berjudul Mana Bisa Tahan yang menjadi slogan partai untuk menggerakkan rakyat untuk melakukan perubahan dan meninggalkan kemiskinan serta kebodohan.
Lagu-lagu itu selalu dilantunkan oleh Franky setiap Sultan hadir di suatu tempat dalam perjalanannya. Sampai kini lebih dari 310 kabupaten dan kota di Indonesia telah didatangi Sultan bersama Tim Pelangi.
Sebelum tanggal 28 Oktober 2008, perjalanan Sultan dan Tim Pelangi sampai pada titik pernyataan Sultan di Alun-alun Kilen Keraton Yogyakarta yang berbunyi bersedia untuk dicalonkan.
Itu terjadi dalam acara audiensi umum rakyat Yogya atau yang disebut Pisowanan Ageng.
Beberapa hari sebelum acara itu, Sultan mendapat gelar adat dari masyarakat Gorontalo dan Tana Toraja (Tator), Sulawesi Selatan. Dalam perjalanan pulang dari Tator ke Yogyakarta, Sultan sempat berdiskusi dengan beberapa tokoh perguruan tinggi dan LSM Sulsel di Makassar. Mereka adalah Alwi Rahman, Ishak, Ngelyaratan, Ahyar Anwar, Azhar Arsyad, dan M Nawir.
Kelompok ini meyakinkan Sultan untuk tampil sebagai calon presiden. Tim Pelangi dan RepublikaN menerima usulan itu sebagai penguatan dari seruan dari tempat-tempat lain yang didatangi Sultan. Maka, berlangsunglah Pisowanan Ageng.
Itulah perjalanan Sultan yang dirancang oleh Tim Pelangi dan RepublikaN. Dari gedung Kodel di Kuningan, Jakarta, teman-teman Sultan itu masih terus menggerakkan pemimpin dari Yogya itu untuk melanglang ke berbagai tempat dan acara.
Pekan depan mereka akan datang ke kelompok warga keturunan China di Batam, Kepulauan Riau. Kemudian akan bertemu masyarakat di Ende dan Kupang, Nusa Tenggara Timur. Di sini akan diluncurkan secara besar-besaran lagu Pita Merah Putih dan Pohon. Pertengahan Desember 2009, Sultan akan dimunculkan dalam acara pertemuan puncak Junior Chamber International di Yogyakarta.
Begitulah cara yang tampak dilakukan Tim Pelangi Perubahan dan Partai RepublikaN mengisi acara kampanye untuk Pemilu 2009. ”Dari perjalanan Sultan dan kami ini, nanti muncul keajaiban,” ujar Ketua Presidium Partai RepublikaN Moeslim Abdurrahman.
”Tanpa modal uang banyak, kami akan buktikan bisa,” ujar Sukardi Rinakit. (OSD)