Oleh: RB. Khatib Pahlawan
Kayo
Metode dakwah Rasulullah SAW
pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal
approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa.
Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang
dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji.
Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu
hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada
lokasi-lokasi yang didiami para dai dan muballigh. Artinya, jika
pada satu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah
ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan
tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu,
maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah. Dengan
demikian sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap
individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi di lapangan.
Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib
melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ‘ubudiyah
dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT. Penyampaian dakwah
Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, sehingga cahaya hidayah Allah SWT tidak terputus
sepanjang masa.
Para rasul dan nabi adalah tokoh-tokoh
dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia, karena
mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna. Dibanding mereka,
kita memang belum apa-apa. Akan tetapi sebagai dai dan muballigh,
kita wajib bersyukur karena telah memilih jalan yang benar, yakni
bergabung bersama barisan para rasul dan nabi dalam menjalankan misi
risalah Islamiyah. Konsekuensi dari pilihan itu kita harus
senantiasa berusaha mengikuti jejak para nabi dan rasul dalam
menggerakkan dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dalam kondisi dan
situasi bagaimanapun.
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah
tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk
kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan
hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni dalam
arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya
kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul
semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh
kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran
televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya.
Kemaksiatan itu senantiasa mengalami
peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian,
minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya
tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali
dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang
berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan
dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami
kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di
berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan
menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan
jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin
buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada
lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam
eforia kebebasan yang tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan
teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat
begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan
memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan
teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat
kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda
semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan
hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan
kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan
bagi hati nurani setiap kita. Di samping itu kelemahan dan
ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi dari waktu ke
waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita
semakin tumpul tak berdaya.
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar
problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu
segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi
itu. Dalam konsep pemikiran yang praktis, Prof. Dr. H. M. Amien
Rais,MA. dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah,
menawarkan lima ‘Pekerjaan Rumah’ yang perlu diselesaikan, agar
dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan
produktif.
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk
memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu
tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan
diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi
informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat
dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari
hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di
lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas
pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal,
bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik),
bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas,
actions,speak louder than word.
Keempat, media massa cetak dan terutama media
elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang
dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat
Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan
agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu
keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah
Islam di tanah air.
Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas
dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah
aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan
aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam
jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan
remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn
al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini,
insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat
diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan
semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan
semakin kompleks dan melelehkan. Inilah problematika dakwah kita
masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan
manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga
berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat
potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara
kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang
muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang
tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga
dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan
produktid dalam penggunaanya.
Mudah-mudahan
Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita
tidak salah pilih dan tidak terlambat, insya Allah.?
|