click here for the word frequency
Salafi Radikal, Pesantren, dan Terorisme
Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks kitab secara literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan final. Pandangan inilah yang menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis.
Oleh: Jamal Ma’mur Asmani
Term “salafi radikal” kami ambil dari terminologi Azyumardi Azra ketika melihat fenomena gerakan otentifikasi Islam sedang mengecambah di Indonesia. “Salafi radikal” adalah kelompok yang berorientasi pada penegakan dan pengamalan “Islam yang murni”, “Islam otentik” yang dipraktikkan Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Disebut sebagai “salafi radikal” karena mereka cenderung menempuh pendekatan dan cara-cara keras untuk mencapai tujuan, daripada cara damai dan persuasif. Tumbuhnya kelompok ini berawal dari imigrasi orang-orang Hadhramaut ke Indonesia dalam jumlah besar dan massif, terjadi terutama sejak abad 19. Mereka membentuk enklave-enklave di berbagai kota di Indonesia; Petamburan dan Kwitang (Batavia), Pekalongan, Surakarta, Surabaya, Pontianak, Palembang, dan lain-lain. (Republika, 25/10/2002).
Term ini terasa aktual akhir-akhir ini setelah mendapatkan momentumnya. Pasca insiden JW Marriott, aparat menuduh pesantren sebagai sarang teroris. Term “salafi radikal” tepat sekali untuk menggambarkan fenomena Abu Bakar Ba’asyir, Amrozi, Ali Imron, Hambali, dan lain-lain. Nama-nama ini muncul ke permukaan, bahkan dunia, karena aktivitasnya yang menghebohkan, menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan. Segala cara harus dilakukan untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Para penentang “khilafah”, “hukum Allah”, dan “syariat” adalah kafir yang harus dilenyapkan dari permukaan bumi ini. Mereka merujuk hadis “Man ra-a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi wa-in lam yastathi’ fabilisanihi wa-in lam yastathi’ fabiqolbih, wazalika adl’aful iman”; barang siapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, jika tidak mampu ubahlah dengan kemampuan diplomasi, dan jika tidak mampu maka cukup dengan hati, dan itu adalah iman yang lemah.
Berdasarkan tekstualitas hadis ini, mereka melakukan serangkaian kegiatan dan gerakan pembersihan segala apa yang berbau “maksiat” (ma’ashi), “dosa” (zunub), “mungkar” (munkar), “keji” (fakhsya’), “kemunafikan” (nifaq), dan segala macam “muharramat” (yang diharamkan agama). Term-term ini sangat luas maknanya, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan, terutama publik. Saat ini, secara faktual kita melihat keanekaragam perzinaan, eksploitasi aurat (para turis), iklan transparan (semua iklan hampir menonjolkan organ wanita yang sensitif), judi, minum-minuman keras, dan lain-lain mengelilingi kehidupan ini secara bebas. Dan kebetulan, yang menyediakan hal-hal semacam ini secara full dan terbuka umum adalah restoran, night club, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang notabene banyak dikunjungi oleh warga negara asing. Maka tak ayal lagi, tempat-tempat semacam itu selalu rentan aksi kelompok ini, baik berupa ancaman, bom, tembak, sweeping, dsb. yang semuanya masuk dalam katagori terorisme.
Bagi kelompok ini, demokrasi adalah absurd, hanya akal-akalan barat untuk mempermudah ekspansi kapitalisme-global yang ujung-ujungnya semakin memperlemah posisi dan bargaining power umat Islam, dan semakin mengangkat kekuatan mereka nyaris sempurna. Sampai saat ini, umat Islam identik dengan kelompok marginal, tertindas, obyek perdagangan, dan selalu dijadikan bulan-bulanan kaum zionis-imperalis dengan lokomotifnya AS. Maka, tidak ada jalan lain kecuali kekerasan dan mengoptimalkan semua kekuatan Islam untuk menandingi kedigdayaan lawan sesuai dengan bunyi teks hadits.
Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks kitab secara literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan final. Pandangan inilah yang menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Apa yang tersirat dalam teks adalah mutlak kebenarannya dan wajib hukumnya memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan.
Persoalannya kemudian, betulkah karakter semacam ini menjadi mainstream pesantren di Indonesia, sehingga pesantren layak dituduh sebagai sarang terorisme sebagaimana tuduhan pihak berwajib? Di sinilah urgensi identifikasi dan kategorisasi pesantren untuk memperjelas apakah semua pesantren layak dituduh sebagai sarang terorisme, atau sebagian saja.
Sepanjang berdirinya negara ini, pesantren sebagaimana yang kita tahu adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh para ulama untuk mendidik, membimbing dan memberdayakan santri dan masyarakat dalam hal keagamaan, sosial, budaya dan politik kultural. Peran serta ulama dalam ikut mengantarkan negara ini ke gerbang kemerdekaan tidak diragukan lagi, tertulis dalam tinta emas perjuangan bangsa.
Secara faktual-empiris, mayoritas pesantren bernaung pada kelompok organisasi besar, yakni NU (Nahdlatul Ulama) dan MD (Muhammadiyah), karena itu, untuk mengetahui seperti apa corak dan warna pesantren, bisa dilihat dari karakteristik para eksponen pesantren tersebut. Untuk membuat contoh, KH. MA. Sahal Mahfudz (mewakili NU-Ra’is Am Syuriyah NU) dan Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Ma’arif (Ketua PP Muhammadiah). Publik sudah mafhum bagaimana karakter dan komitmen mereka terhadap persoalan keumatan dan kebangsaan. Tentunya, aksi-aksi mereka dalam aspek pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik lahir dari kedalaman pemahaman terhadap doktrin dan norma yang terdapat dalam kekayaan khazanah keilmuan masing-masing organisasi tersebut. Kalau di NU berupa kitab kuning (classical source), kalau Muhammadiyah al-Qur’an dan Hadits (dan wacana akademik-kontemporer). Namun, akhir-akhir ini kedua organisasi ada dalam platform yang sama, yaitu sama-sama ingin menampilkan Islam sebagai rahmatan li-alamin dengan cirinya; infitah (inklusif), tawasut (moderat), tasamuh (toleran), i’tidal (lurus), musawah (persamaan), dan maslahah (kesejahteraan). Tujuan mereka adalah terciptanya keadilan adalah, supremasi hukum (tahqiqul hukmi), dan kesejahteraan rakyat (al-mashalih al-ra’iyah) dalam frame good governance. Semua ini lahir dari cara pemahaman mereka terhadap teks yang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulama yang bertebaran dalam masalah teologi, fiqh,dan tasawuf (mistisisme) yang kontekstual, metodologis, dan menyejarah. Hasil Muktamar NU di Cipasung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang lalu (yang populer dengan ijtihad budaya) menunjukkan hal ini.
Melihat realitas faktual ini, sangat jauh kemungkinannya jika pesantren model NU dan Muhammadiyah dan model pesantren yang lain sampai melakukan tindakan-tindakan yang ekstrem, radikal, dan fundamentalis, karena tindakan semacam ini dengan sendirinya menguburkan cita profetik Islam sebagai agama rahmah, berubah menjadi agama niqmah (siksa), dan nar (neraka). Mereka justru ingin menampilkan Islam secara humanis, persuasif, dinamis, dan progresif.
Tiga mainstream keilmuan pesantren (tauhid, fiqh dan tasawuf) sangat menganjurkan umat untuk berbuat kebajikan, kasih sayang, mengalah demi orang lain, membahagiakan orang lain, menolong dan bekerjasama, dan sedini mungkin menghindari konflik, konfrontasi, intrik, dan hal-hal destruktif lainnya. Dengan inilah Islam akan bisa diterima dimuka bumi secara simpatik dan penuh dengan kesan. Bukan dengan pedang, bom, tembak yang menyisakan kesan kejam, bengis, dan biadab. Bukankah Rasulullah Muhammad tidak pernah menggunakan pedang selama masih ada jalan lain yang lebih bijaksana?
Dari sini bisa disimpulkan, kelompok dari rahim pesantren yang populer dengan “salafi radikal” ini adalah minoritas dari mainstream pesantren yang ada. Kelompok ini mempunyai aktivitas, gerakan dan target politik yang jelas, serta jaringan internasional dengan cara dan karakter yang spesifik. Di sektor dana, pesantren seperti ini juga mempunyai akses yang luas. Ciri-ciri semacam ini sulit didapatkan di pesantren Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat tidak bijaksana apabila ada pihak-pihak tertentu yang melakukan generalisasi dengan mengatakan semua pesantren layak disebut sebagai sarang terorisme.
pre- text |
WORD |
post- text |
% |
akan pembersihan segala apa yang berbau “maksiat” (ma’ashi), | “dosa” | (zunub), “mungkar” (munkar), “keji” (fakhsya’), “kemunafikan | 28 % |
n kalimah Allah di muka bumi ini. Para penentang “khilafah”, | “hukum | Allah”, dan “syariat” adalah kafir yang harus dilenyapkan da | 21 % |
lah kelompok yang berorientasi pada penegakan dan pengamalan | “islam | yang murni”, “Islam otentik” yang dipraktikkan Nabi Muhammad | 8 % |
rorientasi pada penegakan dan pengamalan “Islam yang murni”, | “islam | otentik” yang dipraktikkan Nabi Muhammad dan para sahabatnya | 8 % |
bau “maksiat” (ma’ashi), “dosa” (zunub), “mungkar” (munkar), | “keji” | (fakhsya’), “kemunafikan” (nifaq), dan segala macam “muharra | 28 % |
shi), “dosa” (zunub), “mungkar” (munkar), “keji” (fakhsya’), | “kemunafikan” | (nifaq), dan segala macam “muharramat” (yang diharamkan agam | 29 % |
aian kegiatan dan gerakan pembersihan segala apa yang berbau | “maksiat” | (ma’ashi), “dosa” (zunub), “mungkar” (munkar), “keji” (fakhs | 28 % |
us dilenyapkan dari permukaan bumi ini. Mereka merujuk hadis | “man | ra-a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi wa-in lam yasta | 22 % |
, “keji” (fakhsya’), “kemunafikan” (nifaq), dan segala macam | “muharramat” | (yang diharamkan agama). Term-term ini sangat luas maknanya, | 29 % |
segala apa yang berbau “maksiat” (ma’ashi), “dosa” (zunub), | “mungkar” | (munkar), “keji” (fakhsya’), “kemunafikan” (nifaq), dan sega | 28 % |
sif, dan fundamentalis. Oleh: Jamal Ma’mur Asmani Term | “salafi | radikal” kami ambil dari terminologi Azyumardi Azra ketika m | 5 % |
gerakan otentifikasi Islam sedang mengecambah di Indonesia. | “salafi | radikal” adalah kelompok yang berorientasi pada penegakan da | 7 % |
raktikkan Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Disebut sebagai | “salafi | radikal” karena mereka cenderung menempuh pendekatan dan car | 9 % |
riott, aparat menuduh pesantren sebagai sarang teroris. Term | “salafi | radikal” tepat sekali untuk menggambarkan fenomena Abu Bakar | 16 % |
simpulkan, kelompok dari rahim pesantren yang populer dengan | “salafi | radikal” ini adalah minoritas dari mainstream pesantren yang | 93 % |
muka bumi ini. Para penentang “khilafah”, “hukum Allah”, dan | “syariat” | adalah kafir yang harus dilenyapkan dari permukaan bumi ini. | 21 % |
, metodologis, dan menyejarah. Hasil Muktamar NU di Cipasung | 1992 | dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang lalu (yang populer d | 79 % |
l Muktamar NU di Cipasung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun | 2001 | yang lalu (yang populer dengan ijtihad budaya) menunjukkan h | 79 % |
onesia dalam jumlah besar dan massif, terjadi terutama sejak | abad | 19. Mereka membentuk enklave-enklave di berbagai kota di Ind | 12 % |
m “salafi radikal” tepat sekali untuk menggambarkan fenomena | abu | Bakar Ba’asyir, Amrozi, Ali Imron, Hambali, dan lain-lain. N | 17 % |
an kaum zionis-imperalis dengan lokomotifnya AS. Maka, tidak | ada | jalan lain kecuali kekerasan dan mengoptimalkan semua kekuat | 44 % |
ademik-kontemporer). Namun, akhir-akhir ini kedua organisasi | ada | dalam platform yang sama, yaitu sama-sama ingin menampilkan | 71 % |
emua ini lahir dari cara pemahaman mereka terhadap teks yang | ada | pada al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulama yang berteba | 76 % |
lullah Muhammad tidak pernah menggunakan pedang selama masih | ada | jalan lain yang lebih bijaksana? Dari sini bisa disimpulkan | 92 % |
pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat tidak bijaksana apabila | ada | pihak-pihak tertentu yang melakukan generalisasi dengan meng | 98 % |
kasi Islam sedang mengecambah di Indonesia. “Salafi radikal” | adalah | kelompok yang berorientasi pada penegakan dan pengamalan “Is | 7 % |
ini. Para penentang “khilafah”, “hukum Allah”, dan “syariat” | adalah | kafir yang harus dilenyapkan dari permukaan bumi ini. Mereka | 21 % |
lomasi, dan jika tidak mampu maka cukup dengan hati, dan itu | adalah | iman yang lemah. Berdasarkan tekstualitas hadis ini, mereka | 26 % |
menyediakan hal-hal semacam ini secara full dan terbuka umum | adalah | restoran, night club, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang | 35 % |
asuk dalam katagori terorisme. Bagi kelompok ini, demokrasi | adalah | absurd, hanya akal-akalan barat untuk mempermudah ekspansi k | 39 % |
, eksklusif, dan fundamentalis. Apa yang tersirat dalam teks | adalah | mutlak kebenarannya dan wajib hukumnya memperjuangkannya sam | 50 % |
berdirinya negara ini, pesantren sebagaimana yang kita tahu | adalah | lembaga pendidikan yang didirikan oleh para ulama untuk mend | 56 % |
wah (persamaan), dan maslahah (kesejahteraan). Tujuan mereka | adalah | terciptanya keadilan adalah, supremasi hukum (tahqiqul hukmi | 74 % |
ari rahim pesantren yang populer dengan “salafi radikal” ini | adalah | minoritas dari mainstream pesantren yang ada. Kelompok ini m | 94 % |
tathi’ fabilisanihi wa-in lam yastathi’ fabiqolbih, wazalika | adl’aful | iman”; barang siapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan keku | 24 % |
ni dengan sendirinya menguburkan cita profetik Islam sebagai | agama | rahmah, berubah menjadi agama niqmah (siksa), dan nar (nerak | 84 % |
an cita profetik Islam sebagai agama rahmah, berubah menjadi | agama | niqmah (siksa), dan nar (neraka). Mereka justru ingin menamp | 84 % |
hal Mahfudz (mewakili NU-Ra’is Am Syuriyah NU) dan Prof. Dr. | ahmad | Syafi’I Ma’arif (Ketua PP Muhammadiah). Publik sudah mafhum | 64 % |
erorisme. Bagi kelompok ini, demokrasi adalah absurd, hanya | akal-akalan | barat untuk mempermudah ekspansi kapitalisme-global yang uju | 39 % |
intrik, dan hal-hal destruktif lainnya. Dengan inilah Islam | akan | bisa diterima dimuka bumi secara simpatik dan penuh dengan k | 89 % |
lain-lain. (Republika, 25/10/2002). Term ini terasa aktual | akhir-akhir | ini setelah mendapatkan momentumnya. Pasca insiden JW Marrio | 15 % |
-Qur’an dan Hadits (dan wacana akademik-kontemporer). Namun, | akhir-akhir | ini kedua organisasi ada dalam platform yang sama, yaitu sam | 70 % |
esifik. Di sektor dana, pesantren seperti ini juga mempunyai | akses | yang luas. Ciri-ciri semacam ini sulit didapatkan di pesantr | 97 % |
Maka tak ayal lagi, tempat-tempat semacam itu selalu rentan | aksi | kelompok ini, baik berupa ancaman, bom, tembak, sweeping, ds | 37 % |
mereka terhadap persoalan keumatan dan kebangsaan. Tentunya, | aksi-aksi | mereka dalam aspek pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan | 66 % |
ain. Nama-nama ini muncul ke permukaan, bahkan dunia, karena | aktivitasnya | yang menghebohkan, menggunakan cara kekerasan untuk mencapai | 19 % |
ng, dan lain-lain. (Republika, 25/10/2002). Term ini terasa | aktual | akhir-akhir ini setelah mendapatkan momentumnya. Pasca insid | 15 % |
ali untuk menggambarkan fenomena Abu Bakar Ba’asyir, Amrozi, | ali | Imron, Hambali, dan lain-lain. Nama-nama ini muncul ke permu | 18 % |
tujuan. Segala cara harus dilakukan untuk menegakkan kalimah | allah | di muka bumi ini. Para penentang “khilafah”, “hukum Allah”, | 20 % |
U berupa kitab kuning (classical source), kalau Muhammadiyah | al-qur’an | dan Hadits (dan wacana akademik-kontemporer). Namun, akhir-a | 70 % |
tuk membuat contoh, KH. MA. Sahal Mahfudz (mewakili NU-Ra’is | am | Syuriyah NU) dan Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Ma’arif (Ketua PP M | 64 % |
. Oleh: Jamal Ma’mur Asmani Term “salafi radikal” kami | ambil | dari terminologi Azyumardi Azra ketika melihat fenomena gera | 5 % |
elakukan serangkaian kegiatan dan gerakan pembersihan segala | apa | yang berbau “maksiat” (ma’ashi), “dosa” (zunub), “mungkar” ( | 27 % |
fanatis, tidak kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. | apa | yang tersirat dalam teks adalah mutlak kebenarannya dan waji | 49 % |
dan MD (Muhammadiyah), karena itu, untuk mengetahui seperti | apa | corak dan warna pesantren, bisa dilihat dari karakteristik p | 62 % |
donesia pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat tidak bijaksana | apabila | ada pihak-pihak tertentu yang melakukan generalisasi dengan | 98 % |
si identifikasi dan kategorisasi pesantren untuk memperjelas | apakah | semua pesantren layak dituduh sebagai sarang terorisme, atau | 54 % |
setelah mendapatkan momentumnya. Pasca insiden JW Marriott, | aparat | menuduh pesantren sebagai sarang teroris. Term “salafi radik | 16 % |
l, Pesantren, dan Terorisme Di sinilah kelihatan karakter | asli | kelompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yan | 1 % |
uai dengan bunyi teks hadits. Di sinilah kelihatan karakter | asli | kelompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yan | 46 % |
ompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Oleh: Jamal Ma’mur | asmani | Term “salafi radikal” kami ambil dari terminologi Azyumardi | 5 % |
Term-term ini sangat luas maknanya, mencakup hampir seluruh | aspek | kehidupan, terutama publik. Saat ini, secara faktual kita me | 30 % |
an keumatan dan kebangsaan. Tentunya, aksi-aksi mereka dalam | aspek | pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik lahir dari | 66 % |
akah semua pesantren layak dituduh sebagai sarang terorisme, | atau | sebagian saja. Sepanjang berdirinya negara ini, pesantren s | 55 % |
ara faktual kita melihat keanekaragam perzinaan, eksploitasi | aurat | (para turis), iklan transparan (semua iklan hampir menonjolk | 32 % |
notabene banyak dikunjungi oleh warga negara asing. Maka tak | ayal | lagi, tempat-tempat semacam itu selalu rentan aksi kelompok | 36 % |
Term “salafi radikal” kami ambil dari terminologi Azyumardi | azra | ketika melihat fenomena gerakan otentifikasi Islam sedang me | 6 % |
Asmani Term “salafi radikal” kami ambil dari terminologi | azyumardi | Azra ketika melihat fenomena gerakan otentifikasi Islam seda | 5 % |
Syafi’I Ma’arif (Ketua PP Muhammadiah). Publik sudah mafhum | bagaimana | karakter dan komitmen mereka terhadap persoalan keumatan dan | 65 % |
sweeping, dsb. yang semuanya masuk dalam katagori terorisme. | bagi | kelompok ini, demokrasi adalah absurd, hanya akal-akalan bar | 38 % |
, Hambali, dan lain-lain. Nama-nama ini muncul ke permukaan, | bahkan | dunia, karena aktivitasnya yang menghebohkan, menggunakan ca | 18 % |
, tempat-tempat semacam itu selalu rentan aksi kelompok ini, | baik | berupa ancaman, bom, tembak, sweeping, dsb. yang semuanya ma | 37 % |
alafi radikal” tepat sekali untuk menggambarkan fenomena Abu | bakar | Ba’asyir, Amrozi, Ali Imron, Hambali, dan lain-lain. Nama-na | 17 % |
night club, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang notabene | banyak | dikunjungi oleh warga negara asing. Maka tak ayal lagi, temp | 36 % |
ihi wa-in lam yastathi’ fabiqolbih, wazalika adl’aful iman”; | barang | siapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, jika ti | 24 % |
agi kelompok ini, demokrasi adalah absurd, hanya akal-akalan | barat | untuk mempermudah ekspansi kapitalisme-global yang ujung-uju | 39 % |
me-global yang ujung-ujungnya semakin memperlemah posisi dan | bargaining | power umat Islam, dan semakin mengangkat kekuatan mereka nya | 40 % |
n, daripada cara damai dan persuasif. Tumbuhnya kelompok ini | berawal | dari imigrasi orang-orang Hadhramaut ke Indonesia dalam juml | 11 % |
terutama sejak abad 19. Mereka membentuk enklave-enklave di | berbagai | kota di Indonesia; Petamburan dan Kwitang (Batavia), Pekalon | 13 % |
serangkaian kegiatan dan gerakan pembersihan segala apa yang | berbau | “maksiat” (ma’ashi), “dosa” (zunub), “mungkar” (munkar), “ke | 28 % |
en (tauhid, fiqh dan tasawuf) sangat menganjurkan umat untuk | berbuat | kebajikan, kasih sayang, mengalah demi orang lain, membahagi | 87 % |
ampu maka cukup dengan hati, dan itu adalah iman yang lemah. | berdasarkan | tekstualitas hadis ini, mereka melakukan serangkaian kegiata | 26 % |
duh sebagai sarang terorisme, atau sebagian saja. Sepanjang | berdirinya | negara ini, pesantren sebagaimana yang kita tahu adalah lemb | 55 % |
juangan bangsa. Secara faktual-empiris, mayoritas pesantren | bernaung | pada kelompok organisasi besar, yakni NU (Nahdlatul Ulama) d | 60 % |
gecambah di Indonesia. “Salafi radikal” adalah kelompok yang | berorientasi | pada penegakan dan pengamalan “Islam yang murni”, “Islam ote | 7 % |
ang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulama yang | bertebaran | dalam masalah teologi, fiqh,dan tasawuf (mistisisme) yang ko | 77 % |
irinya menguburkan cita profetik Islam sebagai agama rahmah, | berubah | menjadi agama niqmah (siksa), dan nar (neraka). Mereka justr | 84 % |
elompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang | berupa | teks-teks kitab secara literalistik, tekstual, sakral, etern | 2 % |
pat-tempat semacam itu selalu rentan aksi kelompok ini, baik | berupa | ancaman, bom, tembak, sweeping, dsb. yang semuanya masuk dal | 37 % |
elompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang | berupa | teks-teks kitab secara literalistik, tekstual, sakral, etern | 46 % |
anah keilmuan masing-masing organisasi tersebut. Kalau di NU | berupa | kitab kuning (classical source), kalau Muhammadiyah al-Qur’a | 69 % |
ri imigrasi orang-orang Hadhramaut ke Indonesia dalam jumlah | besar | dan massif, terjadi terutama sejak abad 19. Mereka membentuk | 12 % |
nnya sampai titik darah penghabisan. Persoalannya kemudian, | betulkah | karakter semacam ini menjadi mainstream pesantren di Indones | 51 % |
santren Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat tidak | bijaksana | apabila ada pihak-pihak tertentu yang melakukan generalisasi | 98 % |
santren Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat tidak | bijaksana | apabila ada pihak-pihak tertentu yang melakukan generalisasi | 98 % |
itu, untuk mengetahui seperti apa corak dan warna pesantren, | bisa | dilihat dari karakteristik para eksponen pesantren tersebut. | 62 % |
ik, dan hal-hal destruktif lainnya. Dengan inilah Islam akan | bisa | diterima dimuka bumi secara simpatik dan penuh dengan kesan. | 89 % |
selama masih ada jalan lain yang lebih bijaksana? Dari sini | bisa | disimpulkan, kelompok dari rahim pesantren yang populer deng | 93 % |
ereka merujuk hadis “Man ra-a minkum munkaran falyughayyirhu | biyadihi | wa-in lam yastathi’ fabilisanihi wa-in lam yastathi’ fabiqol | 23 % |
erdayakan santri dan masyarakat dalam hal keagamaan, sosial, | budaya | dan politik kultural. Peran serta ulama dalam ikut mengantar | 58 % |
diterima dimuka bumi secara simpatik dan penuh dengan kesan. | bukan | dengan pedang, bom, tembak yang menyisakan kesan kejam, beng | 90 % |
bom, tembak yang menyisakan kesan kejam, bengis, dan biadab. | bukankah | Rasulullah Muhammad tidak pernah menggunakan pedang selama m | 91 % |
marginal, tertindas, obyek perdagangan, dan selalu dijadikan | bulan-bulanan | kaum zionis-imperalis dengan lokomotifnya AS. Maka, tidak ad | 43 % |
cara harus dilakukan untuk menegakkan kalimah Allah di muka | bumi | ini. Para penentang “khilafah”, “hukum Allah”, dan “syariat” | 20 % |
“syariat” adalah kafir yang harus dilenyapkan dari permukaan | bumi | ini. Mereka merujuk hadis “Man ra-a minkum munkaran falyugha | 22 % |
uktif lainnya. Dengan inilah Islam akan bisa diterima dimuka | bumi | secara simpatik dan penuh dengan kesan. Bukan dengan pedang, | 90 % |
uatan Islam untuk menandingi kedigdayaan lawan sesuai dengan | bunyi | teks hadits. Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok in | 45 % |
ndekatan dan cara-cara keras untuk mencapai tujuan, daripada | cara | damai dan persuasif. Tumbuhnya kelompok ini berawal dari imi | 10 % |
an dunia, karena aktivitasnya yang menghebohkan, menggunakan | cara | kekerasan untuk mencapai tujuan. Segala cara harus dilakukan | 19 % |
an, menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan. Segala | cara | harus dilakukan untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi | 20 % |
l-ra’iyah) dalam frame good governance. Semua ini lahir dari | cara | pemahaman mereka terhadap teks yang ada pada al-Qur’an, al-H | 76 % |
rget politik yang jelas, serta jaringan internasional dengan | cara | dan karakter yang spesifik. Di sektor dana, pesantren sepert | 96 % |
afi radikal” karena mereka cenderung menempuh pendekatan dan | cara-cara | keras untuk mencapai tujuan, daripada cara damai dan persuas | 10 % |
a sahabatnya. Disebut sebagai “salafi radikal” karena mereka | cenderung | menempuh pendekatan dan cara-cara keras untuk mencapai tujua | 9 % |
ntekstual, metodologis, dan menyejarah. Hasil Muktamar NU di | cipasung | 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang lalu (yang popu | 79 % |
dana, pesantren seperti ini juga mempunyai akses yang luas. | ciri-ciri | semacam ini sulit didapatkan di pesantren Indonesia pada umu | 97 % |
ma ingin menampilkan Islam sebagai rahmatan li-alamin dengan | cirinya; | infitah (inklusif), tawasut (moderat), tasamuh (toleran), i’ | 72 % |
s, karena tindakan semacam ini dengan sendirinya menguburkan | cita | profetik Islam sebagai agama rahmah, berubah menjadi agama n | 83 % |
MD (Muhammadiyah), karena itu, untuk mengetahui seperti apa | corak | dan warna pesantren, bisa dilihat dari karakteristik para ek | 62 % |
bahlah dengan kemampuan diplomasi, dan jika tidak mampu maka | cukup | dengan hati, dan itu adalah iman yang lemah. Berdasarkan te | 26 % |
ni berawal dari imigrasi orang-orang Hadhramaut ke Indonesia | dalam | jumlah besar dan massif, terjadi terutama sejak abad 19. Mer | 11 % |
upa ancaman, bom, tembak, sweeping, dsb. yang semuanya masuk | dalam | katagori terorisme. Bagi kelompok ini, demokrasi adalah abs | 38 % |
al kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Apa yang tersirat | dalam | teks adalah mutlak kebenarannya dan wajib hukumnya memperjua | 49 % |
mendidik, membimbing dan memberdayakan santri dan masyarakat | dalam | hal keagamaan, sosial, budaya dan politik kultural. Peran se | 57 % |
maan, sosial, budaya dan politik kultural. Peran serta ulama | dalam | ikut mengantarkan negara ini ke gerbang kemerdekaan tidak di | 58 % |
ra ini ke gerbang kemerdekaan tidak diragukan lagi, tertulis | dalam | tinta emas perjuangan bangsa. Secara faktual-empiris, mayor | 59 % |
ersoalan keumatan dan kebangsaan. Tentunya, aksi-aksi mereka | dalam | aspek pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik lahir | 66 % |
kedalaman pemahaman terhadap doktrin dan norma yang terdapat | dalam | kekayaan khazanah keilmuan masing-masing organisasi tersebut | 68 % |
ik-kontemporer). Namun, akhir-akhir ini kedua organisasi ada | dalam | platform yang sama, yaitu sama-sama ingin menampilkan Islam | 71 % |
ul hukmi), dan kesejahteraan rakyat (al-mashalih al-ra’iyah) | dalam | frame good governance. Semua ini lahir dari cara pemahaman m | 75 % |
a al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulama yang bertebaran | dalam | masalah teologi, fiqh,dan tasawuf (mistisisme) yang kontekst | 77 % |
tan dan cara-cara keras untuk mencapai tujuan, daripada cara | damai | dan persuasif. Tumbuhnya kelompok ini berawal dari imigrasi | 10 % |
Salafi Radikal, Pesantren, | dan | Terorisme Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini | 0 % |
an karakter asli kelompok ini yang memandang turast (doktrin | dan | tradisi) yang berupa teks-teks kitab secara literalistik, te | 1 % |
kitab secara literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, | dan | final. Pandangan inilah yang menyebabkan perilaku mereka yan | 3 % |
ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, eksklusif, | dan | fundamentalis. Oleh: Jamal Ma’mur Asmani Term “salafi | 4 % |
fi radikal” adalah kelompok yang berorientasi pada penegakan | dan | pengamalan “Islam yang murni”, “Islam otentik” yang diprakti | 7 % |
yang murni”, “Islam otentik” yang dipraktikkan Nabi Muhammad | dan | para sahabatnya. Disebut sebagai “salafi radikal” karena mer | 8 % |
“salafi radikal” karena mereka cenderung menempuh pendekatan | dan | cara-cara keras untuk mencapai tujuan, daripada cara damai d | 10 % |
n cara-cara keras untuk mencapai tujuan, daripada cara damai | dan | persuasif. Tumbuhnya kelompok ini berawal dari imigrasi oran | 10 % |
grasi orang-orang Hadhramaut ke Indonesia dalam jumlah besar | dan | massif, terjadi terutama sejak abad 19. Mereka membentuk enk | 12 % |
uk enklave-enklave di berbagai kota di Indonesia; Petamburan | dan | Kwitang (Batavia), Pekalongan, Surakarta, Surabaya, Pontiana | 13 % |
via), Pekalongan, Surakarta, Surabaya, Pontianak, Palembang, | dan | lain-lain. (Republika, 25/10/2002). Term ini terasa aktual | 14 % |
kan fenomena Abu Bakar Ba’asyir, Amrozi, Ali Imron, Hambali, | dan | lain-lain. Nama-nama ini muncul ke permukaan, bahkan dunia, | 18 % |
di muka bumi ini. Para penentang “khilafah”, “hukum Allah”, | dan | “syariat” adalah kafir yang harus dilenyapkan dari permukaan | 21 % |
uasaan, jika tidak mampu ubahlah dengan kemampuan diplomasi, | dan | jika tidak mampu maka cukup dengan hati, dan itu adalah iman | 25 % |
puan diplomasi, dan jika tidak mampu maka cukup dengan hati, | dan | itu adalah iman yang lemah. Berdasarkan tekstualitas hadis | 26 % |
ekstualitas hadis ini, mereka melakukan serangkaian kegiatan | dan | gerakan pembersihan segala apa yang berbau “maksiat” (ma’ash | 27 % |
mungkar” (munkar), “keji” (fakhsya’), “kemunafikan” (nifaq), | dan | segala macam “muharramat” (yang diharamkan agama). Term-term | 29 % |
lkan organ wanita yang sensitif), judi, minum-minuman keras, | dan | lain-lain mengelilingi kehidupan ini secara bebas. Dan kebet | 33 % |
eras, dan lain-lain mengelilingi kehidupan ini secara bebas. | dan | kebetulan, yang menyediakan hal-hal semacam ini secara full | 34 % |
kebetulan, yang menyediakan hal-hal semacam ini secara full | dan | terbuka umum adalah restoran, night club, dan tempat-tempat | 35 % |
ni secara full dan terbuka umum adalah restoran, night club, | dan | tempat-tempat hiburan lainnya yang notabene banyak dikunjung | 35 % |
alisme-global yang ujung-ujungnya semakin memperlemah posisi | dan | bargaining power umat Islam, dan semakin mengangkat kekuatan | 40 % |
semakin memperlemah posisi dan bargaining power umat Islam, | dan | semakin mengangkat kekuatan mereka nyaris sempurna. Sampai s | 41 % |
ntik dengan kelompok marginal, tertindas, obyek perdagangan, | dan | selalu dijadikan bulan-bulanan kaum zionis-imperalis dengan | 42 % |
okomotifnya AS. Maka, tidak ada jalan lain kecuali kekerasan | dan | mengoptimalkan semua kekuatan Islam untuk menandingi kedigda | 44 % |
an karakter asli kelompok ini yang memandang turast (doktrin | dan | tradisi) yang berupa teks-teks kitab secara literalistik, te | 46 % |
kitab secara literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, | dan | final. Pandangan inilah yang menyebabkan perilaku mereka yan | 47 % |
ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, eksklusif, | dan | fundamentalis. Apa yang tersirat dalam teks adalah mutlak ke | 49 % |
lis. Apa yang tersirat dalam teks adalah mutlak kebenarannya | dan | wajib hukumnya memperjuangkannya sampai titik darah penghabi | 50 % |
mana tuduhan pihak berwajib? Di sinilah urgensi identifikasi | dan | kategorisasi pesantren untuk memperjelas apakah semua pesant | 53 % |
an yang didirikan oleh para ulama untuk mendidik, membimbing | dan | memberdayakan santri dan masyarakat dalam hal keagamaan, sos | 57 % |
ra ulama untuk mendidik, membimbing dan memberdayakan santri | dan | masyarakat dalam hal keagamaan, sosial, budaya dan politik k | 57 % |
an santri dan masyarakat dalam hal keagamaan, sosial, budaya | dan | politik kultural. Peran serta ulama dalam ikut mengantarkan | 58 % |
g pada kelompok organisasi besar, yakni NU (Nahdlatul Ulama) | dan | MD (Muhammadiyah), karena itu, untuk mengetahui seperti apa | 61 % |
uhammadiyah), karena itu, untuk mengetahui seperti apa corak | dan | warna pesantren, bisa dilihat dari karakteristik para ekspon | 62 % |
oh, KH. MA. Sahal Mahfudz (mewakili NU-Ra’is Am Syuriyah NU) | dan | Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Ma’arif (Ketua PP Muhammadiah). Publ | 64 % |
etua PP Muhammadiah). Publik sudah mafhum bagaimana karakter | dan | komitmen mereka terhadap persoalan keumatan dan kebangsaan. | 65 % |
ana karakter dan komitmen mereka terhadap persoalan keumatan | dan | kebangsaan. Tentunya, aksi-aksi mereka dalam aspek pendidika | 66 % |
aksi mereka dalam aspek pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, | dan | politik lahir dari kedalaman pemahaman terhadap doktrin dan | 67 % |
dan politik lahir dari kedalaman pemahaman terhadap doktrin | dan | norma yang terdapat dalam kekayaan khazanah keilmuan masing- | 68 % |
itab kuning (classical source), kalau Muhammadiyah al-Qur’an | dan | Hadits (dan wacana akademik-kontemporer). Namun, akhir-akhir | 70 % |
t), tasamuh (toleran), i’tidal (lurus), musawah (persamaan), | dan | maslahah (kesejahteraan). Tujuan mereka adalah terciptanya k | 73 % |
rciptanya keadilan adalah, supremasi hukum (tahqiqul hukmi), | dan | kesejahteraan rakyat (al-mashalih al-ra’iyah) dalam frame go | 75 % |
aman mereka terhadap teks yang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, | dan | kitab-kitab ulama yang bertebaran dalam masalah teologi, fiq | 77 % |
fiqh,dan tasawuf (mistisisme) yang kontekstual, metodologis, | dan | menyejarah. Hasil Muktamar NU di Cipasung 1992 dan Mukmar Mu | 78 % |
odologis, dan menyejarah. Hasil Muktamar NU di Cipasung 1992 | dan | Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang lalu (yang populer denga | 79 % |
tual ini, sangat jauh kemungkinannya jika pesantren model NU | dan | Muhammadiyah dan model pesantren yang lain sampai melakukan | 81 % |
jauh kemungkinannya jika pesantren model NU dan Muhammadiyah | dan | model pesantren yang lain sampai melakukan tindakan-tindakan | 81 % |
in sampai melakukan tindakan-tindakan yang ekstrem, radikal, | dan | fundamentalis, karena tindakan semacam ini dengan sendirinya | 82 % |
sebagai agama rahmah, berubah menjadi agama niqmah (siksa), | dan | nar (neraka). Mereka justru ingin menampilkan Islam secara h | 84 % |
ingin menampilkan Islam secara humanis, persuasif, dinamis, | dan | progresif. Tiga mainstream keilmuan pesantren (tauhid, fiqh | 85 % |
progresif. Tiga mainstream keilmuan pesantren (tauhid, fiqh | dan | tasawuf) sangat menganjurkan umat untuk berbuat kebajikan, k | 86 % |
mengalah demi orang lain, membahagiakan orang lain, menolong | dan | bekerjasama, dan sedini mungkin menghindari konflik, konfron | 88 % |
ng lain, membahagiakan orang lain, menolong dan bekerjasama, | dan | sedini mungkin menghindari konflik, konfrontasi, intrik, dan | 88 % |
dan sedini mungkin menghindari konflik, konfrontasi, intrik, | dan | hal-hal destruktif lainnya. Dengan inilah Islam akan bisa di | 89 % |
inilah Islam akan bisa diterima dimuka bumi secara simpatik | dan | penuh dengan kesan. Bukan dengan pedang, bom, tembak yang me | 90 % |
gan pedang, bom, tembak yang menyisakan kesan kejam, bengis, | dan | biadab. Bukankah Rasulullah Muhammad tidak pernah menggunaka | 91 % |
esantren yang ada. Kelompok ini mempunyai aktivitas, gerakan | dan | target politik yang jelas, serta jaringan internasional deng | 95 % |
politik yang jelas, serta jaringan internasional dengan cara | dan | karakter yang spesifik. Di sektor dana, pesantren seperti in | 96 % |
benarannya dan wajib hukumnya memperjuangkannya sampai titik | darah | penghabisan. Persoalannya kemudian, betulkah karakter semac | 50 % |
leh: Jamal Ma’mur Asmani Term “salafi radikal” kami ambil | dari | terminologi Azyumardi Azra ketika melihat fenomena gerakan o | 5 % |
ada cara damai dan persuasif. Tumbuhnya kelompok ini berawal | dari | imigrasi orang-orang Hadhramaut ke Indonesia dalam jumlah be | 11 % |
um Allah”, dan “syariat” adalah kafir yang harus dilenyapkan | dari | permukaan bumi ini. Mereka merujuk hadis “Man ra-a minkum mu | 22 % |
ngetahui seperti apa corak dan warna pesantren, bisa dilihat | dari | karakteristik para eksponen pesantren tersebut. Untuk membua | 62 % |
aspek pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik lahir | dari | kedalaman pemahaman terhadap doktrin dan norma yang terdapat | 67 % |
lih al-ra’iyah) dalam frame good governance. Semua ini lahir | dari | cara pemahaman mereka terhadap teks yang ada pada al-Qur’an, | 76 % |
kan pedang selama masih ada jalan lain yang lebih bijaksana? | dari | sini bisa disimpulkan, kelompok dari rahim pesantren yang po | 93 % |
yang lebih bijaksana? Dari sini bisa disimpulkan, kelompok | dari | rahim pesantren yang populer dengan “salafi radikal” ini ada | 93 % |
en yang populer dengan “salafi radikal” ini adalah minoritas | dari | mainstream pesantren yang ada. Kelompok ini mempunyai aktivi | 94 % |
nempuh pendekatan dan cara-cara keras untuk mencapai tujuan, | daripada | cara damai dan persuasif. Tumbuhnya kelompok ini berawal dar | 10 % |
njurkan umat untuk berbuat kebajikan, kasih sayang, mengalah | demi | orang lain, membahagiakan orang lain, menolong dan bekerjasa | 87 % |
semuanya masuk dalam katagori terorisme. Bagi kelompok ini, | demokrasi | adalah absurd, hanya akal-akalan barat untuk mempermudah eks | 39 % |
ka adl’aful iman”; barang siapa melihat kemungkaran, ubahlah | dengan | kekuasaan, jika tidak mampu ubahlah dengan kemampuan diploma | 24 % |
ungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, jika tidak mampu ubahlah | dengan | kemampuan diplomasi, dan jika tidak mampu maka cukup dengan | 25 % |
dengan kemampuan diplomasi, dan jika tidak mampu maka cukup | dengan | hati, dan itu adalah iman yang lemah. Berdasarkan tekstuali | 26 % |
mereka nyaris sempurna. Sampai saat ini, umat Islam identik | dengan | kelompok marginal, tertindas, obyek perdagangan, dan selalu | 42 % |
an, dan selalu dijadikan bulan-bulanan kaum zionis-imperalis | dengan | lokomotifnya AS. Maka, tidak ada jalan lain kecuali kekerasa | 43 % |
mua kekuatan Islam untuk menandingi kedigdayaan lawan sesuai | dengan | bunyi teks hadits. Di sinilah kelihatan karakter asli kelom | 45 % |
sama-sama ingin menampilkan Islam sebagai rahmatan li-alamin | dengan | cirinya; infitah (inklusif), tawasut (moderat), tasamuh (tol | 72 % |
2 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang lalu (yang populer | dengan | ijtihad budaya) menunjukkan hal ini. Melihat realitas faktu | 79 % |
rem, radikal, dan fundamentalis, karena tindakan semacam ini | dengan | sendirinya menguburkan cita profetik Islam sebagai agama rah | 83 % |
onflik, konfrontasi, intrik, dan hal-hal destruktif lainnya. | dengan | inilah Islam akan bisa diterima dimuka bumi secara simpatik | 89 % |
lam akan bisa diterima dimuka bumi secara simpatik dan penuh | dengan | kesan. Bukan dengan pedang, bom, tembak yang menyisakan kesa | 90 % |
ma dimuka bumi secara simpatik dan penuh dengan kesan. Bukan | dengan | pedang, bom, tembak yang menyisakan kesan kejam, bengis, dan | 90 % |
bisa disimpulkan, kelompok dari rahim pesantren yang populer | dengan | “salafi radikal” ini adalah minoritas dari mainstream pesant | 93 % |
dan target politik yang jelas, serta jaringan internasional | dengan | cara dan karakter yang spesifik. Di sektor dana, pesantren s | 96 % |
apabila ada pihak-pihak tertentu yang melakukan generalisasi | dengan | mengatakan semua pesantren layak disebut sebagai sarang terorisme. | 99 % |
ungkin menghindari konflik, konfrontasi, intrik, dan hal-hal | destruktif | lainnya. Dengan inilah Islam akan bisa diterima dimuka bumi | 89 % |
Salafi Radikal, Pesantren, dan Terorisme | di | sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yang memandang | 0 % |
lihat fenomena gerakan otentifikasi Islam sedang mengecambah | di | Indonesia. “Salafi radikal” adalah kelompok yang berorientas | 6 % |
adi terutama sejak abad 19. Mereka membentuk enklave-enklave | di | berbagai kota di Indonesia; Petamburan dan Kwitang (Batavia) | 13 % |
k abad 19. Mereka membentuk enklave-enklave di berbagai kota | di | Indonesia; Petamburan dan Kwitang (Batavia), Pekalongan, Sur | 13 % |
. Segala cara harus dilakukan untuk menegakkan kalimah Allah | di | muka bumi ini. Para penentang “khilafah”, “hukum Allah”, dan | 20 % |
enandingi kedigdayaan lawan sesuai dengan bunyi teks hadits. | di | sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yang memandang | 45 % |
, betulkah karakter semacam ini menjadi mainstream pesantren | di | Indonesia, sehingga pesantren layak dituduh sebagai sarang t | 52 % |
sebagai sarang terorisme sebagaimana tuduhan pihak berwajib? | di | sinilah urgensi identifikasi dan kategorisasi pesantren untu | 53 % |
n khazanah keilmuan masing-masing organisasi tersebut. Kalau | di | NU berupa kitab kuning (classical source), kalau Muhammadiya | 69 % |
kontekstual, metodologis, dan menyejarah. Hasil Muktamar NU | di | Cipasung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang lalu ( | 79 % |
ringan internasional dengan cara dan karakter yang spesifik. | di | sektor dana, pesantren seperti ini juga mempunyai akses yang | 96 % |
nyai akses yang luas. Ciri-ciri semacam ini sulit didapatkan | di | pesantren Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat tid | 97 % |
juga mempunyai akses yang luas. Ciri-ciri semacam ini sulit | didapatkan | di pesantren Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat | 97 % |
en sebagaimana yang kita tahu adalah lembaga pendidikan yang | didirikan | oleh para ulama untuk mendidik, membimbing dan memberdayakan | 56 % |
, “kemunafikan” (nifaq), dan segala macam “muharramat” (yang | diharamkan | agama). Term-term ini sangat luas maknanya, mencakup hampir | 29 % |
kelompok marginal, tertindas, obyek perdagangan, dan selalu | dijadikan | bulan-bulanan kaum zionis-imperalis dengan lokomotifnya AS. | 43 % |
club, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang notabene banyak | dikunjungi | oleh warga negara asing. Maka tak ayal lagi, tempat-tempat s | 36 % |
akan cara kekerasan untuk mencapai tujuan. Segala cara harus | dilakukan | untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Para penent | 20 % |
lafah”, “hukum Allah”, dan “syariat” adalah kafir yang harus | dilenyapkan | dari permukaan bumi ini. Mereka merujuk hadis “Man ra-a mink | 22 % |
untuk mengetahui seperti apa corak dan warna pesantren, bisa | dilihat | dari karakteristik para eksponen pesantren tersebut. Untuk m | 62 % |
l destruktif lainnya. Dengan inilah Islam akan bisa diterima | dimuka | bumi secara simpatik dan penuh dengan kesan. Bukan dengan pe | 90 % |
akan dan pengamalan “Islam yang murni”, “Islam otentik” yang | dipraktikkan | Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Disebut sebagai “salafi r | 8 % |
am ikut mengantarkan negara ini ke gerbang kemerdekaan tidak | diragukan | lagi, tertulis dalam tinta emas perjuangan bangsa. Secara f | 59 % |
tentik” yang dipraktikkan Nabi Muhammad dan para sahabatnya. | disebut | sebagai “salafi radikal” karena mereka cenderung menempuh pe | 9 % |
lakukan generalisasi dengan mengatakan semua pesantren layak | disebut | sebagai sarang terorisme. | 100 % |
an hal-hal destruktif lainnya. Dengan inilah Islam akan bisa | diterima | dimuka bumi secara simpatik dan penuh dengan kesan. Bukan de | 89 % |
mainstream pesantren di Indonesia, sehingga pesantren layak | dituduh | sebagai sarang terorisme sebagaimana tuduhan pihak berwajib? | 52 % |
asi pesantren untuk memperjelas apakah semua pesantren layak | dituduh | sebagai sarang terorisme, atau sebagian saja. Sepanjang ber | 54 % |
ekonomi, dan politik lahir dari kedalaman pemahaman terhadap | doktrin | dan norma yang terdapat dalam kekayaan khazanah keilmuan mas | 67 % |
asi adalah absurd, hanya akal-akalan barat untuk mempermudah | ekspansi | kapitalisme-global yang ujung-ujungnya semakin memperlemah p | 39 % |
aat ini, secara faktual kita melihat keanekaragam perzinaan, | eksploitasi | aurat (para turis), iklan transparan (semua iklan hampir men | 31 % |
ak dan warna pesantren, bisa dilihat dari karakteristik para | eksponen | pesantren tersebut. Untuk membuat contoh, KH. MA. Sahal Mahf | 63 % |
rbang kemerdekaan tidak diragukan lagi, tertulis dalam tinta | emas | perjuangan bangsa. Secara faktual-empiris, mayoritas pesant | 59 % |
dan massif, terjadi terutama sejak abad 19. Mereka membentuk | enklave-enklave | di berbagai kota di Indonesia; Petamburan dan Kwitang (Batav | 12 % |
minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi wa-in lam yastathi’ | fabilisanihi | wa-in lam yastathi’ fabiqolbih, wazalika adl’aful iman”; bar | 23 % |
r seluruh aspek kehidupan, terutama publik. Saat ini, secara | faktual | kita melihat keanekaragam perzinaan, eksploitasi aurat (para | 31 % |
engan ijtihad budaya) menunjukkan hal ini. Melihat realitas | faktual | ini, sangat jauh kemungkinannya jika pesantren model NU dan | 80 % |
aan bumi ini. Mereka merujuk hadis “Man ra-a minkum munkaran | falyughayyirhu | biyadihi wa-in lam yastathi’ fabilisanihi wa-in lam yastathi | 23 % |
l” kami ambil dari terminologi Azyumardi Azra ketika melihat | fenomena | gerakan otentifikasi Islam sedang mengecambah di Indonesia. | 6 % |
oris. Term “salafi radikal” tepat sekali untuk menggambarkan | fenomena | Abu Bakar Ba’asyir, Amrozi, Ali Imron, Hambali, dan lain-lai | 17 % |
dan progresif. Tiga mainstream keilmuan pesantren (tauhid, | fiqh | dan tasawuf) sangat menganjurkan umat untuk berbuat kebajika | 86 % |
mi), dan kesejahteraan rakyat (al-mashalih al-ra’iyah) dalam | frame | good governance. Semua ini lahir dari cara pemahaman mereka | 75 % |
. Dan kebetulan, yang menyediakan hal-hal semacam ini secara | full | dan terbuka umum adalah restoran, night club, dan tempat-tem | 34 % |
ak bijaksana apabila ada pihak-pihak tertentu yang melakukan | generalisasi | dengan mengatakan semua pesantren layak disebut sebagai sarang terorisme. | 99 % |
mbil dari terminologi Azyumardi Azra ketika melihat fenomena | gerakan | otentifikasi Islam sedang mengecambah di Indonesia. “Salafi | 6 % |
ualitas hadis ini, mereka melakukan serangkaian kegiatan dan | gerakan | pembersihan segala apa yang berbau “maksiat” (ma’ashi), “dos | 27 % |
stream pesantren yang ada. Kelompok ini mempunyai aktivitas, | gerakan | dan target politik yang jelas, serta jaringan internasional | 95 % |
ral. Peran serta ulama dalam ikut mengantarkan negara ini ke | gerbang | kemerdekaan tidak diragukan lagi, tertulis dalam tinta emas | 59 % |
an kesejahteraan rakyat (al-mashalih al-ra’iyah) dalam frame | good | governance. Semua ini lahir dari cara pemahaman mereka terha | 75 % |
if. Tumbuhnya kelompok ini berawal dari imigrasi orang-orang | hadhramaut | ke Indonesia dalam jumlah besar dan massif, terjadi terutama | 11 % |
ng harus dilenyapkan dari permukaan bumi ini. Mereka merujuk | hadis | “Man ra-a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi wa-in lam | 22 % |
i, dan itu adalah iman yang lemah. Berdasarkan tekstualitas | hadis | ini, mereka melakukan serangkaian kegiatan dan gerakan pembe | 27 % |
kuning (classical source), kalau Muhammadiyah al-Qur’an dan | hadits | (dan wacana akademik-kontemporer). Namun, akhir-akhir ini ke | 70 % |
ik, membimbing dan memberdayakan santri dan masyarakat dalam | hal | keagamaan, sosial, budaya dan politik kultural. Peran serta | 57 % |
1 yang lalu (yang populer dengan ijtihad budaya) menunjukkan | hal | ini. Melihat realitas faktual ini, sangat jauh kemungkinann | 80 % |
kehidupan ini secara bebas. Dan kebetulan, yang menyediakan | hal-hal | semacam ini secara full dan terbuka umum adalah restoran, ni | 34 % |
sedini mungkin menghindari konflik, konfrontasi, intrik, dan | hal-hal | destruktif lainnya. Dengan inilah Islam akan bisa diterima d | 89 % |
aramkan agama). Term-term ini sangat luas maknanya, mencakup | hampir | seluruh aspek kehidupan, terutama publik. Saat ini, secara f | 30 % |
ksploitasi aurat (para turis), iklan transparan (semua iklan | hampir | menonjolkan organ wanita yang sensitif), judi, minum-minuman | 32 % |
gori terorisme. Bagi kelompok ini, demokrasi adalah absurd, | hanya | akal-akalan barat untuk mempermudah ekspansi kapitalisme-glo | 39 % |
enggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan. Segala cara | harus | dilakukan untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. P | 20 % |
g “khilafah”, “hukum Allah”, dan “syariat” adalah kafir yang | harus | dilenyapkan dari permukaan bumi ini. Mereka merujuk hadis “M | 21 % |
(mistisisme) yang kontekstual, metodologis, dan menyejarah. | hasil | Muktamar NU di Cipasung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2 | 78 % |
terbuka umum adalah restoran, night club, dan tempat-tempat | hiburan | lainnya yang notabene banyak dikunjungi oleh warga negara as | 35 % |
Tujuan mereka adalah terciptanya keadilan adalah, supremasi | hukum | (tahqiqul hukmi), dan kesejahteraan rakyat (al-mashalih al-r | 74 % |
ang tersirat dalam teks adalah mutlak kebenarannya dan wajib | hukumnya | memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan. Persoalan | 50 % |
a; infitah (inklusif), tawasut (moderat), tasamuh (toleran), | i’tidal | (lurus), musawah (persamaan), dan maslahah (kesejahteraan). | 73 % |
risme sebagaimana tuduhan pihak berwajib? Di sinilah urgensi | identifikasi | dan kategorisasi pesantren untuk memperjelas apakah semua pe | 53 % |
kekuatan mereka nyaris sempurna. Sampai saat ini, umat Islam | identik | dengan kelompok marginal, tertindas, obyek perdagangan, dan | 42 % |
ukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang lalu (yang populer dengan | ijtihad | budaya) menunjukkan hal ini. Melihat realitas faktual ini, | 80 % |
ihat keanekaragam perzinaan, eksploitasi aurat (para turis), | iklan | transparan (semua iklan hampir menonjolkan organ wanita yang | 32 % |
aan, eksploitasi aurat (para turis), iklan transparan (semua | iklan | hampir menonjolkan organ wanita yang sensitif), judi, minum- | 32 % |
sosial, budaya dan politik kultural. Peran serta ulama dalam | ikut | mengantarkan negara ini ke gerbang kemerdekaan tidak diraguk | 58 % |
dan jika tidak mampu maka cukup dengan hati, dan itu adalah | iman | yang lemah. Berdasarkan tekstualitas hadis ini, mereka mela | 26 % |
bilisanihi wa-in lam yastathi’ fabiqolbih, wazalika adl’aful | iman”; | barang siapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, | 24 % |
ara damai dan persuasif. Tumbuhnya kelompok ini berawal dari | imigrasi | orang-orang Hadhramaut ke Indonesia dalam jumlah besar dan m | 11 % |
kelompok ini berawal dari imigrasi orang-orang Hadhramaut ke | indonesia | dalam jumlah besar dan massif, terjadi terutama sejak abad 1 | 11 % |
ng luas. Ciri-ciri semacam ini sulit didapatkan di pesantren | indonesia | pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat tidak bijaksana apabila | 98 % |
bad 19. Mereka membentuk enklave-enklave di berbagai kota di | indonesia; | Petamburan dan Kwitang (Batavia), Pekalongan, Surakarta, Sur | 13 % |
menampilkan Islam sebagai rahmatan li-alamin dengan cirinya; | infitah | (inklusif), tawasut (moderat), tasamuh (toleran), i’tidal (l | 72 % |
dua organisasi ada dalam platform yang sama, yaitu sama-sama | ingin | menampilkan Islam sebagai rahmatan li-alamin dengan cirinya; | 71 % |
enjadi agama niqmah (siksa), dan nar (neraka). Mereka justru | ingin | menampilkan Islam secara humanis, persuasif, dinamis, dan pr | 85 % |
dan Terorisme Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok | ini | yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks | 1 % |
ujuan, daripada cara damai dan persuasif. Tumbuhnya kelompok | ini | berawal dari imigrasi orang-orang Hadhramaut ke Indonesia da | 11 % |
ak, Palembang, dan lain-lain. (Republika, 25/10/2002). Term | ini | terasa aktual akhir-akhir ini setelah mendapatkan momentumny | 15 % |
(Republika, 25/10/2002). Term ini terasa aktual akhir-akhir | ini | setelah mendapatkan momentumnya. Pasca insiden JW Marriott, | 15 % |
’asyir, Amrozi, Ali Imron, Hambali, dan lain-lain. Nama-nama | ini | muncul ke permukaan, bahkan dunia, karena aktivitasnya yang | 18 % |
segala macam “muharramat” (yang diharamkan agama). Term-term | ini | sangat luas maknanya, mencakup hampir seluruh aspek kehidupa | 30 % |
i, minum-minuman keras, dan lain-lain mengelilingi kehidupan | ini | secara bebas. Dan kebetulan, yang menyediakan hal-hal semaca | 34 % |
ecara bebas. Dan kebetulan, yang menyediakan hal-hal semacam | ini | secara full dan terbuka umum adalah restoran, night club, da | 34 % |
yi teks hadits. Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok | ini | yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks | 46 % |
nghabisan. Persoalannya kemudian, betulkah karakter semacam | ini | menjadi mainstream pesantren di Indonesia, sehingga pesantre | 51 % |
k kultural. Peran serta ulama dalam ikut mengantarkan negara | ini | ke gerbang kemerdekaan tidak diragukan lagi, tertulis dalam | 59 % |
Hadits (dan wacana akademik-kontemporer). Namun, akhir-akhir | ini | kedua organisasi ada dalam platform yang sama, yaitu sama-sa | 70 % |
(al-mashalih al-ra’iyah) dalam frame good governance. Semua | ini | lahir dari cara pemahaman mereka terhadap teks yang ada pada | 76 % |
ekstrem, radikal, dan fundamentalis, karena tindakan semacam | ini | dengan sendirinya menguburkan cita profetik Islam sebagai ag | 83 % |
ok dari rahim pesantren yang populer dengan “salafi radikal” | ini | adalah minoritas dari mainstream pesantren yang ada. Kelompo | 94 % |
dalah minoritas dari mainstream pesantren yang ada. Kelompok | ini | mempunyai aktivitas, gerakan dan target politik yang jelas, | 94 % |
an karakter yang spesifik. Di sektor dana, pesantren seperti | ini | juga mempunyai akses yang luas. Ciri-ciri semacam ini sulit | 96 % |
eperti ini juga mempunyai akses yang luas. Ciri-ciri semacam | ini | sulit didapatkan di pesantren Indonesia pada umumnya. Oleh s | 97 % |
stik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan final. Pandangan | inilah | yang menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fana | 3 % |
stik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan final. Pandangan | inilah | yang menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fana | 48 % |
konfrontasi, intrik, dan hal-hal destruktif lainnya. Dengan | inilah | Islam akan bisa diterima dimuka bumi secara simpatik dan pen | 89 % |
ktual akhir-akhir ini setelah mendapatkan momentumnya. Pasca | insiden | JW Marriott, aparat menuduh pesantren sebagai sarang teroris | 16 % |
vitas, gerakan dan target politik yang jelas, serta jaringan | internasional | dengan cara dan karakter yang spesifik. Di sektor dana, pesa | 95 % |
Azyumardi Azra ketika melihat fenomena gerakan otentifikasi | islam | sedang mengecambah di Indonesia. “Salafi radikal” adalah kel | 6 % |
ngkat kekuatan mereka nyaris sempurna. Sampai saat ini, umat | islam | identik dengan kelompok marginal, tertindas, obyek perdagang | 42 % |
lan lain kecuali kekerasan dan mengoptimalkan semua kekuatan | islam | untuk menandingi kedigdayaan lawan sesuai dengan bunyi teks | 44 % |
dalam platform yang sama, yaitu sama-sama ingin menampilkan | islam | sebagai rahmatan li-alamin dengan cirinya; infitah (inklusif | 71 % |
akan semacam ini dengan sendirinya menguburkan cita profetik | islam | sebagai agama rahmah, berubah menjadi agama niqmah (siksa), | 83 % |
h (siksa), dan nar (neraka). Mereka justru ingin menampilkan | islam | secara humanis, persuasif, dinamis, dan progresif. Tiga mai | 85 % |
ntasi, intrik, dan hal-hal destruktif lainnya. Dengan inilah | islam | akan bisa diterima dimuka bumi secara simpatik dan penuh den | 89 % |
diplomasi, dan jika tidak mampu maka cukup dengan hati, dan | itu | adalah iman yang lemah. Berdasarkan tekstualitas hadis ini, | 26 % |
arga negara asing. Maka tak ayal lagi, tempat-tempat semacam | itu | selalu rentan aksi kelompok ini, baik berupa ancaman, bom, t | 37 % |
aum zionis-imperalis dengan lokomotifnya AS. Maka, tidak ada | jalan | lain kecuali kekerasan dan mengoptimalkan semua kekuatan Isl | 44 % |
ah Muhammad tidak pernah menggunakan pedang selama masih ada | jalan | lain yang lebih bijaksana? Dari sini bisa disimpulkan, kelo | 92 % |
tidak kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Oleh: | jamal | Ma’mur Asmani Term “salafi radikal” kami ambil dari termi | 5 % |
nyai aktivitas, gerakan dan target politik yang jelas, serta | jaringan | internasional dengan cara dan karakter yang spesifik. Di sek | 95 % |
) menunjukkan hal ini. Melihat realitas faktual ini, sangat | jauh | kemungkinannya jika pesantren model NU dan Muhammadiyah dan | 80 % |
barang siapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, | jika | tidak mampu ubahlah dengan kemampuan diplomasi, dan jika tid | 25 % |
an, jika tidak mampu ubahlah dengan kemampuan diplomasi, dan | jika | tidak mampu maka cukup dengan hati, dan itu adalah iman yang | 25 % |
i. Melihat realitas faktual ini, sangat jauh kemungkinannya | jika | pesantren model NU dan Muhammadiyah dan model pesantren yang | 81 % |
arakter yang spesifik. Di sektor dana, pesantren seperti ini | juga | mempunyai akses yang luas. Ciri-ciri semacam ini sulit didap | 97 % |
awal dari imigrasi orang-orang Hadhramaut ke Indonesia dalam | jumlah | besar dan massif, terjadi terutama sejak abad 19. Mereka mem | 12 % |
rubah menjadi agama niqmah (siksa), dan nar (neraka). Mereka | justru | ingin menampilkan Islam secara humanis, persuasif, dinamis, | 84 % |
hir-akhir ini setelah mendapatkan momentumnya. Pasca insiden | jw | Marriott, aparat menuduh pesantren sebagai sarang teroris. T | 16 % |
ra penentang “khilafah”, “hukum Allah”, dan “syariat” adalah | kafir | yang harus dilenyapkan dari permukaan bumi ini. Mereka meruj | 21 % |
ekayaan khazanah keilmuan masing-masing organisasi tersebut. | kalau | di NU berupa kitab kuning (classical source), kalau Muhammad | 69 % |
ersebut. Kalau di NU berupa kitab kuning (classical source), | kalau | Muhammadiyah al-Qur’an dan Hadits (dan wacana akademik-konte | 69 % |
encapai tujuan. Segala cara harus dilakukan untuk menegakkan | kalimah | Allah di muka bumi ini. Para penentang “khilafah”, “hukum Al | 20 % |
talis. Oleh: Jamal Ma’mur Asmani Term “salafi radikal” | kami | ambil dari terminologi Azyumardi Azra ketika melihat fenomen | 5 % |
h absurd, hanya akal-akalan barat untuk mempermudah ekspansi | kapitalisme-global | yang ujung-ujungnya semakin memperlemah posisi dan bargainin | 39 % |
fi Radikal, Pesantren, dan Terorisme Di sinilah kelihatan | karakter | asli kelompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi | 1 % |
lawan sesuai dengan bunyi teks hadits. Di sinilah kelihatan | karakter | asli kelompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi | 46 % |
ai titik darah penghabisan. Persoalannya kemudian, betulkah | karakter | semacam ini menjadi mainstream pesantren di Indonesia, sehin | 51 % |
a’arif (Ketua PP Muhammadiah). Publik sudah mafhum bagaimana | karakter | dan komitmen mereka terhadap persoalan keumatan dan kebangsa | 65 % |
tik yang jelas, serta jaringan internasional dengan cara dan | karakter | yang spesifik. Di sektor dana, pesantren seperti ini juga me | 96 % |
hui seperti apa corak dan warna pesantren, bisa dilihat dari | karakteristik | para eksponen pesantren tersebut. Untuk membuat contoh, KH. | 62 % |
hammad dan para sahabatnya. Disebut sebagai “salafi radikal” | karena | mereka cenderung menempuh pendekatan dan cara-cara keras unt | 9 % |
lain-lain. Nama-nama ini muncul ke permukaan, bahkan dunia, | karena | aktivitasnya yang menghebohkan, menggunakan cara kekerasan u | 19 % |
asi besar, yakni NU (Nahdlatul Ulama) dan MD (Muhammadiyah), | karena | itu, untuk mengetahui seperti apa corak dan warna pesantren, | 61 % |
tindakan-tindakan yang ekstrem, radikal, dan fundamentalis, | karena | tindakan semacam ini dengan sendirinya menguburkan cita prof | 83 % |
n tasawuf) sangat menganjurkan umat untuk berbuat kebajikan, | kasih | sayang, mengalah demi orang lain, membahagiakan orang lain, | 87 % |
caman, bom, tembak, sweeping, dsb. yang semuanya masuk dalam | katagori | terorisme. Bagi kelompok ini, demokrasi adalah absurd, hany | 38 % |
tuduhan pihak berwajib? Di sinilah urgensi identifikasi dan | kategorisasi | pesantren untuk memperjelas apakah semua pesantren layak dit | 53 % |
indas, obyek perdagangan, dan selalu dijadikan bulan-bulanan | kaum | zionis-imperalis dengan lokomotifnya AS. Maka, tidak ada jal | 43 % |
ya kelompok ini berawal dari imigrasi orang-orang Hadhramaut | ke | Indonesia dalam jumlah besar dan massif, terjadi terutama se | 11 % |
ozi, Ali Imron, Hambali, dan lain-lain. Nama-nama ini muncul | ke | permukaan, bahkan dunia, karena aktivitasnya yang menghebohk | 18 % |
ltural. Peran serta ulama dalam ikut mengantarkan negara ini | ke | gerbang kemerdekaan tidak diragukan lagi, tertulis dalam tin | 59 % |
n maslahah (kesejahteraan). Tujuan mereka adalah terciptanya | keadilan | adalah, supremasi hukum (tahqiqul hukmi), dan kesejahteraan | 74 % |
upan, terutama publik. Saat ini, secara faktual kita melihat | keanekaragam | perzinaan, eksploitasi aurat (para turis), iklan transparan | 31 % |
an fundamentalis. Apa yang tersirat dalam teks adalah mutlak | kebenarannya | dan wajib hukumnya memperjuangkannya sampai titik darah peng | 50 % |
imperalis dengan lokomotifnya AS. Maka, tidak ada jalan lain | kecuali | kekerasan dan mengoptimalkan semua kekuatan Islam untuk mena | 44 % |
pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik lahir dari | kedalaman | pemahaman terhadap doktrin dan norma yang terdapat dalam kek | 67 % |
san dan mengoptimalkan semua kekuatan Islam untuk menandingi | kedigdayaan | lawan sesuai dengan bunyi teks hadits. Di sinilah kelihatan | 45 % |
ts (dan wacana akademik-kontemporer). Namun, akhir-akhir ini | kedua | organisasi ada dalam platform yang sama, yaitu sama-sama ing | 70 % |
asarkan tekstualitas hadis ini, mereka melakukan serangkaian | kegiatan | dan gerakan pembersihan segala apa yang berbau “maksiat” (ma | 27 % |
itif), judi, minum-minuman keras, dan lain-lain mengelilingi | kehidupan | ini secara bebas. Dan kebetulan, yang menyediakan hal-hal se | 33 % |
adap doktrin dan norma yang terdapat dalam kekayaan khazanah | keilmuan | masing-masing organisasi tersebut. Kalau di NU berupa kitab | 68 % |
humanis, persuasif, dinamis, dan progresif. Tiga mainstream | keilmuan | pesantren (tauhid, fiqh dan tasawuf) sangat menganjurkan uma | 86 % |
man pemahaman terhadap doktrin dan norma yang terdapat dalam | kekayaan | khazanah keilmuan masing-masing organisasi tersebut. Kalau d | 68 % |
nia, karena aktivitasnya yang menghebohkan, menggunakan cara | kekerasan | untuk mencapai tujuan. Segala cara harus dilakukan untuk men | 19 % |
s dengan lokomotifnya AS. Maka, tidak ada jalan lain kecuali | kekerasan | dan mengoptimalkan semua kekuatan Islam untuk menandingi ked | 44 % |
sisi dan bargaining power umat Islam, dan semakin mengangkat | kekuatan | mereka nyaris sempurna. Sampai saat ini, umat Islam identik | 41 % |
ak ada jalan lain kecuali kekerasan dan mengoptimalkan semua | kekuatan | Islam untuk menandingi kedigdayaan lawan sesuai dengan bunyi | 44 % |
Salafi Radikal, Pesantren, dan Terorisme Di sinilah | kelihatan | karakter asli kelompok ini yang memandang turast (doktrin da | 1 % |
digdayaan lawan sesuai dengan bunyi teks hadits. Di sinilah | kelihatan | karakter asli kelompok ini yang memandang turast (doktrin da | 45 % |
santren, dan Terorisme Di sinilah kelihatan karakter asli | kelompok | ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa | 1 % |
lam sedang mengecambah di Indonesia. “Salafi radikal” adalah | kelompok | yang berorientasi pada penegakan dan pengamalan “Islam yang | 7 % |
encapai tujuan, daripada cara damai dan persuasif. Tumbuhnya | kelompok | ini berawal dari imigrasi orang-orang Hadhramaut ke Indonesi | 11 % |
tak ayal lagi, tempat-tempat semacam itu selalu rentan aksi | kelompok | ini, baik berupa ancaman, bom, tembak, sweeping, dsb. yang s | 37 % |
ng, dsb. yang semuanya masuk dalam katagori terorisme. Bagi | kelompok | ini, demokrasi adalah absurd, hanya akal-akalan barat untuk | 38 % |
nyaris sempurna. Sampai saat ini, umat Islam identik dengan | kelompok | marginal, tertindas, obyek perdagangan, dan selalu dijadikan | 42 % |
engan bunyi teks hadits. Di sinilah kelihatan karakter asli | kelompok | ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa | 46 % |
. Secara faktual-empiris, mayoritas pesantren bernaung pada | kelompok | organisasi besar, yakni NU (Nahdlatul Ulama) dan MD (Muhamma | 60 % |
alan lain yang lebih bijaksana? Dari sini bisa disimpulkan, | kelompok | dari rahim pesantren yang populer dengan “salafi radikal” in | 93 % |
al” ini adalah minoritas dari mainstream pesantren yang ada. | kelompok | ini mempunyai aktivitas, gerakan dan target politik yang jel | 94 % |
n, ubahlah dengan kekuasaan, jika tidak mampu ubahlah dengan | kemampuan | diplomasi, dan jika tidak mampu maka cukup dengan hati, dan | 25 % |
an serta ulama dalam ikut mengantarkan negara ini ke gerbang | kemerdekaan | tidak diragukan lagi, tertulis dalam tinta emas perjuangan b | 59 % |
unjukkan hal ini. Melihat realitas faktual ini, sangat jauh | kemungkinannya | jika pesantren model NU dan Muhammadiyah dan model pesantren | 81 % |
babkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak | kenal | kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Oleh: Jamal Ma’mu | 4 % |
babkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak | kenal | kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Apa yang tersirat da | 49 % |
l” karena mereka cenderung menempuh pendekatan dan cara-cara | keras | untuk mencapai tujuan, daripada cara damai dan persuasif. Tu | 10 % |
ngan kesan. Bukan dengan pedang, bom, tembak yang menyisakan | kesan | kejam, bengis, dan biadab. Bukankah Rasulullah Muhammad tida | 91 % |
tanya keadilan adalah, supremasi hukum (tahqiqul hukmi), dan | kesejahteraan | rakyat (al-mashalih al-ra’iyah) dalam frame good governance. | 75 % |
“salafi radikal” kami ambil dari terminologi Azyumardi Azra | ketika | melihat fenomena gerakan otentifikasi Islam sedang mengecamb | 6 % |
um bagaimana karakter dan komitmen mereka terhadap persoalan | keumatan | dan kebangsaan. Tentunya, aksi-aksi mereka dalam aspek pendi | 66 % |
aman terhadap doktrin dan norma yang terdapat dalam kekayaan | khazanah | keilmuan masing-masing organisasi tersebut. Kalau di NU beru | 68 % |
h aspek kehidupan, terutama publik. Saat ini, secara faktual | kita | melihat keanekaragam perzinaan, eksploitasi aurat (para turi | 31 % |
Sepanjang berdirinya negara ini, pesantren sebagaimana yang | kita | tahu adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh para ulam | 56 % |
memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks | kitab | secara literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan f | 2 % |
memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks | kitab | secara literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan f | 47 % |
ilmuan masing-masing organisasi tersebut. Kalau di NU berupa | kitab | kuning (classical source), kalau Muhammadiyah al-Qur’an dan | 69 % |
mereka terhadap teks yang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan | kitab-kitab | ulama yang bertebaran dalam masalah teologi, fiqh,dan tasawu | 77 % |
PP Muhammadiah). Publik sudah mafhum bagaimana karakter dan | komitmen | mereka terhadap persoalan keumatan dan kebangsaan. Tentunya, | 65 % |
sejak abad 19. Mereka membentuk enklave-enklave di berbagai | kota | di Indonesia; Petamburan dan Kwitang (Batavia), Pekalongan, | 13 % |
masing-masing organisasi tersebut. Kalau di NU berupa kitab | kuning | (classical source), kalau Muhammadiyah al-Qur’an dan Hadits | 69 % |
nklave-enklave di berbagai kota di Indonesia; Petamburan dan | kwitang | (Batavia), Pekalongan, Surakarta, Surabaya, Pontianak, Palem | 13 % |
dalam aspek pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik | lahir | dari kedalaman pemahaman terhadap doktrin dan norma yang ter | 67 % |
-mashalih al-ra’iyah) dalam frame good governance. Semua ini | lahir | dari cara pemahaman mereka terhadap teks yang ada pada al-Qu | 76 % |
onis-imperalis dengan lokomotifnya AS. Maka, tidak ada jalan | lain | kecuali kekerasan dan mengoptimalkan semua kekuatan Islam un | 44 % |
pesantren model NU dan Muhammadiyah dan model pesantren yang | lain | sampai melakukan tindakan-tindakan yang ekstrem, radikal, da | 82 % |
ammad tidak pernah menggunakan pedang selama masih ada jalan | lain | yang lebih bijaksana? Dari sini bisa disimpulkan, kelompok | 92 % |
organ wanita yang sensitif), judi, minum-minuman keras, dan | lain-lain | mengelilingi kehidupan ini secara bebas. Dan kebetulan, yang | 33 % |
umum adalah restoran, night club, dan tempat-tempat hiburan | lainnya | yang notabene banyak dikunjungi oleh warga negara asing. Mak | 35 % |
NU di Cipasung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang | lalu | (yang populer dengan ijtihad budaya) menunjukkan hal ini. M | 79 % |
adis “Man ra-a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi wa-in | lam | yastathi’ fabilisanihi wa-in lam yastathi’ fabiqolbih, wazal | 23 % |
lyughayyirhu biyadihi wa-in lam yastathi’ fabilisanihi wa-in | lam | yastathi’ fabiqolbih, wazalika adl’aful iman”; barang siapa | 23 % |
optimalkan semua kekuatan Islam untuk menandingi kedigdayaan | lawan | sesuai dengan bunyi teks hadits. Di sinilah kelihatan karak | 45 % |
enjadi mainstream pesantren di Indonesia, sehingga pesantren | layak | dituduh sebagai sarang terorisme sebagaimana tuduhan pihak b | 52 % |
egorisasi pesantren untuk memperjelas apakah semua pesantren | layak | dituduh sebagai sarang terorisme, atau sebagian saja. Sepan | 54 % |
ang melakukan generalisasi dengan mengatakan semua pesantren | layak | disebut sebagai sarang terorisme. | 99 % |
k pernah menggunakan pedang selama masih ada jalan lain yang | lebih | bijaksana? Dari sini bisa disimpulkan, kelompok dari rahim | 92 % |
inya negara ini, pesantren sebagaimana yang kita tahu adalah | lembaga | pendidikan yang didirikan oleh para ulama untuk mendidik, me | 56 % |
ma, yaitu sama-sama ingin menampilkan Islam sebagai rahmatan | li-alamin | dengan cirinya; infitah (inklusif), tawasut (moderat), tasam | 72 % |
selalu dijadikan bulan-bulanan kaum zionis-imperalis dengan | lokomotifnya | AS. Maka, tidak ada jalan lain kecuali kekerasan dan mengopt | 43 % |
m “muharramat” (yang diharamkan agama). Term-term ini sangat | luas | maknanya, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan, terutama | 30 % |
ewakili NU-Ra’is Am Syuriyah NU) dan Prof. Dr. Ahmad Syafi’I | ma’arif | (Ketua PP Muhammadiah). Publik sudah mafhum bagaimana karakt | 64 % |
kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Oleh: Jamal | ma’mur | Asmani Term “salafi radikal” kami ambil dari terminologi | 5 % |
unkar), “keji” (fakhsya’), “kemunafikan” (nifaq), dan segala | macam | “muharramat” (yang diharamkan agama). Term-term ini sangat l | 29 % |
. Ahmad Syafi’I Ma’arif (Ketua PP Muhammadiah). Publik sudah | mafhum | bagaimana karakter dan komitmen mereka terhadap persoalan ke | 65 % |
onen pesantren tersebut. Untuk membuat contoh, KH. MA. Sahal | mahfudz | (mewakili NU-Ra’is Am Syuriyah NU) dan Prof. Dr. Ahmad Syafi | 63 % |
Persoalannya kemudian, betulkah karakter semacam ini menjadi | mainstream | pesantren di Indonesia, sehingga pesantren layak dituduh seb | 51 % |
lam secara humanis, persuasif, dinamis, dan progresif. Tiga | mainstream | keilmuan pesantren (tauhid, fiqh dan tasawuf) sangat menganj | 86 % |
ng populer dengan “salafi radikal” ini adalah minoritas dari | mainstream | pesantren yang ada. Kelompok ini mempunyai aktivitas, geraka | 94 % |
mpu ubahlah dengan kemampuan diplomasi, dan jika tidak mampu | maka | cukup dengan hati, dan itu adalah iman yang lemah. Berdasar | 26 % |
nya yang notabene banyak dikunjungi oleh warga negara asing. | maka | tak ayal lagi, tempat-tempat semacam itu selalu rentan aksi | 36 % |
pa melihat kemungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, jika tidak | mampu | ubahlah dengan kemampuan diplomasi, dan jika tidak mampu mak | 25 % |
dak mampu ubahlah dengan kemampuan diplomasi, dan jika tidak | mampu | maka cukup dengan hati, dan itu adalah iman yang lemah. Ber | 25 % |
ur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulama yang bertebaran dalam | masalah | teologi, fiqh,dan tasawuf (mistisisme) yang kontekstual, met | 77 % |
h Rasulullah Muhammad tidak pernah menggunakan pedang selama | masih | ada jalan lain yang lebih bijaksana? Dari sini bisa disimpu | 92 % |
rin dan norma yang terdapat dalam kekayaan khazanah keilmuan | masing-masing | organisasi tersebut. Kalau di NU berupa kitab kuning (classi | 68 % |
tasamuh (toleran), i’tidal (lurus), musawah (persamaan), dan | maslahah | (kesejahteraan). Tujuan mereka adalah terciptanya keadilan a | 73 % |
ik berupa ancaman, bom, tembak, sweeping, dsb. yang semuanya | masuk | dalam katagori terorisme. Bagi kelompok ini, demokrasi adal | 38 % |
lama untuk mendidik, membimbing dan memberdayakan santri dan | masyarakat | dalam hal keagamaan, sosial, budaya dan politik kultural. Pe | 57 % |
dalam tinta emas perjuangan bangsa. Secara faktual-empiris, | mayoritas | pesantren bernaung pada kelompok organisasi besar, yakni NU | 60 % |
da kelompok organisasi besar, yakni NU (Nahdlatul Ulama) dan | md | (Muhammadiyah), karena itu, untuk mengetahui seperti apa cor | 61 % |
iman yang lemah. Berdasarkan tekstualitas hadis ini, mereka | melakukan | serangkaian kegiatan dan gerakan pembersihan segala apa yang | 27 % |
del NU dan Muhammadiyah dan model pesantren yang lain sampai | melakukan | tindakan-tindakan yang ekstrem, radikal, dan fundamentalis, | 82 % |
sangat tidak bijaksana apabila ada pihak-pihak tertentu yang | melakukan | generalisasi dengan mengatakan semua pesantren layak disebut sebagai sarang terorisme. | 99 % |
i radikal” kami ambil dari terminologi Azyumardi Azra ketika | melihat | fenomena gerakan otentifikasi Islam sedang mengecambah di In | 6 % |
yastathi’ fabiqolbih, wazalika adl’aful iman”; barang siapa | melihat | kemungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, jika tidak mampu ubah | 24 % |
ek kehidupan, terutama publik. Saat ini, secara faktual kita | melihat | keanekaragam perzinaan, eksploitasi aurat (para turis), ikla | 31 % |
lu (yang populer dengan ijtihad budaya) menunjukkan hal ini. | melihat | realitas faktual ini, sangat jauh kemungkinannya jika pesant | 80 % |
isme Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yang | memandang | turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks kitab sec | 1 % |
adits. Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yang | memandang | turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks kitab sec | 46 % |
k berbuat kebajikan, kasih sayang, mengalah demi orang lain, | membahagiakan | orang lain, menolong dan bekerjasama, dan sedini mungkin men | 87 % |
lah besar dan massif, terjadi terutama sejak abad 19. Mereka | membentuk | enklave-enklave di berbagai kota di Indonesia; Petamburan da | 12 % |
ang didirikan oleh para ulama untuk mendidik, membimbing dan | memberdayakan | santri dan masyarakat dalam hal keagamaan, sosial, budaya da | 57 % |
ga pendidikan yang didirikan oleh para ulama untuk mendidik, | membimbing | dan memberdayakan santri dan masyarakat dalam hal keagamaan, | 57 % |
t dari karakteristik para eksponen pesantren tersebut. Untuk | membuat | contoh, KH. MA. Sahal Mahfudz (mewakili NU-Ra’is Am Syuriyah | 63 % |
inilah urgensi identifikasi dan kategorisasi pesantren untuk | memperjelas | apakah semua pesantren layak dituduh sebagai sarang terorism | 54 % |
rat dalam teks adalah mutlak kebenarannya dan wajib hukumnya | memperjuangkannya | sampai titik darah penghabisan. Persoalannya kemudian, betu | 50 % |
udah ekspansi kapitalisme-global yang ujung-ujungnya semakin | memperlemah | posisi dan bargaining power umat Islam, dan semakin mengangk | 40 % |
ini, demokrasi adalah absurd, hanya akal-akalan barat untuk | mempermudah | ekspansi kapitalisme-global yang ujung-ujungnya semakin memp | 39 % |
h minoritas dari mainstream pesantren yang ada. Kelompok ini | mempunyai | aktivitas, gerakan dan target politik yang jelas, serta jari | 95 % |
er yang spesifik. Di sektor dana, pesantren seperti ini juga | mempunyai | akses yang luas. Ciri-ciri semacam ini sulit didapatkan di p | 97 % |
ganisasi ada dalam platform yang sama, yaitu sama-sama ingin | menampilkan | Islam sebagai rahmatan li-alamin dengan cirinya; infitah (in | 71 % |
agama niqmah (siksa), dan nar (neraka). Mereka justru ingin | menampilkan | Islam secara humanis, persuasif, dinamis, dan progresif. Ti | 85 % |
uali kekerasan dan mengoptimalkan semua kekuatan Islam untuk | menandingi | kedigdayaan lawan sesuai dengan bunyi teks hadits. Di sinil | 45 % |
(yang diharamkan agama). Term-term ini sangat luas maknanya, | mencakup | hampir seluruh aspek kehidupan, terutama publik. Saat ini, s | 30 % |
reka cenderung menempuh pendekatan dan cara-cara keras untuk | mencapai | tujuan, daripada cara damai dan persuasif. Tumbuhnya kelompo | 10 % |
vitasnya yang menghebohkan, menggunakan cara kekerasan untuk | mencapai | tujuan. Segala cara harus dilakukan untuk menegakkan kalimah | 19 % |
25/10/2002). Term ini terasa aktual akhir-akhir ini setelah | mendapatkan | momentumnya. Pasca insiden JW Marriott, aparat menuduh pesan | 15 % |
san untuk mencapai tujuan. Segala cara harus dilakukan untuk | menegakkan | kalimah Allah di muka bumi ini. Para penentang “khilafah”, “ | 20 % |
ya. Disebut sebagai “salafi radikal” karena mereka cenderung | menempuh | pendekatan dan cara-cara keras untuk mencapai tujuan, daripa | 9 % |
gat menganjurkan umat untuk berbuat kebajikan, kasih sayang, | mengalah | demi orang lain, membahagiakan orang lain, menolong dan beke | 87 % |
perlemah posisi dan bargaining power umat Islam, dan semakin | mengangkat | kekuatan mereka nyaris sempurna. Sampai saat ini, umat Islam | 41 % |
nstream keilmuan pesantren (tauhid, fiqh dan tasawuf) sangat | menganjurkan | umat untuk berbuat kebajikan, kasih sayang, mengalah demi or | 86 % |
l, budaya dan politik kultural. Peran serta ulama dalam ikut | mengantarkan | negara ini ke gerbang kemerdekaan tidak diragukan lagi, tert | 58 % |
ada pihak-pihak tertentu yang melakukan generalisasi dengan | mengatakan | semua pesantren layak disebut sebagai sarang terorisme. | 99 % |
ra ketika melihat fenomena gerakan otentifikasi Islam sedang | mengecambah | di Indonesia. “Salafi radikal” adalah kelompok yang berorien | 6 % |
ita yang sensitif), judi, minum-minuman keras, dan lain-lain | mengelilingi | kehidupan ini secara bebas. Dan kebetulan, yang menyediakan | 33 % |
U (Nahdlatul Ulama) dan MD (Muhammadiyah), karena itu, untuk | mengetahui | seperti apa corak dan warna pesantren, bisa dilihat dari kar | 62 % |
gai sarang teroris. Term “salafi radikal” tepat sekali untuk | menggambarkan | fenomena Abu Bakar Ba’asyir, Amrozi, Ali Imron, Hambali, dan | 17 % |
mukaan, bahkan dunia, karena aktivitasnya yang menghebohkan, | menggunakan | cara kekerasan untuk mencapai tujuan. Segala cara harus dila | 19 % |
engis, dan biadab. Bukankah Rasulullah Muhammad tidak pernah | menggunakan | pedang selama masih ada jalan lain yang lebih bijaksana? Da | 92 % |
kan orang lain, menolong dan bekerjasama, dan sedini mungkin | menghindari | konflik, konfrontasi, intrik, dan hal-hal destruktif lainnya | 88 % |
otifnya AS. Maka, tidak ada jalan lain kecuali kekerasan dan | mengoptimalkan | semua kekuatan Islam untuk menandingi kedigdayaan lawan sesu | 44 % |
fundamentalis, karena tindakan semacam ini dengan sendirinya | menguburkan | cita profetik Islam sebagai agama rahmah, berubah menjadi ag | 83 % |
bisan. Persoalannya kemudian, betulkah karakter semacam ini | menjadi | mainstream pesantren di Indonesia, sehingga pesantren layak | 51 % |
enguburkan cita profetik Islam sebagai agama rahmah, berubah | menjadi | agama niqmah (siksa), dan nar (neraka). Mereka justru ingin | 84 % |
sayang, mengalah demi orang lain, membahagiakan orang lain, | menolong | dan bekerjasama, dan sedini mungkin menghindari konflik, kon | 88 % |
asi aurat (para turis), iklan transparan (semua iklan hampir | menonjolkan | organ wanita yang sensitif), judi, minum-minuman keras, dan | 32 % |
h mendapatkan momentumnya. Pasca insiden JW Marriott, aparat | menuduh | pesantren sebagai sarang teroris. Term “salafi radikal” tepa | 16 % |
ah tahun 2001 yang lalu (yang populer dengan ijtihad budaya) | menunjukkan | hal ini. Melihat realitas faktual ini, sangat jauh kemungki | 80 % |
al, sakral, eternal, magis, dan final. Pandangan inilah yang | menyebabkan | perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal | 3 % |
al, sakral, eternal, magis, dan final. Pandangan inilah yang | menyebabkan | perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal | 48 % |
mengelilingi kehidupan ini secara bebas. Dan kebetulan, yang | menyediakan | hal-hal semacam ini secara full dan terbuka umum adalah rest | 34 % |
an penuh dengan kesan. Bukan dengan pedang, bom, tembak yang | menyisakan | kesan kejam, bengis, dan biadab. Bukankah Rasulullah Muhamma | 91 % |
magis, dan final. Pandangan inilah yang menyebabkan perilaku | mereka | yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, eksklu | 3 % |
dan para sahabatnya. Disebut sebagai “salafi radikal” karena | mereka | cenderung menempuh pendekatan dan cara-cara keras untuk menc | 9 % |
lam jumlah besar dan massif, terjadi terutama sejak abad 19. | mereka | membentuk enklave-enklave di berbagai kota di Indonesia; Pet | 12 % |
adalah kafir yang harus dilenyapkan dari permukaan bumi ini. | mereka | merujuk hadis “Man ra-a minkum munkaran falyughayyirhu biyad | 22 % |
adalah iman yang lemah. Berdasarkan tekstualitas hadis ini, | mereka | melakukan serangkaian kegiatan dan gerakan pembersihan segal | 27 % |
bargaining power umat Islam, dan semakin mengangkat kekuatan | mereka | nyaris sempurna. Sampai saat ini, umat Islam identik dengan | 41 % |
magis, dan final. Pandangan inilah yang menyebabkan perilaku | mereka | yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, eksklu | 48 % |
madiah). Publik sudah mafhum bagaimana karakter dan komitmen | mereka | terhadap persoalan keumatan dan kebangsaan. Tentunya, aksi-a | 65 % |
hadap persoalan keumatan dan kebangsaan. Tentunya, aksi-aksi | mereka | dalam aspek pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik | 66 % |
), musawah (persamaan), dan maslahah (kesejahteraan). Tujuan | mereka | adalah terciptanya keadilan adalah, supremasi hukum (tahqiqu | 74 % |
m frame good governance. Semua ini lahir dari cara pemahaman | mereka | terhadap teks yang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-k | 76 % |
mah, berubah menjadi agama niqmah (siksa), dan nar (neraka). | mereka | justru ingin menampilkan Islam secara humanis, persuasif, di | 84 % |
kafir yang harus dilenyapkan dari permukaan bumi ini. Mereka | merujuk | hadis “Man ra-a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi wa-i | 22 % |
pkan dari permukaan bumi ini. Mereka merujuk hadis “Man ra-a | minkum | munkaran falyughayyirhu biyadihi wa-in lam yastathi’ fabilis | 22 % |
im pesantren yang populer dengan “salafi radikal” ini adalah | minoritas | dari mainstream pesantren yang ada. Kelompok ini mempunyai a | 94 % |
iklan hampir menonjolkan organ wanita yang sensitif), judi, | minum-minuman | keras, dan lain-lain mengelilingi kehidupan ini secara bebas | 33 % |
litas faktual ini, sangat jauh kemungkinannya jika pesantren | model | NU dan Muhammadiyah dan model pesantren yang lain sampai mel | 81 % |
kemungkinannya jika pesantren model NU dan Muhammadiyah dan | model | pesantren yang lain sampai melakukan tindakan-tindakan yang | 81 % |
n “Islam yang murni”, “Islam otentik” yang dipraktikkan Nabi | muhammad | dan para sahabatnya. Disebut sebagai “salafi radikal” karena | 8 % |
yisakan kesan kejam, bengis, dan biadab. Bukankah Rasulullah | muhammad | tidak pernah menggunakan pedang selama masih ada jalan lain | 91 % |
t. Kalau di NU berupa kitab kuning (classical source), kalau | muhammadiyah | al-Qur’an dan Hadits (dan wacana akademik-kontemporer). Namu | 69 % |
an menyejarah. Hasil Muktamar NU di Cipasung 1992 dan Mukmar | muhammadiyah | tahun 2001 yang lalu (yang populer dengan ijtihad budaya) me | 79 % |
ini, sangat jauh kemungkinannya jika pesantren model NU dan | muhammadiyah | dan model pesantren yang lain sampai melakukan tindakan-tind | 81 % |
egala cara harus dilakukan untuk menegakkan kalimah Allah di | muka | bumi ini. Para penentang “khilafah”, “hukum Allah”, dan “sya | 20 % |
ogis, dan menyejarah. Hasil Muktamar NU di Cipasung 1992 dan | mukmar | Muhammadiyah tahun 2001 yang lalu (yang populer dengan ijtih | 79 % |
isisme) yang kontekstual, metodologis, dan menyejarah. Hasil | muktamar | NU di Cipasung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang | 78 % |
ir, Amrozi, Ali Imron, Hambali, dan lain-lain. Nama-nama ini | muncul | ke permukaan, bahkan dunia, karena aktivitasnya yang mengheb | 18 % |
mbahagiakan orang lain, menolong dan bekerjasama, dan sedini | mungkin | menghindari konflik, konfrontasi, intrik, dan hal-hal destru | 88 % |
ri permukaan bumi ini. Mereka merujuk hadis “Man ra-a minkum | munkaran | falyughayyirhu biyadihi wa-in lam yastathi’ fabilisanihi wa- | 22 % |
sif), tawasut (moderat), tasamuh (toleran), i’tidal (lurus), | musawah | (persamaan), dan maslahah (kesejahteraan). Tujuan mereka ada | 73 % |
usif, dan fundamentalis. Apa yang tersirat dalam teks adalah | mutlak | kebenarannya dan wajib hukumnya memperjuangkannya sampai tit | 50 % |
amalan “Islam yang murni”, “Islam otentik” yang dipraktikkan | nabi | Muhammad dan para sahabatnya. Disebut sebagai “salafi radika | 8 % |
u Bakar Ba’asyir, Amrozi, Ali Imron, Hambali, dan lain-lain. | nama-nama | ini muncul ke permukaan, bahkan dunia, karena aktivitasnya y | 18 % |
agai agama rahmah, berubah menjadi agama niqmah (siksa), dan | nar | (neraka). Mereka justru ingin menampilkan Islam secara human | 84 % |
t hiburan lainnya yang notabene banyak dikunjungi oleh warga | negara | asing. Maka tak ayal lagi, tempat-tempat semacam itu selalu | 36 % |
sarang terorisme, atau sebagian saja. Sepanjang berdirinya | negara | ini, pesantren sebagaimana yang kita tahu adalah lembaga pen | 55 % |
politik kultural. Peran serta ulama dalam ikut mengantarkan | negara | ini ke gerbang kemerdekaan tidak diragukan lagi, tertulis da | 58 % |
al semacam ini secara full dan terbuka umum adalah restoran, | night | club, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang notabene banyak | 35 % |
a profetik Islam sebagai agama rahmah, berubah menjadi agama | niqmah | (siksa), dan nar (neraka). Mereka justru ingin menampilkan I | 84 % |
politik lahir dari kedalaman pemahaman terhadap doktrin dan | norma | yang terdapat dalam kekayaan khazanah keilmuan masing-masing | 68 % |
restoran, night club, dan tempat-tempat hiburan lainnya yang | notabene | banyak dikunjungi oleh warga negara asing. Maka tak ayal lag | 36 % |
tas pesantren bernaung pada kelompok organisasi besar, yakni | nu | (Nahdlatul Ulama) dan MD (Muhammadiyah), karena itu, untuk m | 61 % |
hazanah keilmuan masing-masing organisasi tersebut. Kalau di | nu | berupa kitab kuning (classical source), kalau Muhammadiyah a | 69 % |
ang kontekstual, metodologis, dan menyejarah. Hasil Muktamar | nu | di Cipasung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang lal | 79 % |
faktual ini, sangat jauh kemungkinannya jika pesantren model | nu | dan Muhammadiyah dan model pesantren yang lain sampai melaku | 81 % |
sebut. Untuk membuat contoh, KH. MA. Sahal Mahfudz (mewakili | nu-ra’is | Am Syuriyah NU) dan Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Ma’arif (Ketua P | 64 % |
ing power umat Islam, dan semakin mengangkat kekuatan mereka | nyaris | sempurna. Sampai saat ini, umat Islam identik dengan kelompo | 41 % |
ini, umat Islam identik dengan kelompok marginal, tertindas, | obyek | perdagangan, dan selalu dijadikan bulan-bulanan kaum zionis- | 42 % |
empat-tempat hiburan lainnya yang notabene banyak dikunjungi | oleh | warga negara asing. Maka tak ayal lagi, tempat-tempat semaca | 36 % |
mana yang kita tahu adalah lembaga pendidikan yang didirikan | oleh | para ulama untuk mendidik, membimbing dan memberdayakan sant | 56 % |
am ini sulit didapatkan di pesantren Indonesia pada umumnya. | oleh | sebab itu, sangat tidak bijaksana apabila ada pihak-pihak te | 98 % |
fanatis, tidak kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. | oleh: | Jamal Ma’mur Asmani Term “salafi radikal” kami ambil dari | 4 % |
an umat untuk berbuat kebajikan, kasih sayang, mengalah demi | orang | lain, membahagiakan orang lain, menolong dan bekerjasama, da | 87 % |
jikan, kasih sayang, mengalah demi orang lain, membahagiakan | orang | lain, menolong dan bekerjasama, dan sedini mungkin menghinda | 87 % |
dan persuasif. Tumbuhnya kelompok ini berawal dari imigrasi | orang-orang | Hadhramaut ke Indonesia dalam jumlah besar dan massif, terja | 11 % |
ara turis), iklan transparan (semua iklan hampir menonjolkan | organ | wanita yang sensitif), judi, minum-minuman keras, dan lain-l | 32 % |
faktual-empiris, mayoritas pesantren bernaung pada kelompok | organisasi | besar, yakni NU (Nahdlatul Ulama) dan MD (Muhammadiyah), kar | 61 % |
yang terdapat dalam kekayaan khazanah keilmuan masing-masing | organisasi | tersebut. Kalau di NU berupa kitab kuning (classical source) | 68 % |
n wacana akademik-kontemporer). Namun, akhir-akhir ini kedua | organisasi | ada dalam platform yang sama, yaitu sama-sama ingin menampil | 71 % |
i terminologi Azyumardi Azra ketika melihat fenomena gerakan | otentifikasi | Islam sedang mengecambah di Indonesia. “Salafi radikal” adal | 6 % |
asi pada penegakan dan pengamalan “Islam yang murni”, “Islam | otentik” | yang dipraktikkan Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Disebut | 8 % |
ndonesia. “Salafi radikal” adalah kelompok yang berorientasi | pada | penegakan dan pengamalan “Islam yang murni”, “Islam otentik” | 7 % |
angsa. Secara faktual-empiris, mayoritas pesantren bernaung | pada | kelompok organisasi besar, yakni NU (Nahdlatul Ulama) dan MD | 60 % |
ini lahir dari cara pemahaman mereka terhadap teks yang ada | pada | al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulama yang bertebaran d | 76 % |
iri-ciri semacam ini sulit didapatkan di pesantren Indonesia | pada | umumnya. Oleh sebab itu, sangat tidak bijaksana apabila ada | 98 % |
a literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan final. | pandangan | inilah yang menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radika | 3 % |
a literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan final. | pandangan | inilah yang menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radika | 48 % |
murni”, “Islam otentik” yang dipraktikkan Nabi Muhammad dan | para | sahabatnya. Disebut sebagai “salafi radikal” karena mereka c | 8 % |
s dilakukan untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. | para | penentang “khilafah”, “hukum Allah”, dan “syariat” adalah ka | 21 % |
yang kita tahu adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh | para | ulama untuk mendidik, membimbing dan memberdayakan santri da | 56 % |
a corak dan warna pesantren, bisa dilihat dari karakteristik | para | eksponen pesantren tersebut. Untuk membuat contoh, KH. MA. S | 63 % |
rasa aktual akhir-akhir ini setelah mendapatkan momentumnya. | pasca | insiden JW Marriott, aparat menuduh pesantren sebagai sarang | 15 % |
iadab. Bukankah Rasulullah Muhammad tidak pernah menggunakan | pedang | selama masih ada jalan lain yang lebih bijaksana? Dari sini | 92 % |
n, sosial, budaya, ekonomi, dan politik lahir dari kedalaman | pemahaman | terhadap doktrin dan norma yang terdapat dalam kekayaan khaz | 67 % |
iyah) dalam frame good governance. Semua ini lahir dari cara | pemahaman | mereka terhadap teks yang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan | 76 % |
hadis ini, mereka melakukan serangkaian kegiatan dan gerakan | pembersihan | segala apa yang berbau “maksiat” (ma’ashi), “dosa” (zunub), | 27 % |
ut sebagai “salafi radikal” karena mereka cenderung menempuh | pendekatan | dan cara-cara keras untuk mencapai tujuan, daripada cara dam | 9 % |
ara ini, pesantren sebagaimana yang kita tahu adalah lembaga | pendidikan | yang didirikan oleh para ulama untuk mendidik, membimbing da | 56 % |
sia. “Salafi radikal” adalah kelompok yang berorientasi pada | penegakan | dan pengamalan “Islam yang murni”, “Islam otentik” yang dipr | 7 % |
akukan untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Para | penentang | “khilafah”, “hukum Allah”, dan “syariat” adalah kafir yang h | 21 % |
adikal” adalah kelompok yang berorientasi pada penegakan dan | pengamalan | “Islam yang murni”, “Islam otentik” yang dipraktikkan Nabi M | 7 % |
lah Islam akan bisa diterima dimuka bumi secara simpatik dan | penuh | dengan kesan. Bukan dengan pedang, bom, tembak yang menyisak | 90 % |
at dalam hal keagamaan, sosial, budaya dan politik kultural. | peran | serta ulama dalam ikut mengantarkan negara ini ke gerbang ke | 58 % |
eternal, magis, dan final. Pandangan inilah yang menyebabkan | perilaku | mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, | 3 % |
eternal, magis, dan final. Pandangan inilah yang menyebabkan | perilaku | mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, | 48 % |
kemerdekaan tidak diragukan lagi, tertulis dalam tinta emas | perjuangan | bangsa. Secara faktual-empiris, mayoritas pesantren bernaun | 59 % |
lah”, dan “syariat” adalah kafir yang harus dilenyapkan dari | permukaan | bumi ini. Mereka merujuk hadis “Man ra-a minkum munkaran fal | 22 % |
ejam, bengis, dan biadab. Bukankah Rasulullah Muhammad tidak | pernah | menggunakan pedang selama masih ada jalan lain yang lebih bi | 92 % |
sudah mafhum bagaimana karakter dan komitmen mereka terhadap | persoalan | keumatan dan kebangsaan. Tentunya, aksi-aksi mereka dalam as | 65 % |
b hukumnya memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan. | persoalannya | kemudian, betulkah karakter semacam ini menjadi mainstream p | 51 % |
atkan momentumnya. Pasca insiden JW Marriott, aparat menuduh | pesantren | sebagai sarang teroris. Term “salafi radikal” tepat sekali u | 16 % |
a kemudian, betulkah karakter semacam ini menjadi mainstream | pesantren | di Indonesia, sehingga pesantren layak dituduh sebagai saran | 52 % |
acam ini menjadi mainstream pesantren di Indonesia, sehingga | pesantren | layak dituduh sebagai sarang terorisme sebagaimana tuduhan p | 52 % |
k berwajib? Di sinilah urgensi identifikasi dan kategorisasi | pesantren | untuk memperjelas apakah semua pesantren layak dituduh sebag | 54 % |
si dan kategorisasi pesantren untuk memperjelas apakah semua | pesantren | layak dituduh sebagai sarang terorisme, atau sebagian saja. | 54 % |
risme, atau sebagian saja. Sepanjang berdirinya negara ini, | pesantren | sebagaimana yang kita tahu adalah lembaga pendidikan yang di | 55 % |
a emas perjuangan bangsa. Secara faktual-empiris, mayoritas | pesantren | bernaung pada kelompok organisasi besar, yakni NU (Nahdlatul | 60 % |
rna pesantren, bisa dilihat dari karakteristik para eksponen | pesantren | tersebut. Untuk membuat contoh, KH. MA. Sahal Mahfudz (mewak | 63 % |
elihat realitas faktual ini, sangat jauh kemungkinannya jika | pesantren | model NU dan Muhammadiyah dan model pesantren yang lain samp | 81 % |
gkinannya jika pesantren model NU dan Muhammadiyah dan model | pesantren | yang lain sampai melakukan tindakan-tindakan yang ekstrem, r | 81 % |
persuasif, dinamis, dan progresif. Tiga mainstream keilmuan | pesantren | (tauhid, fiqh dan tasawuf) sangat menganjurkan umat untuk be | 86 % |
bijaksana? Dari sini bisa disimpulkan, kelompok dari rahim | pesantren | yang populer dengan “salafi radikal” ini adalah minoritas da | 93 % |
dengan “salafi radikal” ini adalah minoritas dari mainstream | pesantren | yang ada. Kelompok ini mempunyai aktivitas, gerakan dan targ | 94 % |
onal dengan cara dan karakter yang spesifik. Di sektor dana, | pesantren | seperti ini juga mempunyai akses yang luas. Ciri-ciri semaca | 96 % |
i akses yang luas. Ciri-ciri semacam ini sulit didapatkan di | pesantren | Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat tidak bijaksa | 97 % |
tertentu yang melakukan generalisasi dengan mengatakan semua | pesantren | layak disebut sebagai sarang terorisme. | 99 % |
eka membentuk enklave-enklave di berbagai kota di Indonesia; | petamburan | dan Kwitang (Batavia), Pekalongan, Surakarta, Surabaya, Pont | 13 % |
n layak dituduh sebagai sarang terorisme sebagaimana tuduhan | pihak | berwajib? Di sinilah urgensi identifikasi dan kategorisasi p | 53 % |
umumnya. Oleh sebab itu, sangat tidak bijaksana apabila ada | pihak-pihak | tertentu yang melakukan generalisasi dengan mengatakan semua | 98 % |
temporer). Namun, akhir-akhir ini kedua organisasi ada dalam | platform | yang sama, yaitu sama-sama ingin menampilkan Islam sebagai r | 71 % |
antri dan masyarakat dalam hal keagamaan, sosial, budaya dan | politik | kultural. Peran serta ulama dalam ikut mengantarkan negara i | 58 % |
mereka dalam aspek pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan | politik | lahir dari kedalaman pemahaman terhadap doktrin dan norma ya | 67 % |
ng ada. Kelompok ini mempunyai aktivitas, gerakan dan target | politik | yang jelas, serta jaringan internasional dengan cara dan kar | 95 % |
sung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 yang lalu (yang | populer | dengan ijtihad budaya) menunjukkan hal ini. Melihat realita | 79 % |
ri sini bisa disimpulkan, kelompok dari rahim pesantren yang | populer | dengan “salafi radikal” ini adalah minoritas dari mainstream | 93 % |
i kapitalisme-global yang ujung-ujungnya semakin memperlemah | posisi | dan bargaining power umat Islam, dan semakin mengangkat keku | 40 % |
ang ujung-ujungnya semakin memperlemah posisi dan bargaining | power | umat Islam, dan semakin mengangkat kekuatan mereka nyaris se | 40 % |
s Am Syuriyah NU) dan Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Ma’arif (Ketua | pp | Muhammadiah). Publik sudah mafhum bagaimana karakter dan kom | 64 % |
rena tindakan semacam ini dengan sendirinya menguburkan cita | profetik | Islam sebagai agama rahmah, berubah menjadi agama niqmah (si | 83 % |
dan Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Ma’arif (Ketua PP Muhammadiah). | publik | sudah mafhum bagaimana karakter dan komitmen mereka terhadap | 65 % |
lenyapkan dari permukaan bumi ini. Mereka merujuk hadis “Man | ra-a | minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi wa-in lam yastathi’ | 22 % |
fundamentalis. Oleh: Jamal Ma’mur Asmani Term “salafi | radikal” | kami ambil dari terminologi Azyumardi Azra ketika melihat fe | 5 % |
otentifikasi Islam sedang mengecambah di Indonesia. “Salafi | radikal” | adalah kelompok yang berorientasi pada penegakan dan pengama | 7 % |
n Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Disebut sebagai “salafi | radikal” | karena mereka cenderung menempuh pendekatan dan cara-cara ke | 9 % |
parat menuduh pesantren sebagai sarang teroris. Term “salafi | radikal” | tepat sekali untuk menggambarkan fenomena Abu Bakar Ba’asyir | 17 % |
n, kelompok dari rahim pesantren yang populer dengan “salafi | radikal” | ini adalah minoritas dari mainstream pesantren yang ada. Kel | 94 % |
lebih bijaksana? Dari sini bisa disimpulkan, kelompok dari | rahim | pesantren yang populer dengan “salafi radikal” ini adalah mi | 93 % |
m yang sama, yaitu sama-sama ingin menampilkan Islam sebagai | rahmatan | li-alamin dengan cirinya; infitah (inklusif), tawasut (moder | 72 % |
adalah, supremasi hukum (tahqiqul hukmi), dan kesejahteraan | rakyat | (al-mashalih al-ra’iyah) dalam frame good governance. Semua | 75 % |
ak yang menyisakan kesan kejam, bengis, dan biadab. Bukankah | rasulullah | Muhammad tidak pernah menggunakan pedang selama masih ada ja | 91 % |
populer dengan ijtihad budaya) menunjukkan hal ini. Melihat | realitas | faktual ini, sangat jauh kemungkinannya jika pesantren model | 80 % |
asing. Maka tak ayal lagi, tempat-tempat semacam itu selalu | rentan | aksi kelompok ini, baik berupa ancaman, bom, tembak, sweepin | 37 % |
a, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan, terutama publik. | saat | ini, secara faktual kita melihat keanekaragam perzinaan, eks | 31 % |
n semakin mengangkat kekuatan mereka nyaris sempurna. Sampai | saat | ini, umat Islam identik dengan kelompok marginal, tertindas, | 41 % |
a eksponen pesantren tersebut. Untuk membuat contoh, KH. MA. | sahal | Mahfudz (mewakili NU-Ra’is Am Syuriyah NU) dan Prof. Dr. Ahm | 63 % |
salafi | Radikal, Pesantren, dan Terorisme Di sinilah kelihatan k | 0 % | |
hir ini kedua organisasi ada dalam platform yang sama, yaitu | sama-sama | ingin menampilkan Islam sebagai rahmatan li-alamin dengan ci | 71 % |
lam, dan semakin mengangkat kekuatan mereka nyaris sempurna. | sampai | saat ini, umat Islam identik dengan kelompok marginal, terti | 41 % |
lah mutlak kebenarannya dan wajib hukumnya memperjuangkannya | sampai | titik darah penghabisan. Persoalannya kemudian, betulkah ka | 50 % |
tren model NU dan Muhammadiyah dan model pesantren yang lain | sampai | melakukan tindakan-tindakan yang ekstrem, radikal, dan funda | 82 % |
la macam “muharramat” (yang diharamkan agama). Term-term ini | sangat | luas maknanya, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan, teru | 30 % |
budaya) menunjukkan hal ini. Melihat realitas faktual ini, | sangat | jauh kemungkinannya jika pesantren model NU dan Muhammadiyah | 80 % |
iga mainstream keilmuan pesantren (tauhid, fiqh dan tasawuf) | sangat | menganjurkan umat untuk berbuat kebajikan, kasih sayang, men | 86 % |
apatkan di pesantren Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, | sangat | tidak bijaksana apabila ada pihak-pihak tertentu yang melaku | 98 % |
oleh para ulama untuk mendidik, membimbing dan memberdayakan | santri | dan masyarakat dalam hal keagamaan, sosial, budaya dan polit | 57 % |
Pasca insiden JW Marriott, aparat menuduh pesantren sebagai | sarang | teroris. Term “salafi radikal” tepat sekali untuk menggambar | 16 % |
ntren di Indonesia, sehingga pesantren layak dituduh sebagai | sarang | terorisme sebagaimana tuduhan pihak berwajib? Di sinilah urg | 52 % |
tuk memperjelas apakah semua pesantren layak dituduh sebagai | sarang | terorisme, atau sebagian saja. Sepanjang berdirinya negara | 54 % |
sasi dengan mengatakan semua pesantren layak disebut sebagai | sarang | terorisme. | 100 % |
i sulit didapatkan di pesantren Indonesia pada umumnya. Oleh | sebab | itu, sangat tidak bijaksana apabila ada pihak-pihak tertentu | 98 % |
yang dipraktikkan Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Disebut | sebagai | “salafi radikal” karena mereka cenderung menempuh pendekatan | 9 % |
ntumnya. Pasca insiden JW Marriott, aparat menuduh pesantren | sebagai | sarang teroris. Term “salafi radikal” tepat sekali untuk men | 16 % |
eam pesantren di Indonesia, sehingga pesantren layak dituduh | sebagai | sarang terorisme sebagaimana tuduhan pihak berwajib? Di sini | 52 % |
ntren untuk memperjelas apakah semua pesantren layak dituduh | sebagai | sarang terorisme, atau sebagian saja. Sepanjang berdirinya | 54 % |
platform yang sama, yaitu sama-sama ingin menampilkan Islam | sebagai | rahmatan li-alamin dengan cirinya; infitah (inklusif), tawas | 72 % |
emacam ini dengan sendirinya menguburkan cita profetik Islam | sebagai | agama rahmah, berubah menjadi agama niqmah (siksa), dan nar | 83 % |
generalisasi dengan mengatakan semua pesantren layak disebut | sebagai | sarang terorisme. | 100 % |
a, sehingga pesantren layak dituduh sebagai sarang terorisme | sebagaimana | tuduhan pihak berwajib? Di sinilah urgensi identifikasi dan | 53 % |
u sebagian saja. Sepanjang berdirinya negara ini, pesantren | sebagaimana | yang kita tahu adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh | 55 % |
semua pesantren layak dituduh sebagai sarang terorisme, atau | sebagian | saja. Sepanjang berdirinya negara ini, pesantren sebagaiman | 55 % |
ang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks kitab | secara | literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan final. P | 2 % |
p hampir seluruh aspek kehidupan, terutama publik. Saat ini, | secara | faktual kita melihat keanekaragam perzinaan, eksploitasi aur | 31 % |
inum-minuman keras, dan lain-lain mengelilingi kehidupan ini | secara | bebas. Dan kebetulan, yang menyediakan hal-hal semacam ini s | 34 % |
a bebas. Dan kebetulan, yang menyediakan hal-hal semacam ini | secara | full dan terbuka umum adalah restoran, night club, dan tempa | 34 % |
ang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks kitab | secara | literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, dan final. P | 47 % |
diragukan lagi, tertulis dalam tinta emas perjuangan bangsa. | secara | faktual-empiris, mayoritas pesantren bernaung pada kelompok | 60 % |
sa), dan nar (neraka). Mereka justru ingin menampilkan Islam | secara | humanis, persuasif, dinamis, dan progresif. Tiga mainstream | 85 % |
lainnya. Dengan inilah Islam akan bisa diterima dimuka bumi | secara | simpatik dan penuh dengan kesan. Bukan dengan pedang, bom, t | 90 % |
ardi Azra ketika melihat fenomena gerakan otentifikasi Islam | sedang | mengecambah di Indonesia. “Salafi radikal” adalah kelompok y | 6 % |
ain, membahagiakan orang lain, menolong dan bekerjasama, dan | sedini | mungkin menghindari konflik, konfrontasi, intrik, dan hal-ha | 88 % |
ghebohkan, menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan. | segala | cara harus dilakukan untuk menegakkan kalimah Allah di muka | 20 % |
ereka melakukan serangkaian kegiatan dan gerakan pembersihan | segala | apa yang berbau “maksiat” (ma’ashi), “dosa” (zunub), “mungka | 27 % |
kar” (munkar), “keji” (fakhsya’), “kemunafikan” (nifaq), dan | segala | macam “muharramat” (yang diharamkan agama). Term-term ini sa | 29 % |
akter semacam ini menjadi mainstream pesantren di Indonesia, | sehingga | pesantren layak dituduh sebagai sarang terorisme sebagaimana | 52 % |
ke Indonesia dalam jumlah besar dan massif, terjadi terutama | sejak | abad 19. Mereka membentuk enklave-enklave di berbagai kota d | 12 % |
esantren sebagai sarang teroris. Term “salafi radikal” tepat | sekali | untuk menggambarkan fenomena Abu Bakar Ba’asyir, Amrozi, Ali | 17 % |
gan internasional dengan cara dan karakter yang spesifik. Di | sektor | dana, pesantren seperti ini juga mempunyai akses yang luas. | 96 % |
negara asing. Maka tak ayal lagi, tempat-tempat semacam itu | selalu | rentan aksi kelompok ini, baik berupa ancaman, bom, tembak, | 37 % |
dengan kelompok marginal, tertindas, obyek perdagangan, dan | selalu | dijadikan bulan-bulanan kaum zionis-imperalis dengan lokomot | 42 % |
Bukankah Rasulullah Muhammad tidak pernah menggunakan pedang | selama | masih ada jalan lain yang lebih bijaksana? Dari sini bisa d | 92 % |
agama). Term-term ini sangat luas maknanya, mencakup hampir | seluruh | aspek kehidupan, terutama publik. Saat ini, secara faktual k | 30 % |
an ini secara bebas. Dan kebetulan, yang menyediakan hal-hal | semacam | ini secara full dan terbuka umum adalah restoran, night club | 34 % |
i oleh warga negara asing. Maka tak ayal lagi, tempat-tempat | semacam | itu selalu rentan aksi kelompok ini, baik berupa ancaman, bo | 37 % |
darah penghabisan. Persoalannya kemudian, betulkah karakter | semacam | ini menjadi mainstream pesantren di Indonesia, sehingga pesa | 51 % |
an yang ekstrem, radikal, dan fundamentalis, karena tindakan | semacam | ini dengan sendirinya menguburkan cita profetik Islam sebaga | 83 % |
antren seperti ini juga mempunyai akses yang luas. Ciri-ciri | semacam | ini sulit didapatkan di pesantren Indonesia pada umumnya. Ol | 97 % |
mempermudah ekspansi kapitalisme-global yang ujung-ujungnya | semakin | memperlemah posisi dan bargaining power umat Islam, dan sema | 40 % |
akin memperlemah posisi dan bargaining power umat Islam, dan | semakin | mengangkat kekuatan mereka nyaris sempurna. Sampai saat ini, | 41 % |
a, tidak ada jalan lain kecuali kekerasan dan mengoptimalkan | semua | kekuatan Islam untuk menandingi kedigdayaan lawan sesuai den | 44 % |
tifikasi dan kategorisasi pesantren untuk memperjelas apakah | semua | pesantren layak dituduh sebagai sarang terorisme, atau sebag | 54 % |
rakyat (al-mashalih al-ra’iyah) dalam frame good governance. | semua | ini lahir dari cara pemahaman mereka terhadap teks yang ada | 76 % |
pihak tertentu yang melakukan generalisasi dengan mengatakan | semua | pesantren layak disebut sebagai sarang terorisme. | 99 % |
k ini, baik berupa ancaman, bom, tembak, sweeping, dsb. yang | semuanya | masuk dalam katagori terorisme. Bagi kelompok ini, demokras | 38 % |
dikal, dan fundamentalis, karena tindakan semacam ini dengan | sendirinya | menguburkan cita profetik Islam sebagai agama rahmah, beruba | 83 % |
layak dituduh sebagai sarang terorisme, atau sebagian saja. | sepanjang | berdirinya negara ini, pesantren sebagaimana yang kita tahu | 55 % |
l Ulama) dan MD (Muhammadiyah), karena itu, untuk mengetahui | seperti | apa corak dan warna pesantren, bisa dilihat dari karakterist | 62 % |
n cara dan karakter yang spesifik. Di sektor dana, pesantren | seperti | ini juga mempunyai akses yang luas. Ciri-ciri semacam ini su | 96 % |
lemah. Berdasarkan tekstualitas hadis ini, mereka melakukan | serangkaian | kegiatan dan gerakan pembersihan segala apa yang berbau “mak | 27 % |
am hal keagamaan, sosial, budaya dan politik kultural. Peran | serta | ulama dalam ikut mengantarkan negara ini ke gerbang kemerdek | 58 % |
mempunyai aktivitas, gerakan dan target politik yang jelas, | serta | jaringan internasional dengan cara dan karakter yang spesifi | 95 % |
lkan semua kekuatan Islam untuk menandingi kedigdayaan lawan | sesuai | dengan bunyi teks hadits. Di sinilah kelihatan karakter asl | 45 % |
ublika, 25/10/2002). Term ini terasa aktual akhir-akhir ini | setelah | mendapatkan momentumnya. Pasca insiden JW Marriott, aparat m | 15 % |
in lam yastathi’ fabiqolbih, wazalika adl’aful iman”; barang | siapa | melihat kemungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, jika tidak ma | 24 % |
a. Dengan inilah Islam akan bisa diterima dimuka bumi secara | simpatik | dan penuh dengan kesan. Bukan dengan pedang, bom, tembak yan | 90 % |
dang selama masih ada jalan lain yang lebih bijaksana? Dari | sini | bisa disimpulkan, kelompok dari rahim pesantren yang populer | 93 % |
Salafi Radikal, Pesantren, dan Terorisme Di | sinilah | kelihatan karakter asli kelompok ini yang memandang turast ( | 1 % |
dingi kedigdayaan lawan sesuai dengan bunyi teks hadits. Di | sinilah | kelihatan karakter asli kelompok ini yang memandang turast ( | 45 % |
agai sarang terorisme sebagaimana tuduhan pihak berwajib? Di | sinilah | urgensi identifikasi dan kategorisasi pesantren untuk memper | 53 % |
of. Dr. Ahmad Syafi’I Ma’arif (Ketua PP Muhammadiah). Publik | sudah | mafhum bagaimana karakter dan komitmen mereka terhadap perso | 65 % |
ti ini juga mempunyai akses yang luas. Ciri-ciri semacam ini | sulit | didapatkan di pesantren Indonesia pada umumnya. Oleh sebab i | 97 % |
ahteraan). Tujuan mereka adalah terciptanya keadilan adalah, | supremasi | hukum (tahqiqul hukmi), dan kesejahteraan rakyat (al-mashali | 74 % |
hfudz (mewakili NU-Ra’is Am Syuriyah NU) dan Prof. Dr. Ahmad | syafi’i | Ma’arif (Ketua PP Muhammadiah). Publik sudah mafhum bagaiman | 64 % |
membuat contoh, KH. MA. Sahal Mahfudz (mewakili NU-Ra’is Am | syuriyah | NU) dan Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Ma’arif (Ketua PP Muhammadia | 64 % |
njang berdirinya negara ini, pesantren sebagaimana yang kita | tahu | adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh para ulama unt | 56 % |
. Hasil Muktamar NU di Cipasung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah | tahun | 2001 yang lalu (yang populer dengan ijtihad budaya) menunjuk | 79 % |
ang notabene banyak dikunjungi oleh warga negara asing. Maka | tak | ayal lagi, tempat-tempat semacam itu selalu rentan aksi kelo | 36 % |
tren yang ada. Kelompok ini mempunyai aktivitas, gerakan dan | target | politik yang jelas, serta jaringan internasional dengan cara | 95 % |
lamin dengan cirinya; infitah (inklusif), tawasut (moderat), | tasamuh | (toleran), i’tidal (lurus), musawah (persamaan), dan maslaha | 73 % |
-kitab ulama yang bertebaran dalam masalah teologi, fiqh,dan | tasawuf | (mistisisme) yang kontekstual, metodologis, dan menyejarah. | 78 % |
bagai rahmatan li-alamin dengan cirinya; infitah (inklusif), | tawasut | (moderat), tasamuh (toleran), i’tidal (lurus), musawah (pers | 72 % |
Islam untuk menandingi kedigdayaan lawan sesuai dengan bunyi | teks | hadits. Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yan | 45 % |
promi, eksklusif, dan fundamentalis. Apa yang tersirat dalam | teks | adalah mutlak kebenarannya dan wajib hukumnya memperjuangkan | 49 % |
ernance. Semua ini lahir dari cara pemahaman mereka terhadap | teks | yang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulama yan | 76 % |
ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa | teks-teks | kitab secara literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, | 2 % |
ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa | teks-teks | kitab secara literalistik, tekstual, sakral, eternal, magis, | 47 % |
up dengan hati, dan itu adalah iman yang lemah. Berdasarkan | tekstualitas | hadis ini, mereka melakukan serangkaian kegiatan dan gerakan | 26 % |
a simpatik dan penuh dengan kesan. Bukan dengan pedang, bom, | tembak | yang menyisakan kesan kejam, bengis, dan biadab. Bukankah Ra | 90 % |
ecara full dan terbuka umum adalah restoran, night club, dan | tempat-tempat | hiburan lainnya yang notabene banyak dikunjungi oleh warga n | 35 % |
nyak dikunjungi oleh warga negara asing. Maka tak ayal lagi, | tempat-tempat | semacam itu selalu rentan aksi kelompok ini, baik berupa anc | 36 % |
uduh pesantren sebagai sarang teroris. Term “salafi radikal” | tepat | sekali untuk menggambarkan fenomena Abu Bakar Ba’asyir, Amro | 17 % |
Palembang, dan lain-lain. (Republika, 25/10/2002). Term ini | terasa | aktual akhir-akhir ini setelah mendapatkan momentumnya. Pasc | 15 % |
etulan, yang menyediakan hal-hal semacam ini secara full dan | terbuka | umum adalah restoran, night club, dan tempat-tempat hiburan | 35 % |
rsamaan), dan maslahah (kesejahteraan). Tujuan mereka adalah | terciptanya | keadilan adalah, supremasi hukum (tahqiqul hukmi), dan kesej | 74 % |
hir dari kedalaman pemahaman terhadap doktrin dan norma yang | terdapat | dalam kekayaan khazanah keilmuan masing-masing organisasi te | 68 % |
. Publik sudah mafhum bagaimana karakter dan komitmen mereka | terhadap | persoalan keumatan dan kebangsaan. Tentunya, aksi-aksi merek | 65 % |
budaya, ekonomi, dan politik lahir dari kedalaman pemahaman | terhadap | doktrin dan norma yang terdapat dalam kekayaan khazanah keil | 67 % |
good governance. Semua ini lahir dari cara pemahaman mereka | terhadap | teks yang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulam | 76 % |
orang Hadhramaut ke Indonesia dalam jumlah besar dan massif, | terjadi | terutama sejak abad 19. Mereka membentuk enklave-enklave di | 12 % |
, eksklusif, dan fundamentalis. Oleh: Jamal Ma’mur Asmani | term | “salafi radikal” kami ambil dari terminologi Azyumardi Azra | 5 % |
ontianak, Palembang, dan lain-lain. (Republika, 25/10/2002). | term | ini terasa aktual akhir-akhir ini setelah mendapatkan moment | 15 % |
W Marriott, aparat menuduh pesantren sebagai sarang teroris. | term | “salafi radikal” tepat sekali untuk menggambarkan fenomena A | 16 % |
Jamal Ma’mur Asmani Term “salafi radikal” kami ambil dari | terminologi | Azyumardi Azra ketika melihat fenomena gerakan otentifikasi | 5 % |
faq), dan segala macam “muharramat” (yang diharamkan agama). | term-term | ini sangat luas maknanya, mencakup hampir seluruh aspek kehi | 30 % |
Salafi Radikal, Pesantren, dan | terorisme | Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yang memanda | 0 % |
i Indonesia, sehingga pesantren layak dituduh sebagai sarang | terorisme | sebagaimana tuduhan pihak berwajib? Di sinilah urgensi ident | 52 % |
tidak kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Apa yang | tersirat | dalam teks adalah mutlak kebenarannya dan wajib hukumnya mem | 49 % |
eh sebab itu, sangat tidak bijaksana apabila ada pihak-pihak | tertentu | yang melakukan generalisasi dengan mengatakan semua pesantren layak disebut sebagai sarang terorisme. | 99 % |
rkan negara ini ke gerbang kemerdekaan tidak diragukan lagi, | tertulis | dalam tinta emas perjuangan bangsa. Secara faktual-empiris, | 59 % |
dhramaut ke Indonesia dalam jumlah besar dan massif, terjadi | terutama | sejak abad 19. Mereka membentuk enklave-enklave di berbagai | 12 % |
ngat luas maknanya, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan, | terutama | publik. Saat ini, secara faktual kita melihat keanekaragam p | 30 % |
menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, | tidak | kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Oleh: Jamal | 4 % |
ng siapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, jika | tidak | mampu ubahlah dengan kemampuan diplomasi, dan jika tidak mam | 25 % |
ika tidak mampu ubahlah dengan kemampuan diplomasi, dan jika | tidak | mampu maka cukup dengan hati, dan itu adalah iman yang lemah | 25 % |
-bulanan kaum zionis-imperalis dengan lokomotifnya AS. Maka, | tidak | ada jalan lain kecuali kekerasan dan mengoptimalkan semua ke | 43 % |
menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, | tidak | kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Apa yang tersi | 49 % |
ma dalam ikut mengantarkan negara ini ke gerbang kemerdekaan | tidak | diragukan lagi, tertulis dalam tinta emas perjuangan bangsa. | 59 % |
esan kejam, bengis, dan biadab. Bukankah Rasulullah Muhammad | tidak | pernah menggunakan pedang selama masih ada jalan lain yang l | 92 % |
di pesantren Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, sangat | tidak | bijaksana apabila ada pihak-pihak tertentu yang melakukan ge | 98 % |
kan Islam secara humanis, persuasif, dinamis, dan progresif. | tiga | mainstream keilmuan pesantren (tauhid, fiqh dan tasawuf) san | 85 % |
an-tindakan yang ekstrem, radikal, dan fundamentalis, karena | tindakan | semacam ini dengan sendirinya menguburkan cita profetik Isla | 83 % |
Muhammadiyah dan model pesantren yang lain sampai melakukan | tindakan-tindakan | yang ekstrem, radikal, dan fundamentalis, karena tindakan se | 82 % |
ke gerbang kemerdekaan tidak diragukan lagi, tertulis dalam | tinta | emas perjuangan bangsa. Secara faktual-empiris, mayoritas p | 59 % |
lak kebenarannya dan wajib hukumnya memperjuangkannya sampai | titik | darah penghabisan. Persoalannya kemudian, betulkah karakter | 50 % |
eanekaragam perzinaan, eksploitasi aurat (para turis), iklan | transparan | (semua iklan hampir menonjolkan organ wanita yang sensitif), | 32 % |
pesantren layak dituduh sebagai sarang terorisme sebagaimana | tuduhan | pihak berwajib? Di sinilah urgensi identifikasi dan kategori | 53 % |
(lurus), musawah (persamaan), dan maslahah (kesejahteraan). | tujuan | mereka adalah terciptanya keadilan adalah, supremasi hukum ( | 74 % |
as untuk mencapai tujuan, daripada cara damai dan persuasif. | tumbuhnya | kelompok ini berawal dari imigrasi orang-orang Hadhramaut ke | 11 % |
sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yang memandang | turast | (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks kitab secara lit | 1 % |
sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini yang memandang | turast | (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks kitab secara lit | 46 % |
, wazalika adl’aful iman”; barang siapa melihat kemungkaran, | ubahlah | dengan kekuasaan, jika tidak mampu ubahlah dengan kemampuan | 24 % |
ihat kemungkaran, ubahlah dengan kekuasaan, jika tidak mampu | ubahlah | dengan kemampuan diplomasi, dan jika tidak mampu maka cukup | 25 % |
lan barat untuk mempermudah ekspansi kapitalisme-global yang | ujung-ujungnya | semakin memperlemah posisi dan bargaining power umat Islam, | 40 % |
kita tahu adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh para | ulama | untuk mendidik, membimbing dan memberdayakan santri dan masy | 56 % |
keagamaan, sosial, budaya dan politik kultural. Peran serta | ulama | dalam ikut mengantarkan negara ini ke gerbang kemerdekaan ti | 58 % |
adap teks yang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab | ulama | yang bertebaran dalam masalah teologi, fiqh,dan tasawuf (mis | 77 % |
ung-ujungnya semakin memperlemah posisi dan bargaining power | umat | Islam, dan semakin mengangkat kekuatan mereka nyaris sempurn | 41 % |
mengangkat kekuatan mereka nyaris sempurna. Sampai saat ini, | umat | Islam identik dengan kelompok marginal, tertindas, obyek per | 42 % |
uan pesantren (tauhid, fiqh dan tasawuf) sangat menganjurkan | umat | untuk berbuat kebajikan, kasih sayang, mengalah demi orang l | 86 % |
yang menyediakan hal-hal semacam ini secara full dan terbuka | umum | adalah restoran, night club, dan tempat-tempat hiburan lainn | 35 % |
ena mereka cenderung menempuh pendekatan dan cara-cara keras | untuk | mencapai tujuan, daripada cara damai dan persuasif. Tumbuhny | 10 % |
n sebagai sarang teroris. Term “salafi radikal” tepat sekali | untuk | menggambarkan fenomena Abu Bakar Ba’asyir, Amrozi, Ali Imron | 17 % |
a aktivitasnya yang menghebohkan, menggunakan cara kekerasan | untuk | mencapai tujuan. Segala cara harus dilakukan untuk menegakka | 19 % |
kekerasan untuk mencapai tujuan. Segala cara harus dilakukan | untuk | menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Para penentang “k | 20 % |
lompok ini, demokrasi adalah absurd, hanya akal-akalan barat | untuk | mempermudah ekspansi kapitalisme-global yang ujung-ujungnya | 39 % |
in kecuali kekerasan dan mengoptimalkan semua kekuatan Islam | untuk | menandingi kedigdayaan lawan sesuai dengan bunyi teks hadits | 44 % |
? Di sinilah urgensi identifikasi dan kategorisasi pesantren | untuk | memperjelas apakah semua pesantren layak dituduh sebagai sar | 54 % |
ahu adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh para ulama | untuk | mendidik, membimbing dan memberdayakan santri dan masyarakat | 56 % |
akni NU (Nahdlatul Ulama) dan MD (Muhammadiyah), karena itu, | untuk | mengetahui seperti apa corak dan warna pesantren, bisa dilih | 62 % |
dilihat dari karakteristik para eksponen pesantren tersebut. | untuk | membuat contoh, KH. MA. Sahal Mahfudz (mewakili NU-Ra’is Am | 63 % |
esantren (tauhid, fiqh dan tasawuf) sangat menganjurkan umat | untuk | berbuat kebajikan, kasih sayang, mengalah demi orang lain, m | 87 % |
ang terorisme sebagaimana tuduhan pihak berwajib? Di sinilah | urgensi | identifikasi dan kategorisasi pesantren untuk memperjelas ap | 53 % |
ssical source), kalau Muhammadiyah al-Qur’an dan Hadits (dan | wacana | akademik-kontemporer). Namun, akhir-akhir ini kedua organisa | 70 % |
ujuk hadis “Man ra-a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi | wa-in | lam yastathi’ fabilisanihi wa-in lam yastathi’ fabiqolbih, w | 23 % |
ran falyughayyirhu biyadihi wa-in lam yastathi’ fabilisanihi | wa-in | lam yastathi’ fabiqolbih, wazalika adl’aful iman”; barang si | 23 % |
Apa yang tersirat dalam teks adalah mutlak kebenarannya dan | wajib | hukumnya memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan. | 50 % |
ris), iklan transparan (semua iklan hampir menonjolkan organ | wanita | yang sensitif), judi, minum-minuman keras, dan lain-lain men | 32 % |
-tempat hiburan lainnya yang notabene banyak dikunjungi oleh | warga | negara asing. Maka tak ayal lagi, tempat-tempat semacam itu | 36 % |
madiyah), karena itu, untuk mengetahui seperti apa corak dan | warna | pesantren, bisa dilihat dari karakteristik para eksponen pes | 62 % |
n lam yastathi’ fabilisanihi wa-in lam yastathi’ fabiqolbih, | wazalika | adl’aful iman”; barang siapa melihat kemungkaran, ubahlah de | 24 % |
hir-akhir ini kedua organisasi ada dalam platform yang sama, | yaitu | sama-sama ingin menampilkan Islam sebagai rahmatan li-alamin | 71 % |
mayoritas pesantren bernaung pada kelompok organisasi besar, | yakni | NU (Nahdlatul Ulama) dan MD (Muhammadiyah), karena itu, untu | 61 % |
Terorisme Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini | yang | memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks | 1 % |
sli kelompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) | yang | berupa teks-teks kitab secara literalistik, tekstual, sakral | 2 % |
ekstual, sakral, eternal, magis, dan final. Pandangan inilah | yang | menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, | 3 % |
dan final. Pandangan inilah yang menyebabkan perilaku mereka | yang | ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, eksklusif, | 3 % |
g mengecambah di Indonesia. “Salafi radikal” adalah kelompok | yang | berorientasi pada penegakan dan pengamalan “Islam yang murni | 7 % |
ompok yang berorientasi pada penegakan dan pengamalan “Islam | yang | murni”, “Islam otentik” yang dipraktikkan Nabi Muhammad dan | 8 % |
penegakan dan pengamalan “Islam yang murni”, “Islam otentik” | yang | dipraktikkan Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Disebut seba | 8 % |
a ini muncul ke permukaan, bahkan dunia, karena aktivitasnya | yang | menghebohkan, menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tuju | 19 % |
entang “khilafah”, “hukum Allah”, dan “syariat” adalah kafir | yang | harus dilenyapkan dari permukaan bumi ini. Mereka merujuk ha | 21 % |
jika tidak mampu maka cukup dengan hati, dan itu adalah iman | yang | lemah. Berdasarkan tekstualitas hadis ini, mereka melakukan | 26 % |
ukan serangkaian kegiatan dan gerakan pembersihan segala apa | yang | berbau “maksiat” (ma’ashi), “dosa” (zunub), “mungkar” (munka | 28 % |
klan transparan (semua iklan hampir menonjolkan organ wanita | yang | sensitif), judi, minum-minuman keras, dan lain-lain mengelil | 33 % |
lain mengelilingi kehidupan ini secara bebas. Dan kebetulan, | yang | menyediakan hal-hal semacam ini secara full dan terbuka umum | 34 % |
alah restoran, night club, dan tempat-tempat hiburan lainnya | yang | notabene banyak dikunjungi oleh warga negara asing. Maka tak | 35 % |
lompok ini, baik berupa ancaman, bom, tembak, sweeping, dsb. | yang | semuanya masuk dalam katagori terorisme. Bagi kelompok ini, | 38 % |
l-akalan barat untuk mempermudah ekspansi kapitalisme-global | yang | ujung-ujungnya semakin memperlemah posisi dan bargaining pow | 40 % |
eks hadits. Di sinilah kelihatan karakter asli kelompok ini | yang | memandang turast (doktrin dan tradisi) yang berupa teks-teks | 46 % |
sli kelompok ini yang memandang turast (doktrin dan tradisi) | yang | berupa teks-teks kitab secara literalistik, tekstual, sakral | 46 % |
ekstual, sakral, eternal, magis, dan final. Pandangan inilah | yang | menyebabkan perilaku mereka yang ekstrem, radikal, fanatis, | 48 % |
dan final. Pandangan inilah yang menyebabkan perilaku mereka | yang | ekstrem, radikal, fanatis, tidak kenal kompromi, eksklusif, | 48 % |
tis, tidak kenal kompromi, eksklusif, dan fundamentalis. Apa | yang | tersirat dalam teks adalah mutlak kebenarannya dan wajib huk | 49 % |
aja. Sepanjang berdirinya negara ini, pesantren sebagaimana | yang | kita tahu adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh para | 56 % |
santren sebagaimana yang kita tahu adalah lembaga pendidikan | yang | didirikan oleh para ulama untuk mendidik, membimbing dan mem | 56 % |
ik lahir dari kedalaman pemahaman terhadap doktrin dan norma | yang | terdapat dalam kekayaan khazanah keilmuan masing-masing orga | 68 % |
. Namun, akhir-akhir ini kedua organisasi ada dalam platform | yang | sama, yaitu sama-sama ingin menampilkan Islam sebagai rahmat | 71 % |
ce. Semua ini lahir dari cara pemahaman mereka terhadap teks | yang | ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulama yang ber | 76 % |
eks yang ada pada al-Qur’an, al-Hadis, dan kitab-kitab ulama | yang | bertebaran dalam masalah teologi, fiqh,dan tasawuf (mistisis | 77 % |
tebaran dalam masalah teologi, fiqh,dan tasawuf (mistisisme) | yang | kontekstual, metodologis, dan menyejarah. Hasil Muktamar NU | 78 % |
tamar NU di Cipasung 1992 dan Mukmar Muhammadiyah tahun 2001 | yang | lalu (yang populer dengan ijtihad budaya) menunjukkan hal in | 79 % |
jika pesantren model NU dan Muhammadiyah dan model pesantren | yang | lain sampai melakukan tindakan-tindakan yang ekstrem, radika | 81 % |
model pesantren yang lain sampai melakukan tindakan-tindakan | yang | ekstrem, radikal, dan fundamentalis, karena tindakan semacam | 82 % |
tik dan penuh dengan kesan. Bukan dengan pedang, bom, tembak | yang | menyisakan kesan kejam, bengis, dan biadab. Bukankah Rasulul | 91 % |
tidak pernah menggunakan pedang selama masih ada jalan lain | yang | lebih bijaksana? Dari sini bisa disimpulkan, kelompok dari | 92 % |
? Dari sini bisa disimpulkan, kelompok dari rahim pesantren | yang | populer dengan “salafi radikal” ini adalah minoritas dari ma | 93 % |
lafi radikal” ini adalah minoritas dari mainstream pesantren | yang | ada. Kelompok ini mempunyai aktivitas, gerakan dan target po | 94 % |
Kelompok ini mempunyai aktivitas, gerakan dan target politik | yang | jelas, serta jaringan internasional dengan cara dan karakter | 95 % |
jelas, serta jaringan internasional dengan cara dan karakter | yang | spesifik. Di sektor dana, pesantren seperti ini juga mempuny | 96 % |
. Di sektor dana, pesantren seperti ini juga mempunyai akses | yang | luas. Ciri-ciri semacam ini sulit didapatkan di pesantren In | 97 % |
itu, sangat tidak bijaksana apabila ada pihak-pihak tertentu | yang | melakukan generalisasi dengan mengatakan semua pesantren layak disebut sebagai sarang terorisme. | 99 % |
“Man ra-a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi wa-in lam | yastathi’ | fabilisanihi wa-in lam yastathi’ fabiqolbih, wazalika adl’af | 23 % |
hayyirhu biyadihi wa-in lam yastathi’ fabilisanihi wa-in lam | yastathi’ | fabiqolbih, wazalika adl’aful iman”; barang siapa melihat ke | 23 % |
, obyek perdagangan, dan selalu dijadikan bulan-bulanan kaum | zionis-imperalis | dengan lokomotifnya AS. Maka, tidak ada jalan lain kecuali k | 43 % |
The End
Word Frequency Program
The End