Salahuddin Mundur bila Dihalangi 
                        Tegakkan HAM 
                        
                        
Jakarta, Kompas - Calon wakil presiden (cawapres) 
                        dari Partai Golkar Salahuddin Wahid menegaskan, bila 
                        terpilih menjadi wapres dan ternyata usahanya untuk 
                        menegakkan hukum dan hak asasi manusia (HAM) serta 
                        memberantas korupsi dihalangi, maka dia akan mundur dari 
                        wapres.
                        "Kalau ternyata setelah dua tahun menjadi wakil 
                        presiden dan gagal menegakkan HAM dan memberantas 
                        korupsi, baik karena dihalangi atau karena 
                        ketidakmampuan saya sendiri, maka saya akan mundur dari 
                        kursi wakil presiden. Saya akan sampaikan kriteria gagal 
                        atau berhasilnya kedua usaha saya tersebut kepada publik 
                        setelah saya terpilih menjadi wakil presiden," tutur 
                        Salahuddin kepada pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta, 
                        pada hari Jumat (14/5).
                        Sebelumnya, menurut Salahuddin, calon presiden dari 
                        Partai Golkar Wiranto membebaskan Salahuddin membuat 
                        rencana dan tindakan konkret untuk menegakkan HAM dan 
                        memberantas korupsi.
                        Ketika ditanya soal prioritas utama menegakkan HAM 
                        dan memberantas korupsi, Salahuddin menjawab, "Mengganti 
                        seluruh petinggi di lingkungan kejaksaan agung, 
                        kepolisian dengan personel yang memiliki keberanian dan 
                        kemampuan, serta bersih dari KKN."
                        Menurut Salahuddin, "Hanya mereka yang mampu membawa 
                        lembaga kejaksaan agung dan kepolisian menjadi efektif, 
                        bersih, berwibawa dan penuh prestasi saja yang akan 
                        memimpin kedua lebaga tersebut."
                        Mengomentari soal adanya kritik dan tekanan agar 
                        Salahuddin tidak berdampingan dengan Wiranto dalam 
                        pencalonan presiden-wakil presiden, dia menjawab, 
                        "Sekarang lebih efektif mana? Saya jadi orang nomor tiga 
                        di Komnas HAM, atau nomor dua di republik ini untuk 
                        menegakkan HAM?"
                        Untuk menghilangkan kekhawatiran publik bahwa 
                        Salahuddin akan terbawa arus militerisme Wiranto, dia 
                        bersedia menandatangani kontrak politik dengan kelompok 
                        mana pun, terutama dengan korban atau keluarga korban 
                        kasus pelanggaran HAM. "Silakan rancang kontrak politik, 
                        akan saya tanda tangani. Saya justru menunggu ada 
                        inisiatif itu karena justru memperkuat janji saya, kalau 
                        saya gagal, saya akan mundur," ujarnya. (WIN)