Bocah
Menteng Calon Presiden AS |
|
|
Senin 22 Januari 2007, Jam: 9:53:00
|
|
|
JAKARTA - Seorang bocah kecil bercelana
pendek bermain-main di rumahnya di
kawasan Menteng dalam, Jakarta Pusat.
Setelah waktu berlalu sekian lama, anak
itu mengejutkan publik Indonesia. Dia
menjadi senator dan bakal jadi calon
Presiden AS.
Barack Obama nama anak itu. Dia sempat
mengeyam pendidikan di SD Franciscus
Asisi di kawasan Menteng Dalam. Dia
masuk sekolah pada 1 Januari 1968 dan
duduk di kelas 1B. Hanya saja, namanya
tercatat sebagai Barry Soetoro.
Ayah kandungnya, Barack Husein Obama Sr
adalah seorang muslim ahli ekonomi asal
Kenya. Sedangkan ibunya, Ann Dunham asal
Kansas, AS. Ann merupakan doktor ekonomi
pertanian dari University of Hawaii di
Manoa, disertasinya tentang pandai besi
di Indonesia. Dia pernah menjadi
konsultan di BRI.
Namun Barack tercatat sebagai WNI yang
lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus
1961. Itu karena setelah bercerai dengan
Husein Obama, Ann menikah dengan orang
Indonesia, L. Soetoro.
Sebelum menikah dengan Ann Dunham,
Husein Obama telah menikah dengan orang
Kenya yang mendapat keturunan tujuh anak.
Semua saudara sebapak Barry ini beragama
Islam.
Barack tinggal bersama ibu kandung dan
ayah tirinya itu di Jalan H. Ramli, di
belakang SD Asisi. Di rumah itu tinggal
pula adik tirinya, Maya Soetoro.
Layaknya bocah, dengan hanya mengenakan
celana pendek Barack sering bermain
gundu dan sepakbola. Dia juga sering
bermain ke mushala dengan memakai sarung.
Saat itu, dia memang beragama Islam
namun setelah menikah dengan Michelle,
dia pindah agama. Dia kini memiliki dua
orang putri.
Dia memang pandai bergaul meski bahasa
Indonesianya kurang bagus. Maklum dia
berbahasa Inggris bila di rumah, ungkap
Emirsyah Satar, direktur utama Garuda
Indonesia, yang pernah menjadi teman
main Barack.
Namun setelah pindah ke AS dan tinggal
bersama neneknya, Emir mengaku tak
pernah kontak dengan Barack. Meski
demikian, dia mengaku berharap dan
berdoa agar senator AS asal Illionis itu
bisa memenangkan pertarungan menjadi
calon presiden dari Partai Demokrat.
Saya juga berharap, dia berhadil merebut
hati mayoritas rakyat Amerika sehingga
bisa terpilih menjadi presiden negara
adidaya itu, tuturnya, kemarin.
Hanya saja, Emir menyimpan kecemasan
peluang Barack menjadi orang nomor satu
di negara kaya itu. Dia berkulit hitam.
Apakah sudah tuntas isu rasial di negara
itu? Ini yang masih jadi tanda tanya
besar, ujarnya.
Memang dukungan dari banyak kalangan,
termasuk kaum selibritis turunan Afrika
di Holllywood, begitu besar. Demikian
halnya Menlui AS Condoleeza Rice, yang
juga berkulit hitam, memberikan dukungan
meski dia berasal dari Partai Republik.
Tapi tetap saja pertanyaannya adalah
apakah rasialisme sudah tidak ada lagi
di sana, cetus Emir.
|
|
(agus w).
|
|
|
|
|