SEAsiteBar

click here for the word frequency

Militer Hanya Surut secara Fisik, Subkulturnya Masih Hidup

Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pencalonan presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati kepemimpinan mereka.

"Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Rabu (12/5).

 

1-25%
Ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya.

Garis komando atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk menjalankan pemerintahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya," katanya.

 

25-50%
Bukan tanda kebangkitan

Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan, itu merupakan hal wajar. Itu bagian dari demokrasi," ujarnya.

Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental patut juga diwaspadai.

 

50-75%
Namun, hal itu dibantah Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Ditemui secara terpisah, Ryamizard mengatakan, TNI tidak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung mereka, saya akan pecat," tegasnya.

Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama.

75-100%

 

pre- text

WORD

post- text

%
ut secara Fisik, Subkulturnya Masih Hidup Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wi 3 %
pemimpinan mereka. "Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke da 16 %
upakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan, it 67 %
I tidak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung mereka, saya akan pecat," tegasnya. 89 %
nggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinte 45 %
n dari demokrasi," ujarnya. Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masi 73 %
du. Ditemui secara terpisah, Ryamizard mengatakan, TNI tidak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer 87 %
res. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung mereka, saya akan pecat," tegasnya. Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa diku 91 %
u dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat korps (l’espr 75 %
ya Mandira Kupang, Rabu (12/5). Ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipers 30 %
mun, hal itu dibantah Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Ditemui secara terpisah, R 83 %
jarnya. Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, 74 %
Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan j 5 %
hubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya. Garis komando atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan keker 40 %
pisah, Ryamizard mengatakan, TNI tidak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung mereka, 88 %
upun sekarang muncul penolakan, itu merupakan hal wajar. Itu bagian dari demokrasi," ujarnya. Namun, yang perlu dikhawatirkan a 71 %
a Kupang, Rabu (12/5). Ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan 31 %
t harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pencalonan pres 6 %
Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, sep 17 %
si," ujarnya. Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Sela 74 %
ertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya. Garis komando atas baw 37 %
arlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 98 %
enjalankan pemerintahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang men 51 %
eneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil p 60 %
," tegasnya. Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyara 94 %
saya akan pecat," tegasnya. Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parle 93 %
t Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elem 95 %
hawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat korps (l’esprit de co 75 %
a-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya," katanya. bukan tanda kebangkitan Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Peng 56 %
idat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih disebab 64 %
a (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan meru 62 %
ara terpisah, Ryamizard mengatakan, TNI tidak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung me 88 %
iter ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditari 20 %
an jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya," katanya. Bukan 53 %
t tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya," katanya. Bukan tanda kebangkitan Sementara 54 %
a Wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pencalonan presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampi 8 %
32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja da 18 %
fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katoli 25 %
alkan. "Bukan karena militer mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dinamika k 36 %
h, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas mi 43 %
khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk menjalankan pemerintahan sipil, seorang mant 48 %
a untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya," katanya. Bukan tanda kebangkitan Sementara itu, 55 %
rakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pencalo 6 %
am kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak 21 %
ar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Rabu (1 26 %
gnas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer 32 %
da target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah 44 %
nan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk menjalankan pemerintah 47 %
Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-t 62 %
, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat k 75 %
urangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 96 %
dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 98 %
itu dibantah Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Ditemui secara terpisah, Ryamiza 83 %
kan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan mil 63 %
karang muncul penolakan, itu merupakan hal wajar. Itu bagian dari demokrasi," ujarnya. Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah 71 %
ahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal 78 %
dup Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua man 5 %
lik Widya Mandira Kupang, Rabu (12/5). Ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu la 30 %
ubkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya. Garis komando atas bawah, ori 38 %
n mereka. "Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kanca 16 %
Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Rabu (12/5). Igna 27 %
itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 95 %
ps) yang masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Jender 81 %
adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk menjalankan pemerintahan sipil, seoran 47 %
jar. Itu bagian dari demokrasi," ujarnya. Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya ya 73 %
akan pecat," tegasnya. Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan ma 93 %
rnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya. Garis komando atas bawah, orientasi ya 38 %
r bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan 66 %
sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katolik Widya 25 %
, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepem 23 %
asional Indonesia Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. ditemui secara terpisah, Ryamizard mengatakan, TNI tidak akan menduk 85 %
ter yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di 24 %
dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pencalonan presiden. Meski keduanya s 7 %
bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 97 %
ereka. "Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah po 16 %
h membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang se 19 %
n jenderal, dalam pencalonan presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencer 10 %
a, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam 22 %
ena hal ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya. garis komando atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, pen 39 %
mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya. Garis 37 %
ntuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan, itu merupakan hal wajar. Itu bagian dari demokrasi," ujarnya. Namun, yang per 70 %
t de corps) yang masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan 80 %
Militer hanya Surut secara Fisik, Subkulturnya Masih Hidup Kupang, Kom 0 %
ik, Subkulturnya Masih Hidup Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang 4 %
ntuk menjalankan pemerintahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer 51 %
Militer Hanya Surut secara Fisik, Subkulturnya Masih hidup Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan 2 %
yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Unive 24 %
er di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Rabu (12/5). ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan 29 %
demokrasi," ujarnya. Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif 74 %
tara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ikrar Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden 59 %
a. Bukan tanda kebangkitan Sementara itu, peneliti Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, m 58 %
ebangkitan Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat c 59 %
padai. Namun, hal itu dibantah Kepala Staf Tentara Nasional indonesia Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Ditemui secara te 82 %
mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya. Garis koma 37 %
rtiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk menjal 46 %
gan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. itu lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang 66 %
da kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan, itu merupakan hal wajar. Itu bagian dari demokrasi," ujarnya. N 69 %
Kalaupun sekarang muncul penolakan, itu merupakan hal wajar. itu bagian dari demokrasi," ujarnya. Namun, yang perlu dikhawat 70 %
corps) yang masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Dar 81 %
ka, saya akan pecat," tegasnya. Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di 93 %
litik. "Untuk menjalankan pemerintahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara m 51 %
bantah Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat jenderal Ryamizard Ryacudu. Ditemui secara terpisah, Ryamizard mengat 83 %
, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepala Staf Tentara Nas 79 %
majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu 63 %
un di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai 18 %
Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer buka 61 %
inan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetap 34 %
iliter mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya. Ga 37 %
dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas katolik Widya Mandira Kupang, Rabu (12/5). Ignas tak sependapat den 27 %
ma 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara ke 18 %
erja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimp 23 %
arget, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan 44 %
r yang mendarah daging dalam dirinya," katanya. Bukan tanda kebangkitan Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( 56 %
l presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kala 65 %
an tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan, itu merupaka 67 %
n kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi 45 %
oyono, dua mantan jenderal, dalam pencalonan presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat 9 %
akyat patut mencermati kepemimpinan mereka. "Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subku 15 %
atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan k 42 %
endukung mereka, saya akan pecat," tegasnya. Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas 92 %
gasnya. Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Saya 94 %
Masih Hidup Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, 4 %
f. Selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepala Staf 79 %
masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Jenderal Ryam 81 %
h tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati kepemimpinan mereka. "Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun d 13 %
tarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katolik Widya Mandira Kupan 25 %
ng, Rabu (12/5). Ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan kare 31 %
ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke b 21 %
terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini te 44 %
n dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam 45 %
secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas 25 %
ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katanya. Garis komando atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan 40 %
nya Surut secara Fisik, Subkulturnya Masih Hidup Kupang, kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya 3 %
n mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental patut juga diwaspadai. 77 %
an anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mempertahankan subku 33 %
militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncu 66 %
" katanya. Bukan tanda kebangkitan Sementara itu, peneliti lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatak 58 %
u Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalanga 61 %
kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katolik Widya mandira Kupang, Rabu (12/5). Ignas tak sependapat dengan anggapan b 28 %
gan arif munculnya Wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pencalonan presiden. Meski keduanya secara f 7 %
alam politik. "Untuk menjalankan pemerintahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai ca 50 %
ng perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat korps (l 75 %
Militer Hanya Surut secara Fisik, Subkulturnya masih Hidup Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati kemba 2 %
alah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang m 76 %
h aktif. Selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepal 79 %
keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk menjalankan pemeri 47 %
secara Fisik, Subkulturnya Masih Hidup Kupang, Kompas - masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan B 3 %
militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal 34 %
ang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya," katan 53 %
at, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti etos kerj 17 %
akat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 99 %
ter tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubunga 35 %
bkulturnya Masih Hidup Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang Susilo Yud 4 %
fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati kepemimpinan mereka. "Harus diingat, kehadiran militer sela 13 %
entasi yang terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subku 43 %
aha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya," katanya. Bukan tanda kebangkitan Se 54 %
itemui secara terpisah, Ryamizard mengatakan, TNI tidak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendu 87 %
ukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung mereka, saya akan pecat," tegasnya. Menurut Ikrar, kekhawat 90 %
ar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-eleme 95 %
ur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk menjalankan pemerintahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha s 49 %
a militer yang mendukung mereka, saya akan pecat," tegasnya. menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil b 92 %
Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semang 74 %
alon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih disebabkan ada ke 64 %
ebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan, itu merupakan hal wajar. Itu bagian dari demokrasi," ujarnya. Namun, yang 70 %
o Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pencalonan presiden. meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, teta 9 %
  militer Hanya Surut secara Fisik, Subkulturnya Masih Hidup Kupa 0 %
t mencermati kepemimpinan mereka. "Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur mil 15 %
ter selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara 18 %
k, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr 22 %
osiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Rabu (12/5). I 26 %
tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mem 32 %
pil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena 34 %
l harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya," katanya. Bukan tanda k 53 %
iga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih d 64 %
dak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung mereka, saya akan pecat," tegasnya. Menurut 89 %
lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan, itu merupakan hal wajar. Itu bagian dari demokras 69 %
ng, Kompas - Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, d 5 %
uga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepala Staf Tentara nasional Indonesia Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Ditemui 82 %
ancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosi 21 %
tu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan 60 %
n presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati kepemimpinan mereka. 11 %
a. "Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik 16 %
gan dinamika kebudayaan,"katanya. Garis komando atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam mencip 40 %
"katanya. Garis komando atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban da 41 %
bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 96 %
secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati kepemimpinan mereka. "Harus diingat, kehadiran m 12 %
in itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepala Staf Tentar 79 %
masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk menjalankan pemerintahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga 49 %
nto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pencalonan presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai o 8 %
dirinya," katanya. Bukan tanda kebangkitan Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti 57 %
awatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 95 %
ukan tanda kebangkitan Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga 58 %
ris komando atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertiban dan keamanan adalah k 42 %
t dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mempertahankan 32 %
hal wajar. Itu bagian dari demokrasi," ujarnya. Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan mantan a 73 %
I) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tan 62 %
i menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkita 63 %
pil dan militer di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, rabu (12/5). Ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimp 29 %
duanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati kepemimpinan mereka. "Harus diingat, kehad 12 %
pala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Jenderal ryamizard Ryacudu. Ditemui secara terpisah, Ryamizard mengatakan, TNI 84 %
n Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Ditemui secara terpisah, ryamizard mengatakan, TNI tidak akan mendukung capres atau cawapres. " 86 %
cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung mereka, saya akan pecat," tegasnya. Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa 91 %
encalonan presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati kepemimpinan mer 11 %
Militer Hanya Surut secara Fisik, Subkulturnya Masih Hidup Kupang, Kompas - Masyara 1 %
a mantan jenderal, dalam pencalonan presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut 10 %
os kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden 22 %
Indonesia Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Ditemui secara terpisah, Ryamizard mengatakan, TNI tidak akan mendukung cap 85 %
ter. Itu lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan, itu merupakan hal wajar. Itu bagian dari d 68 %
n pemerintahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah d 52 %
atin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental pa 76 %
mati kepemimpinan mereka. "Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke 15 %
mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental patut juga diwas 77 %
rah daging dalam dirinya," katanya. Bukan tanda kebangkitan sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikra 57 %
lisasi dalam politik. "Untuk menjalankan pemerintahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak mem 50 %
rsitas Katolik Widya Mandira Kupang, Rabu (12/5). Ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak p 30 %
aru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer ya 19 %
k," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Rab 26 %
5). Ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena mil 31 %
Menurut Ikrar, kekhawatiran itu bisa dikurangi bila kekuatan sipil bisa menjadi pengawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, 94 %
engawas di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 98 %
ilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer 24 %
ental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepala staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Jenderal Ryamizard 81 %
diran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti etos kerja, kebiasa 17 %
takan ketertiban dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk me 46 %
Militer Hanya Surut secara Fisik, subkulturnya Masih Hidup Kupang, Kompas - Masyarakat harus mencermati 1 %
lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dina 35 %
iasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam disku 23 %
Militer Hanya surut secara Fisik, Subkulturnya Masih Hidup Kupang, Kompas - 1 %
mencermati kembali dengan arif munculnya Wiranto dan Bambang susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pencalonan presiden. M 6 %
impinan mereka. "Harus diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam ka 16 %
niversitas Katolik Widya Mandira Kupang, Rabu (12/5). Ignas tak sependapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan mili 29 %
dalam pencalonan presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati kepemimp 11 %
militer yang mendarah daging dalam dirinya," katanya. Bukan tanda kebangkitan Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahua 56 %
den dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda kebangkitan militer. Itu lebih disebabkan ada kebebasan untu 65 %
eral, dalam pencalonan presiden. Meski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati k 10 %
diingat, kehadiran militer selama 32 tahun di era Orde Baru telah membawa subkultur militer ke dalam kancah politik, seperti e 17 %
an dan keamanan adalah kebiasaan khas militer. Subkultur ini telah masuk dan diinternalisasi dalam politik. "Untuk menjalankan 46 %
intahan sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging d 52 %
patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah Kepala Staf tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu 82 %
takan, TNI tidak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung mereka, saya akan pecat," tegasny 89 %
budayaan,"katanya. Garis komando atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan ketertib 41 %
eski keduanya secara fisik telah tampil sebagai orang sipil, tetapi rakyat patut mencermati kepemimpinan mereka. "Harus diingat 12 %
arena militer mau mempertahankan subkulturnya dalam politik, tetapi karena hal ini berhubungan dengan dinamika kebudayaan,"katan 36 %
endapat dengan anggapan bahwa kepemimpinan sipil dan militer tidak perlu lagi dipersoalkan. "Bukan karena militer mau mempertah 32 %
, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya 52 %
Ryacudu. Ditemui secara terpisah, Ryamizard mengatakan, TNI tidak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada mil 87 %
s di parlemen dan masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 98 %
masyarakat. Sayangnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 99 %
ahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan mil 61 %
zard Ryacudu. Ditemui secara terpisah, Ryamizard mengatakan, tni tidak akan mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti a 87 %
lai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil da 24 %
Ignas Kleden dalam diskusi kepemimpinan sipil dan militer di universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Rabu (12/5). Ignas tak sepend 27 %
sipil, seorang mantan jenderal harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam d 52 %
anda kebangkitan militer. Itu lebih disebabkan ada kebebasan untuk itu. "Kalaupun sekarang muncul penolakan, itu merupakan hal 67 %
angnya, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 99 %
Bhakti menyatakan, majunya tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden dari kalangan militer bukan merupakan tanda-tanda k 62 %
iskusi kepemimpinan sipil dan militer di Universitas Katolik widya Mandira Kupang, Rabu (12/5). Ignas tak sependapat dengan an 28 %
- Masyarakat harus mencermati kembali dengan arif munculnya wiranto dan Bambang Susilo Yudhoyono, dua mantan jenderal, dalam pen 6 %
ti etos kerja, kebiasaan, cara kerja dan nilai-nilai militer yang secara fisik sulit ditarik ke barak," ujar sosiolog Dr Ignas 22 %
ka kebudayaan,"katanya. Garis komando atas bawah, orientasi yang terpusat pada target, penggunaan kekerasan dalam menciptakan 41 %
berusaha sekuat tenaga untuk tidak memakai cara-cara militer yang mendarah daging dalam dirinya," katanya. Bukan tanda kebang 54 %
akan hal wajar. Itu bagian dari demokrasi," ujarnya. Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah ikatan batin antara mereka dan ma 72 %
an adalah ikatan batin antara mereka dan mantan anak buahnya yang masih aktif. Selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) 76 %
masih aktif. Selain itu, semangat korps (l’esprit de corps) yang masih kental patut juga diwaspadai. Namun, hal itu dibantah 78 %
mendukung capres atau cawapres. "Kalau terbukti ada militer yang mendukung mereka, saya akan pecat," tegasnya. Menurut Ikrar 90 %
a, elemen-elemen sipil tidak bersatu dan tidak memiliki visi yang sama. 99 %

 

The End

back to top

 

Word Frequency Program

 

 militer  12
 dan  10
 itu  8
 yang  8
 dalam  7
 sipil  6
 tidak  5
 secara  4
 fisik  3
 hal  3
 bukan  3
 kepemimpinan  3
 telah  3
 mereka  3
 di  3
 untuk  3
 mantan  3
 jenderal  3
 masih  3
 harus  3
 presiden  3
 dengan  3
 politik  3
 kebiasaan  2
 dari  2
 subkultur  2
 kebangkitan  2
 perlu  2
 ignas  2
 ikrar  2
 ini  2
 indonesia  2
 ke  2
 patut  2
 katanya  2
 ryamizard  2
 karena  2
 tetapi  2
 mendukung  2
 kupang  2
 bisa  2
 merupakan  2
 adalah  2
 ada  2
 akan  2
 mencermati  2
 masyarakat  2
 namun  2
 kerja  2
 subkulturnya  2
 munculnya  1
 mendarah  1
 mengatakan  1
 pengawas  1
 menjadi  1
 pengetahuan  1
 nasional  1
 mempertahankan  1
 menciptakan  1
 nusa  1
 nilai-nilai  1
 peneliti  1
 orde  1
 meski  1
 orang  1
 parlemen  1
 orientasi  1
 pada  1
 memiliki  1
 pemerintahan  1
 menjalankan  1
 pencalonan  1
 menurut  1
 menyatakan  1
 pecat  1
 muncul  1
 penggunaan  1
 tenaga  1
 tegasnya  1
 tentara  1
 terpisah  1
 terbukti  1
 target  1
 tak  1
 tahun  1
 tampil  1
 tanda-tanda  1
 tanda  1
 wajar  1
 visi  1
 wakil  1
 wiranto  1
 widya  1
 universitas  1
 tiga  1
 terpusat  1
 tni  1
 ujarnya  1
 ujar  1
 sebagai  1
 sayangnya  1
 sekarang  1
 selain  1
 sekuat  1
 saya  1
 rabu  1
 penolakan  1
 rakyat  1
 sama  1
 ryacudu  1
 staf  1
 sosiolog  1
 sulit  1
 susilo  1
 surut  1
 seperti  1
 semangat  1
 selama  1
 sementara  1
 sependapat  1
 seorang  1
 membawa  1
 daging  1
 corps  1
 darat  1
 demokrasi  1
 de  1
 cawapres  1
 calon  1
 buahnya  1
 capres  1
 cara-cara  1
 cara  1
 dirinya  1
 dipersoalkan  1
 disebabkan  1
 ditarik  1
 diskusi  1
 dinamika  1
 diingat  1
 dibantah  1
 diinternalisasi  1
 dikurangi  1
 dikhawatirkan  1
 bila  1
 antara  1
 angkatan  1
 arif  1
 atau  1
 atas  1
 anggapan  1
 12/5  1
 -  1
 32  1
 anak  1
 aktif  1
 berhubungan  1
 bawah  1
 bersatu  1
 bhakti  1
 berusaha  1
 batin  1
 bahwa  1
 bagian  1
 bambang  1
 baru  1
 barak  1
 ditemui  1
 khas  1
 ketertiban  1
 kleden  1
 kompas  1
 komando  1
 kepala  1
 kekhawatiran  1
 kekerasan  1
 kekuatan  1
 kental  1
 kembali  1
 mandira  1
 majunya  1
 masuk  1
 memakai  1
 mau  1
 lipi  1
 l’esprit  1
 korps  1
 lagi  1
 lembaga  1
 lebih  1
 kehadiran  1
 hanya  1
 garis  1
 hidup  1
 ilmu  1
 ikatan  1
 etos  1
 dr  1
 diwaspadai  1
 dua  1
 era  1
 elemen-elemen  1
 keamanan  1
 katolik  1
 kebebasan  1
 keduanya  1
 kebudayaan  1
 kandidat  1
 kalangan  1
 juga  1
 kalau  1
 kancah  1
 kalaupun  1
 yudhoyono  1

The End

back to top