Home| Koran| Provinsi | Arsip |
 
Koran  » Berita Utama
Sampaikan kepada rekan Cetak berita ini
Sabtu, 15 Mei 2004

Dua Cawapres Temui Warga NU

Laporan : dwo/ita/yli/ant

JAKARTA -- Apa pun perhelatan yang digelar kalangan Nahdlatul Ulama (NU) pasti ramai disambangi kandidat presiden maupun wakil presiden. Dua cawapres, KH Hasyim Muzadi dan Jusuf Kalla, hadir pada silaturahmi Pengurus Wilayah NU se-Kawasan Timur Indonesia (KTI), di Makassar, Jumat (14/5).

Dalam acara itu, Kalla yang dicalonkan Partai Demokrat, merasa perlu mempertegas dirinya sebagai warga Nahdlatul Ulama (NU). Karena itu, dia meminta dukungan warga NU dari KTI. ''Sekarang NU menjadi daya tarik bagi semua orang. Hal ini bisa menjadi kelemahan sekaligus keunggulan. Kelemahannya adalah kemungkinan suaranya akan terpecah, sehingga kalau tidak hati-hati bisa sama sekali tidak mendapatkan suara. Sehingga tidak ada satu pun pemimpin NU yang akan lolos,'' tandas mantan menko kesra itu.

Warga NU, ujarnya, harus bisa memilih pemimpin yang tepat agar bisa membawa bangsa Indonesia lepas dari berbagai macam persoalan. Pasalnya, kata dia, banyak tokoh NU yang saat ini menjadi capres dan cawapres. Ia menyebut KH Hasyim Muzadi, Salahuddin Wahid, Hamzah Haz, Abdurrahman Wahid, dan dirinya sendiri. Sementara itu, Hasyim kembali menegaskan tak akan mundur dari posisinya sebagai ketua umum PBNU. Ia menilai, desakan yang memintanya mundur sengaja dirancang oleh orang luar dan isu tersebut terus dipelihara dan dikembangkan karena adanya persaingan yang terjadi di lapangan.

Dia juga mengatakan, NU bukan organisasi politik sehingga statusnya sebagai cawapres merupakan hak asasi dirinya. Menurut Hasyim, dirinya menerima pinangan Megawati karena meyakini bahwa dia akan banyak memiliki peran dalam pemerintahan dibanding bila ia menerima permintaan Wiranto. Capres dari Golkar, katanya, memiliki mesin-mesin atau kekuatan massa yang begitu kuat dibandingkan dirinya sehingga kemungkinan dia akan kurang berperan aktif dalam menata pemerintahan bangsa Indonesia. Di beberapa tempat, desakan agar Hasyim melepaskan jabatannya masih terdengar.

Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) meminta Hasyim berani mengikuti langkah Salahuddin Wahid demi kemaslahatan warga NU sendiri. ''Pak Hasyim sebaiknya mengikuti langkah Gus Solah untuk mundur dari PBNU,'' kata Ketua Umum PP Muslimat NU, Kofifah Indarparawansa. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur melakukan protes atas sikap politik para elite NU yang banyak menjadi cawapres. ''Kami menyesalkan banyak tokoh NU memakai jalan PBNU sebagai alat politiknya untuk menduduki kursi kekuasaan. Padahal PBNU bukan kepanjangan dari Partai Besar NU,'' kata Ketua Majelis Pembina PMII Jatim, Zainul Arifin.

Warga NU di DI Yogyakarta menyerukan kepada seluruh tokoh NU agar kembali ke khittah NU 1926. Seruan itu dilontarkan oleh ratusan warga NU perwakilan dari beberapa organisasi otonom NU, antara lain PMII, IPPNU, Fatayat NU, GP Anshor, dan beberapa pesantren NU yang ada di daerah itu. Dalam kesempatan itu, warga NU DIY juga menyatakan mendukung pernyataan dan penjelasan Rais Am Syuriah Nu KH Sahal Mahfudz, bahwa PBNU tidak memiliki kapasitas untuk terlibat dalam urusan capres dan cawapres.



© 2003 Hak Cipta oleh Republika Online
Dilarang menyalin atau mengutip seluruh atau sebagian isi berita tanpa ijin tertulis dari Republika