1. Menjaga keutuhan NKRI.
2. Mencapai masyarakat adil dan makmur.
3. Menciptakan tatanan dunia yang adil dan beradab.
4. Mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Sejarah
DIDIRIKAN di Jakarta 29 Agustus 2002, berdirinya partai ini dilatarbelakangi oleh sosok putri ke tiga alm. Presiden Soekarno, Rachmawati soekarnoputri yang juga dikenal sebagai pemimpin Yayasan Pendidikan Soekarno. Kiprah politik Rachmawati Soekarnoputri mulai nampak pada pertengahan tahun 2001 ketika ia mendeklarasikan Forum Nasional dimana dia mulai mengecam para elit politik yang menurutnya berada di menara gading.
Saat Forum Nasional melahirkan Partai Persatuan Bangsa Indonesia, Rachmawati dijadikan Calon Presiden oleh partai tsb walaupun ia bukan termasuk pendiri partai. Satu tahun setelah peristiwa itu barulah Rachmawati mendirikan Partai Pelopor yang mengandalkan konstituennya dari kalangan urban muda marhaenis. Partai yang bersemangat marhaenis ini menjajikan tidak akan berkompromi terhadap para pelanggar HAM, menolak dwifungsi TNI/Polri dan menolak ketergantungan ekonomi pada lembaga dana internasional.
Tinjauan Partai
Beberapa partai politik peserta Pemilu 2009 seperti berlomba mengumpulkan artis dan selebriti lainnya. Hal itu tentu agar mereka meraup suara sebanyak mungkin.
Namun, lain dengan Partai Pelopor yang didirikan putri penengah dari lima putra-putri pasangan Soekarno-Fatmawati ini. Dalam daftar calon anggota DPR pusat maupun DPRD provinsi dan kabupaten/kota tak dicantumkan seorang artis pun. Juga tak seorang pun anak Rachmawati Soekarnoputri, yang menjadi ikon partai ini, tercantum dalam daftar calon anggota legislatif.
Dalam suatu wawancara di Kantor Pusat Partai Pelopor, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 17, Jakarta, pekan lalu, Sekretaris Jenderal Partai Pelopor Ristiyanto mengatakan, ”Kami tidak punya target apa pun dengan artis.”
Dia melanjutkan, ”Kalau kami mau, sebenarnya bisa dapat. Tahun 2004 kami mengajukan beberapa artis sinetron. Saya lupa nama mereka.”
”Bagi kami, daripada kerja untuk mencari artis, jauh lebih mendingan memerhatikan para kader kami yang telah mengeluarkan banyak keringat untuk membesarkan partai ini. Mereka ini yang bisa menyampaikan ajaran Bung Karno dari A sampai Z,” ujarnya.
Sebagian besar kader Partai Pelopor memang fasih bila bicara soal Bung Karno. Mereka bisa membawa pendengarnya ke situasi bagaikan sedang mendengarkan Bung Karno berpidato dalam berbagai bahasa. Apalagi, bila kita mendengarkan Rachmawati bicara soal Bung Karno, hampir semua istilah politik yang banyak diucapkan Bung Karno akan muncul, seperti komprador, Manipol Usdek, Tri Sakti, jarek (jalannya revolusi kita), jasmerah (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah), revolusi belum selesai, dan seterusnya.
Namun, menurut Ketua Umum Partai Pelopor Eko Suryo Santjojo dan Ristiyanto, untuk mempraktikkan ajaran Bung Karno, partai ini sangat memerhatikan soal kesehatan dan pendidikan. Saat ini Partai Pelopor mendirikan beberapa pos kesehatan dan pendidikan di berbagai tempat di Indonesia.
”Posko pendidikan di Jakarta dan Sragen, Jawa Tengah. Kami menerima pengaduan dari masyarakat mengenai pendidikan, misalnya penyimpangan pelaksanaan anggaran pendidikan 20 persen. Juga tentang kesehatan,” ujar Eko.
Sebelum partai ini lahir, beberapa tahun sebelumnya pendiri Partai Pelopor mendirikan Universitas Bung Karno. (OSD)