Taufik, cukupkah sampai di Athena?
Taufik Hidayat baru saja mencatat prestasi gemilang. Meraih medali emas
Olimpiade Athena.
Kemenangan atas pemain Korea Selatan Shon Seung-mo di babak final tunggal putra
ini juga sekaligus mengakhiri mitos, bahwa Taufik tak bisa menjadi juara di
Eropa.
Dalam perjalanan karier bulutangkisnya sejauh ini, Taufik sering berlaga di
kejuaraan Eropa, namun belum pernah menjadi juara.
Prestasi tertingginya adalah runner up All England. Sekarang "kutukan" yang
cukup menghantui Taufik, berhasil ia patahkan.
Pelatih Taufik, Mulyo Handoyo mengatakan, meroketnya prestasi anak asuhnya ini
tak lepas juga dari kematangan Taufik sendiri.
"Ia sekarang lebih tenang seiring dengan makin bertambahnya usia Taufik," jelas
Mulyo kepada BBC, tak lama setelah Taufik memastikan satu emas ke tangan
kontingen Indonesia.
Faktor temperamen ini dianggap menjadi salah satu "musuh" Taufik. Faktor
tersebut diangap sebagai salah satu penyebab mengapa ia tak mencatat prestasi
yang stabil, disamping menanjaknya pemain-pemain lain, terutama dari Cina.
Di luar lapangan, ia juga beberapa kali terkena masalah. Ia pernah terlibat adu
mulut dan bersitegang di luar gedung Senayan di Jakarta.
Hubungannya dengan PBSI, juga pernah tidak mulus.
Di luar itu, Taufik dinilai sebagai seorang pemain yang punya bakat besar. Hal
ini diakui oleh mantan bintang bulutangkis Indonesia Susi Susanti.
Menjelang olimpiade, Susi dikutip mengatakan ia lebih menjagokan Taufik untuk
meraih emas. Dan prediksi Susi, yang juga pernah menyabet emas olimpiade menjadi
kenyataan.
Sebelum gantung raket
Taufik sendiri sebelum berangkat ke Athena mengatakan akan mengeluarkan
kemampuan yang terbaik. Kepada para wartawan ia mengatakan mungkin ini akan
menjadi olimpiade terakhir.
Mungkin ia tidak ikut olimpiade mendatang di Beijing. Makanya ia berjanji untuk
memberikan yang terbaik untuk tim Indonesia.
Janji itu telah ia wujudkan pada Minggu, 22/08 lalu.
Tentu saja publik bulutangkis Indonesia berharap, perjalanan gemilang Taufik
tidak berhenti sampai di Athena.
Menilik usia Taufik, yang baru 23 tahun, tentu masih banyak yang bisa disumbang.
Masih ada beberapa kejuaraan bergengsi, yang menanti Taufik, sebagai ajang
pembuktian bahwa prestasinya di Athena bukan kebetulan. Bukan karena Lin Dan,
Cheng Hong, dan Bao Chunlai tumbang terlebih dahulu.
Tidak lama lagi akan digelar Belanda dan Denmark Terbuka dengan hadiah total
masing-masing 50 ribu dan 170 ribu dolar Amerika.
November nanti, juga digelar Cina Terbuka dengan hadiah total 250 ribu dolar
Amerika.
Tahun depan, telah menanti Hong Kong Terbuka, All England 2005 di Birmingham,
Inggris, turnamen Piala Sudirman di Beijing, dan Kejuaraan Dunia 2005 di Los
Angeles.
Mulyo Handoyo mengatakan beberapa hari setelah olimpiade, Taufik akan istirahat
sambil menikmati kemenangan terbesar dalam kariernya sejauh ini.
"Setelah itu, baru kita pikirkan apa yang akan kami kerjakan," ungkap Mulyo,
pelatih kelahiran Semarang yang sempat mengasuh pemain Singapura, Ronald Susilo.
Taufik yang pernah keluar dari Pelatnas ini sendiri pernah mengatakan ia ingin
kembali diperhitungkan.
"Dulu kan saya dianggap gimana. Dianggap sebagai anak yang hilang. Saya ingin
membuktikan bahwa saya telah kembali," kata Taufik ketika terjun di All England
tahun ini.
Di Athena, sebagian janji Taufik telah dipenuhi. Masih ditunggu terpenuhinya
janji Taufik di Denmark, Cina, Hong, Kong, Piala Sudirman, dan siapa tahu di
Olimpiade 2008.