ReadingBar

back to Bunyi Hujan di Atas Genting

click here for the word frequency

 

Bunyi Hujan di Atas Genting

Experimental Concordance Program

The text:

---60---Bunyi Hujan di Atas Genting oleh Seno Gumira Ajidarma “Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,” kata Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun bercerita tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pada mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitri selalu merasa gemetar setiap kali mendengar bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Rumahnya memang terletak di sudut mulut gang itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi semacam letupan dan bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang pula ia tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat bertato tetap saja menggeletak di mulut gang setiap kali hujan reda pada malam hari. Mungkin ia memang tidak mendengar apa-apa karena bunyi hujan yang masih deras. Hujan yang deras, kau tahu, sering kali bisa mengerikan. Apalagi kalau rumah kita bukan bangunan yang kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran, dan akan remuk jika tertimpa pohon yang tidak usah terlalu besar. Mungkin pula Sawitri tidak mendengar apa-apa karena ia mengantuk dan kadang-kadang tertidur. Mungkin karena ia menyetel radionya terlalu keras. Ia suka mendengarkan lagu-lagu pop Indonesia sambil menjahit. Matanya sering kali pedas karena menatap lubang jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi pedas dan berair ia menutup matanya sejenak. Saat menutup matanya sejenak itu ia mendengarkan sepotong lagu dari radio. Dan saat ia mendengarkan lagu itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi tetap saja setiap kali hujan reda, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Untuk melihat mayat bertato itu, Sawitri cukup membuka jendela samping rumahnya dan menengok ke kanan. Ia harus membungkuk kalau ingin melihat mayat itu dengan jelas. Kalau tidak, pandangannya akan terhalang daun jendela. Ia harus membungkuk sampai perutnya menekan bibir jendela dan tempias sisa air hujan menitik-nitik di rambutnya dan juga di sebagian wajahnya. Dadanya selalu berdesir dan jantungnya berdegup-degup keras setiap kali hujan selesai dan bunyi sisa air hujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja membuka jendela itu dan menengok ke kanan sambil membungkuk untuk melihat mayat itu. Meskipun ia tertidur bila hujan turun tengah malam dan iramanya mengajak orang melupakan dunia fana namun Sawitri selalu terbangun ketika hujan reda dan ia akan langsung membuka jendela lantas menengok ke kanan sambil membungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi ia selalu ingin menatap wajah mayat-mayat bertato itu. Jika mayat itu sudah terlanjur dikerumuni para tetangga, Sawitri pun selalu menyempatkan diri ke luar rumah dan menyeruak di antara kerumunan itu sampai ia melihat mayat. Ia tidak selalu berhasil melihat wajahnya karena kadang-kadang mayat itu sudah terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau sudah melihat sebagian saja dari mayat itu, apakah kakinya, tangannya atau paling sedikit tatonya. Sawitri pernah membuka kain penutup mayat untuk melihat wajahnya tapi ia tak ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalinya ia membuka kain penutup wajah, yang ia lihat adalah wajah menyeringai dengan mata terbeliak dan giginya meringis seperti masih hidup. Sebuah wajah yang menyeramkan. Namun sebetulnya Sawitri cukup jarang ikut berkerumun di antara tetangganya. Sawitri hampir selalu menjadi orang pertama yang melihat mayat-mayat bertato itu. Ketika hujan belum benar-benar selesai sehingga tampak seperti tabir yang berkilat dalam cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Sosok tubuh manusia itu tergeletak betul-betul seperti bangkai. Sawitri hanya akan melihatnya sepintas, tapi cukup jelas untuk mengingat bagaimana darah membercak pada semen yang basah dan sosok itu pun segera jadi basah dan rambut dan brewok dan celana kolor orang itu juga basah. Tidak semua wajah mayat-mayat bertato itu mengerikan. Kadang-kadang Sawitri punya kesan mayat bertato itu seperti orang tidur nyenyak atau orang tersenyum. Orang-orang bertato itu tidur nyenyak dan tersenyum dalam buaian gerimis yang di mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan layar pada sebuah panggung sandiwara. Cahaya lampu merkuri yang pucat kekuning-kuningan kadang-kadang membuat warna darah pada dada dan punggung orang itu tidak berwarna merah melainkan hitam. Darah itulah yang membedakan mayat bertato itu dengan orang tidur. Kadang-kadang mata mayat bertato itu menatap tepat pada Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan setelah membuka jendela dan membungkuk, setelah hujan mereda. Sawitri juga sering merasa bahwa ia menatap mereka tepat pada akhir hidupnya. Mata itu masih hidup ketika bertemu dengan mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa mata itu pada akhir pandangannya begitu banyak bercerita. Begitu sering Sawitri bertatapan dengan sosok-sosok bertato itu, sehingga ia merasa mengerti apakah orang itu masih hidup atau sudah mati, hanya dengan sekilas pandang. Ia pun segera bisa merasa, apakah nyawa orang itu masih ada di tubuhnya, atau baru saja pergi, atau sudah lama melayang, entah ke surga atau ke neraka. Sawitri seolah-olah merasa melihat begitu banyak cerita pada mata itu namun ia merasa begitu sulit menceritakannya kembali. Sawitri kadang-kadang merasa orang itu ingin berteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin hidup dan ia punya istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga melihat mata yang bertanya-tanya. Mata yang menuntut. Mata yang menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato yang tegap itu tetap saja basah. Basah oleh darah dan hujan dan kerjap halilintar membuat darah dan tubuh yang basah itu berkilat dan darah dan basah hujan pada semen juga berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai ke depan atau ke belakang seperti dipaksakan oleh takdir itu sendiri. Sesekali kepala itu menelungkup mencium bumi atau tengadah ke langit dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Dan bila hujan belum betul-betul selesai, maka Sawitri melihat mulut yang menganga itu kemasukan air hujan. Sawitri merasa tetangga-tetangganya sudah terbiasa dengan mayat-mayat bertato itu. Malahan ia merasa tetangga-tetangganya itu bergembira setiap kali melihat mayat bertato tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda dan mayat itu disemprot cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya yang terletak di sudut gang itu Sawitri mendengar apa saja yang mereka percakapkan. Mereka berteriak-teriak sambil mengerumuni mayat yang tergeletak itu meskipun kadang-kadang hujan belum benar-benar selesai dan anak-anak berteriak hore-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya, tahu rasa dia sekarang!” “Anjing!” “Anjing!” Kadang-kadang mereka juga menendang-nendang mayat itu dan menginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat itu mereka seret saja sepanjang jalan ke kelurahan sehingga wajah orang bertato itu berlepotan dengan lumpur karena orang-orang kampung menyeret dengan memegang kakinya. Sawitri tak pernah ikut dalam arak-arakan yang bersorak-sorai gembira itu. Ia cukup membuka jendela setiap kali hujan reda dan menengok ke kanan sambil membungkuk lantas menutupnya kembali setelah melihat sesosok mayat bertato. Sawitri akan menarik napas panjang bila ternyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertato seperti mayat-mayat itu dan bukankah di antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Sesekali Sawitri mengenali mayat-mayat bertato itu, Kandang Jinongkeng, Pentung Pinanggul… Mayat-mayat itu menggeletak di sana, betul-betul seperti bangkai tikus yang dibuang di tengah jalan. Sawitri merasa nasib mereka lebih buruk dari binatang yang disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak di sana dengan tangan dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu jari tangannya saja yang disatukan dengan tali kawat. Kadang-kadang kakinya memang tidak terikat. Bahkan ada juga yang tidak terikat sama sekali. Namun mayat-mayat yang tidak terikat itu biasanya lebih banyak lubang pelurunya. Lubang-lubang peluru membentuk sebuah garis di punggung dan dada, sehingga lukisan-lukisan tato yang indah itu rusak. Sawitri kadang-kadang merasa penembak orang bertato itu memang sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa menembak hanya di tempat yang mematikan saja, tapi mereka juga menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan. Apakah mereka menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan hanya karena ingin membuat orang-orang bertato itu kesakitan? Di tempat-tempat yang tidak mematikan itu kadang-kadang terdapat gambar tato yang rusak karena lubang peluru. Ia selalu memperhatikan tato orang-orang yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda. Begitulah caranya Sawitri mengenali Kandang Jinongkeng. Wajahnya tertelungkup, namun cahaya lampu merkuri cukup terang untuk membuat Sawitri mengenali tato di punggungnya yang sudah berlubang-lubang. Sebuah tulisan SAYANG MAMA, dan gambar salib di lengan kiri. Sawitri bisa mengingat dengan jelas lukisan-lukisan pada mayat-mayat itu. Jangkar, jantung hati, bunga mawar, tengkorak, nama-nama wanita, tulisan-tulisan, huruf-huruf besar… Sawitri selalu memperhatikan tato karena Pamuji juga bertato. Ia pernah menato namanya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di dada bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari gambar jantung hati tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan waktu dua hari untuk mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri yang bertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di bawah mawar itu ada tulisan Nungki. Menurut Pamuji, itulah kekasihnya yang pertama. Lantas ada lukisan wanita telanjang. Di dada wanita telanjang itu ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, ia pernah jatuh cinta pada Asih, tapi tidak kesampaian. Sawitri mengenal Asih. Mereka dulu sama-sama melacur di Mangga Besar. Karena Asih itulah maka Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang telah berlalu! Maka hujan pun turun seperti sebuah mimpi buruk. Semenjak tahun-tahun terakhir ini, semenjak mayat-mayat bertato bergelimpangan di segala sudut, hidup bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri. Semenjak itulah Pamuji menghilang tak tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat itu bergelimpangan hampir setiap saat. Pagi siang sore malam mayat-mayat menggeletak di sudut-sudut pasar, terapung di kali, terbenam di got, atau terkapar di jalan tol. Setiap hari koran-koran memuat potret mayat-mayat bertato dengan luka tembakan di tengkuk, di jidat, di jantung, atau di antara kedua mata. Kadang-kadang bahkan mayat bertato itu dilemparkan pada siang hari bolong di jalan raya dari dalam sebuah mobil yang segera menghilang. Mayat-mayat itu jatuh di tengah keramaian menggemparkan orang banyak. Orang-orang mengerumuni mayat itu sambil berteriak-teriak sehingga jalanan jadi macet. Sawitri melihat dengan mata kepala sendiri ketia sedang berbelanja pada suatu siang. Ia melihat debu mengepul setelah mayat itu terbanting. Debu mengepul dan membuatnya sesak napas. Pamuji o Pamuji, di manakah kamu? Potret mayat-mayat itu kemudian menghilang dari koran-koran. Tapi mayat-mayat bertato itu masih bermunculan dengan ciri yang sama. Tangan dan kaki mereka terikat. Mereka tertembak di tempat yang mematikan, namun masih ada lubang-lubang peluru lain di tempat yang tidak mematikan. Kalau mereka menembak di tempat yang tidak mematikan itu lebih dulu, rasanya pasti sakit sekali, batin Sawitri. Apalagi dengan kaki tangan terikat seperti itu. Apakah Pamuji telah menggeletak di suatu tempat seperti mayat-mayat di mulut gang? Sawitri pernah menerima surat dari Pamuji tanpa alamat pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetulnya yakin Pamuji tak akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau para penembak itu memberi kesempatan pada Pamuji untuk melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu, Pamuji juga sangat pandai berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan selesai selalu ada mayat tergeletak di ujung gang itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak akan mengalami nasib yang sama? Itulah sebabnya Sawitri selalu gemetar setiap kali bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Setiap kali hujan selesai, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka selalu menatap ke arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri akan membuka jendela lantas menengok ke kanan… “Apakah pada akhir cerita Sawitri akan berjumpa kembali dengan Pamuji?” tanya Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun menjawab: “Aku belum bisa menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985
 

pre- text

WORD

post- text

%
ina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun menjawab:

“aku

belum bisa menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 99 %
ar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya, tahu rasa dia sekarang!”

“anjing!”

“Anjing!” Kadang-kadang mereka juga menendang-nendang mayat 53 %
tahu Sawitri akan membuka jendela lantas menengok ke kanan…

“apakah

pada akhir cerita Sawitri akan berjumpa kembali dengan Pamuj 98 %
Bunyi Hujan di Atas Genting oleh Seno Gumira Ajidarma

“ceritakanlah

padaku tentang ketakutan,” kata Alina pada juru cerita itu. 0 %
belum benar-benar selesai dan anak-anak berteriak hore-hore.

“lihat!

Satu lagi!” “Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya 52 %
lesai dan anak-anak berteriak hore-hore. “Lihat! Satu lagi!”

“mampus!”

“Modar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya, tahu rasa dia sekara 52 %
anak-anak berteriak hore-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mampus!”

“modar!”

“Tahu rasa dia sekarang!” “Ya, tahu rasa dia sekarang!” “Anj 52 %
berteriak hore-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mampus!” “Modar!”

“tahu

rasa dia sekarang!” “Ya, tahu rasa dia sekarang!” “Anjing!” 52 %
a sering kali pedas karena menatap lubang jarum dalam cahaya

15

watt. Kalau matanya menjadi pedas dan berair ia menutup mata 10 %
isa menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta,

15

Juli 1985 100 %
awab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli

1985

  100 %
ang. Ia pun segera bisa merasa, apakah nyawa orang itu masih

ada

di tubuhnya, atau baru saja pergi, atau sudah lama melayang, 39 %
li kawat. Kadang-kadang kakinya memang tidak terikat. Bahkan

ada

juga yang tidak terikat sama sekali. Namun mayat-mayat yang 63 %
ng bertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirinya

ada

lukisan mawar yang bagus. Di bawah mawar itu ada tulisan Nun 76 %
gan kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di bawah mawar itu

ada

tulisan Nungki. Menurut Pamuji, itulah kekasihnya yang perta 76 %
ngki. Menurut Pamuji, itulah kekasihnya yang pertama. Lantas

ada

lukisan wanita telanjang. Di dada wanita telanjang itu ada t 77 %
s ada lukisan wanita telanjang. Di dada wanita telanjang itu

ada

tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, ia pernah jatuh cinta pad 77 %
ikat. Mereka tertembak di tempat yang mematikan, namun masih

ada

lubang-lubang peluru lain di tempat yang tidak mematikan. Ka 90 %
andai berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan selesai selalu

ada

mayat tergeletak di ujung gang itu, siapa bisa menjamin Pamu 95 %
ekali-sekalinya ia membuka kain penutup wajah, yang ia lihat

adalah

wajah menyeringai dengan mata terbeliak dan giginya meringis 24 %
ngkuk sampai perutnya menekan bibir jendela dan tempias sisa

air

hujan menitik-nitik di rambutnya dan juga di sebagian wajahn 15 %
erdegup-degup keras setiap kali hujan selesai dan bunyi sisa

air

hujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saj 16 %
esai, maka Sawitri melihat mulut yang menganga itu kemasukan

air

hujan. Sawitri merasa tetangga-tetangganya sudah terbiasa de 47 %
Bunyi Hujan di Atas Genting oleh Seno Gumira

ajidarma

“Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,” kata Alina pada jur 0 %
ukan bangunan yang kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran, dan

akan

remuk jika tertimpa pohon yang tidak usah terlalu besar. Mun 7 %
in melihat mayat itu dengan jelas. Kalau tidak, pandangannya

akan

terhalang daun jendela. Ia harus membungkuk sampai perutnya 14 %
fana namun Sawitri selalu terbangun ketika hujan reda dan ia

akan

langsung membuka jendela lantas menengok ke kanan sambil mem 19 %
ia itu tergeletak betul-betul seperti bangkai. Sawitri hanya

akan

melihatnya sepintas, tapi cukup jelas untuk mengingat bagaim 28 %
upnya kembali setelah melihat sesosok mayat bertato. Sawitri

akan

menarik napas panjang bila ternyata mayat itu bukan Pamuji. 57 %
m, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetulnya yakin Pamuji tak

akan

tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau para penembak it 93 %
rgeletak di ujung gang itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak

akan

mengalami nasib yang sama? Itulah sebabnya Sawitri selalu ge 96 %
eka selalu menatap ke arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri

akan

membuka jendela lantas menengok ke kanan… “Apakah pada akhir 98 %
lantas menengok ke kanan… “Apakah pada akhir cerita Sawitri

akan

berjumpa kembali dengan Pamuji?” tanya Alina pada juru cerit 98 %
setiap kali hujan selesai dan bunyi sisa air hujang seperti

akhir

sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja membuka jendela itu 16 %
awitri juga sering merasa bahwa ia menatap mereka tepat pada

akhir

hidupnya. Mata itu masih hidup ketika bertemu dengan mata Sa 36 %
mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa mata itu pada

akhir

pandangannya begitu banyak bercerita. Begitu sering Sawitri 37 %
akan membuka jendela lantas menengok ke kanan… “Apakah pada

akhir

cerita Sawitri akan berjumpa kembali dengan Pamuji?” tanya A 98 %
mulut gang? Sawitri pernah menerima surat dari Pamuji tanpa

alamat

pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetulnya yakin Pam 93 %
umira Ajidarma “Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,” kata

alina

pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun bercerita ten 1 %
r cerita Sawitri akan berjumpa kembali dengan Pamuji?” tanya

alina

pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun menjawab: “Ak 99 %
u meskipun kadang-kadang hujan belum benar-benar selesai dan

anak-anak

berteriak hore-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mampus!” “Modar!” 52 %
pun selalu menyempatkan diri ke luar rumah dan menyeruak di

antara

kerumunan itu sampai ia melihat mayat. Ia tidak selalu berha 21 %
an. Namun sebetulnya Sawitri cukup jarang ikut berkerumun di

antara

tetangganya. Sawitri hampir selalu menjadi orang pertama yan 26 %
Pamuji juga bertato seperti mayat-mayat itu dan bukankah di

antara

mayat-mayat yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan 58 %
ngan luka tembakan di tengkuk, di jidat, di jantung, atau di

antara

kedua mata. Kadang-kadang bahkan mayat bertato itu dilempark 84 %
m rumahnya yang terletak di sudut gang itu Sawitri mendengar

apa

saja yang mereka percakapkan. Mereka berteriak-teriak sambil 50 %
ujan reda pada malam hari. Mungkin ia memang tidak mendengar

apa-apa

karena bunyi hujan yang masih deras. Hujan yang deras, kau t 6 %
dak usah terlalu besar. Mungkin pula Sawitri tidak mendengar

apa-apa

karena ia mengantuk dan kadang-kadang tertidur. Mungkin kare 8 %
cukup lega kalau sudah melihat sebagian saja dari mayat itu,

apakah

kakinya, tangannya atau paling sedikit tatonya. Sawitri pern 23 %
dengan sosok-sosok bertato itu, sehingga ia merasa mengerti

apakah

orang itu masih hidup atau sudah mati, hanya dengan sekilas 38 %
ti, hanya dengan sekilas pandang. Ia pun segera bisa merasa,

apakah

nyawa orang itu masih ada di tubuhnya, atau baru saja pergi, 39 %
mereka juga menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan.

apakah

mereka menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan hanya 66 %
tin Sawitri. Apalagi dengan kaki tangan terikat seperti itu.

apakah

Pamuji telah menggeletak di suatu tempat seperti mayat-mayat 92 %
as. Hujan yang deras, kau tahu, sering kali bisa mengerikan.

apalagi

kalau rumah kita bukan bangunan yang kokoh, banyak bocor, bi 7 %
n itu lebih dulu, rasanya pasti sakit sekali, batin Sawitri.

apalagi

dengan kaki tangan terikat seperti itu. Apakah Pamuji telah 91 %
u tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka selalu menatap ke

arah

Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri akan membuka jendela lanta 97 %
yeret dengan memegang kakinya. Sawitri tak pernah ikut dalam

arak-arakan

yang bersorak-sorai gembira itu. Ia cukup membuka jendela se 55 %
Asih. Mereka dulu sama-sama melacur di Mangga Besar. Karena

asih

itulah maka Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa 79 %
Bunyi Hujan di

atas

Genting oleh Seno Gumira Ajidarma “Ceritakanlah padaku tenta 0 %
a gemetar setiap kali mendengar bunyi hujan mulai menitik di

atas

genting. Rumahnya memang terletak di sudut mulut gang itu. P 3 %
itri selalu gemetar setiap kali bunyi hujan mulai menitik di

atas

genting. Setiap kali hujan selesai, di mulut gang itu tergel 97 %
ihat sebagian saja dari mayat itu, apakah kakinya, tangannya

atau

paling sedikit tatonya. Sawitri pernah membuka kain penutup 23 %
ri punya kesan mayat bertato itu seperti orang tidur nyenyak

atau

orang tersenyum. Orang-orang bertato itu tidur nyenyak dan t 31 %
tu, sehingga ia merasa mengerti apakah orang itu masih hidup

atau

sudah mati, hanya dengan sekilas pandang. Ia pun segera bisa 38 %
a bisa merasa, apakah nyawa orang itu masih ada di tubuhnya,

atau

baru saja pergi, atau sudah lama melayang, entah ke surga at 39 %
nyawa orang itu masih ada di tubuhnya, atau baru saja pergi,

atau

sudah lama melayang, entah ke surga atau ke neraka. Sawitri 40 %
au baru saja pergi, atau sudah lama melayang, entah ke surga

atau

ke neraka. Sawitri seolah-olah merasa melihat begitu banyak 40 %
emen juga berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai ke depan

atau

ke belakang seperti dipaksakan oleh takdir itu sendiri. Sese 45 %
ir itu sendiri. Sesekali kepala itu menelungkup mencium bumi

atau

tengadah ke langit dengan mata terbelalak dan mulut terngang 46 %
tak di sudut-sudut pasar, terapung di kali, terbenam di got,

atau

terkapar di jalan tol. Setiap hari koran-koran memuat potret 83 %
rtato dengan luka tembakan di tengkuk, di jidat, di jantung,

atau

di antara kedua mata. Kadang-kadang bahkan mayat bertato itu 84 %
lam buaian gerimis yang di mata Sawitri kadang-kadang tampak

bagaikan

layar pada sebuah panggung sandiwara. Cahaya lampu merkuri y 32 %
ak mayat-mayat bertato bergelimpangan di segala sudut, hidup

bagaikan

mimpi buruk bagi Sawitri. Semenjak itulah Pamuji menghilang 81 %
a akan melihatnya sepintas, tapi cukup jelas untuk mengingat

bagaimana

darah membercak pada semen yang basah dan sosok itu pun sege 29 %
o bergelimpangan di segala sudut, hidup bagaikan mimpi buruk

bagi

Sawitri. Semenjak itulah Pamuji menghilang tak tentu rimbany 81 %
ngan tali kawat. Kadang-kadang kakinya memang tidak terikat.

bahkan

ada juga yang tidak terikat sama sekali. Namun mayat-mayat y 63 %
jidat, di jantung, atau di antara kedua mata. Kadang-kadang

bahkan

mayat bertato itu dilemparkan pada siang hari bolong di jala 84 %
membungkuk, setelah hujan mereda. Sawitri juga sering merasa

bahwa

ia menatap mereka tepat pada akhir hidupnya. Mata itu masih 36 %
bali. Sawitri kadang-kadang merasa orang itu ingin berteriak

bahwa

ia tidak mau mati dan masih ingin hidup dan ia punya istri d 42 %
ul… Mayat-mayat itu menggeletak di sana, betul-betul seperti

bangkai

tikus yang dibuang di tengah jalan. Sawitri merasa nasib mer 60 %
sering kali bisa mengerikan. Apalagi kalau rumah kita bukan

bangunan

yang kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran, dan akan remuk ji 7 %
gerikan. Apalagi kalau rumah kita bukan bangunan yang kokoh,

banyak

bocor, bisa kebanjiran, dan akan remuk jika tertimpa pohon y 7 %
bisa merasa, betapa mata itu pada akhir pandangannya begitu

banyak

bercerita. Begitu sering Sawitri bertatapan dengan sosok-sos 37 %
ga atau ke neraka. Sawitri seolah-olah merasa melihat begitu

banyak

cerita pada mata itu namun ia merasa begitu sulit menceritak 40 %
ali. Namun mayat-mayat yang tidak terikat itu biasanya lebih

banyak

lubang pelurunya. Lubang-lubang peluru membentuk sebuah gari 63 %
a merasa, apakah nyawa orang itu masih ada di tubuhnya, atau

baru

saja pergi, atau sudah lama melayang, entah ke surga atau ke 39 %
as untuk mengingat bagaimana darah membercak pada semen yang

basah

dan sosok itu pun segera jadi basah dan rambut dan brewok da 29 %
embercak pada semen yang basah dan sosok itu pun segera jadi

basah

dan rambut dan brewok dan celana kolor orang itu juga basah. 30 %
r. Tapi tubuh-tubuh bertato yang tegap itu tetap saja basah.

basah

oleh darah dan hujan dan kerjap halilintar membuat darah dan 44 %
dan hujan dan kerjap halilintar membuat darah dan tubuh yang

basah

itu berkilat dan darah dan basah hujan pada semen juga berki 44 %
embuat darah dan tubuh yang basah itu berkilat dan darah dan

basah

hujan pada semen juga berkilat. Kepala orang-orang itu terku 44 %
tidak mematikan itu lebih dulu, rasanya pasti sakit sekali,

batin

Sawitri. Apalagi dengan kaki tangan terikat seperti itu. Apa 91 %
alu ingat di lengan kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di

bawah

mawar itu ada tulisan Nungki. Menurut Pamuji, itulah kekasih 76 %
Sawitri bisa merasa, betapa mata itu pada akhir pandangannya

begitu

banyak bercerita. Begitu sering Sawitri bertatapan dengan so 37 %
pa mata itu pada akhir pandangannya begitu banyak bercerita.

begitu

sering Sawitri bertatapan dengan sosok-sosok bertato itu, se 37 %
ke surga atau ke neraka. Sawitri seolah-olah merasa melihat

begitu

banyak cerita pada mata itu namun ia merasa begitu sulit men 40 %
a melihat begitu banyak cerita pada mata itu namun ia merasa

begitu

sulit menceritakannya kembali. Sawitri kadang-kadang merasa 41 %
-orang yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda.

begitulah

caranya Sawitri mengenali Kandang Jinongkeng. Wajahnya terte 69 %
a berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai ke depan atau ke

belakang

seperti dipaksakan oleh takdir itu sendiri. Sesekali kepala 45 %
g pertama yang melihat mayat-mayat bertato itu. Ketika hujan

belum

benar-benar selesai sehingga tampak seperti tabir yang berki 27 %
t dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Dan bila hujan

belum

betul-betul selesai, maka Sawitri melihat mulut yang mengang 47 %
umuni mayat yang tergeletak itu meskipun kadang-kadang hujan

belum

benar-benar selesai dan anak-anak berteriak hore-hore. “Liha 51 %
enembak itu memberi kesempatan pada Pamuji untuk melawan, ia

belum

tentu kalah. Sawitri tahu, Pamuji juga sangat pandai berkela 94 %
ada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun menjawab: “Aku

belum

bisa menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 99 %
un menjawab: “Aku belum bisa menjawab Alina, ceritanya masih

belum

selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 100 %
ama yang melihat mayat-mayat bertato itu. Ketika hujan belum

benar-benar

selesai sehingga tampak seperti tabir yang berkilat dalam ca 27 %
mayat yang tergeletak itu meskipun kadang-kadang hujan belum

benar-benar

selesai dan anak-anak berteriak hore-hore. “Lihat! Satu lagi 51 %
jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi pedas dan

berair

ia menutup matanya sejenak. Saat menutup matanya sejenak itu 10 %
cet. Sawitri melihat dengan mata kepala sendiri ketia sedang

berbelanja

pada suatu siang. Ia melihat debu mengepul setelah mayat itu 87 %
,” kata Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun

bercerita

tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pada mulut gang i 1 %
di sebagian wajahnya. Dadanya selalu berdesir dan jantungnya

berdegup-degup

keras setiap kali hujan selesai dan bunyi sisa air hujang se 16 %
k di rambutnya dan juga di sebagian wajahnya. Dadanya selalu

berdesir

dan jantungnya berdegup-degup keras setiap kali hujan selesa 15 %
enjak tahun-tahun terakhir ini, semenjak mayat-mayat bertato

bergelimpangan

di segala sudut, hidup bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri. Se 80 %
h Pamuji menghilang tak tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat itu

bergelimpangan

hampir setiap saat. Pagi siang sore malam mayat-mayat mengge 81 %
ayat bertato itu. Malahan ia merasa tetangga-tetangganya itu

bergembira

setiap kali melihat mayat bertato tergeletak di mulut gang s 48 %
ntara kerumunan itu sampai ia melihat mayat. Ia tidak selalu

berhasil

melihat wajahnya karena kadang-kadang mayat itu sudah terlan 21 %
as menengok ke kanan… “Apakah pada akhir cerita Sawitri akan

berjumpa

kembali dengan Pamuji?” tanya Alina pada juru cerita itu. Ma 98 %
ama melacur di Mangga Besar. Karena Asih itulah maka Sawitri

berkenalan

dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang telah berlalu! Maka hujan 79 %
yang menyeramkan. Namun sebetulnya Sawitri cukup jarang ikut

berkerumun

di antara tetangganya. Sawitri hampir selalu menjadi orang p 26 %
belum benar-benar selesai sehingga tampak seperti tabir yang

berkilat

dalam cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Sosok tub 27 %
dan kerjap halilintar membuat darah dan tubuh yang basah itu

berkilat

dan darah dan basah hujan pada semen juga berkilat. Kepala o 44 %
a Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang telah

berlalu!

Maka hujan pun turun seperti sebuah mimpi buruk. Semenjak ta 79 %
epanjang jalan ke kelurahan sehingga wajah orang bertato itu

berlepotan

dengan lumpur karena orang-orang kampung menyeret dengan mem 54 %
ghilang dari koran-koran. Tapi mayat-mayat bertato itu masih

bermunculan

dengan ciri yang sama. Tangan dan kaki mereka terikat. Merek 89 %
gang kakinya. Sawitri tak pernah ikut dalam arak-arakan yang

bersorak-sorai

gembira itu. Ia cukup membuka jendela setiap kali hujan reda 55 %
pandangannya begitu banyak bercerita. Begitu sering Sawitri

bertatapan

dengan sosok-sosok bertato itu, sehingga ia merasa mengerti 38 %
jarang pula ia tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat

bertato

tetap saja menggeletak di mulut gang setiap kali hujan reda 5 %
ut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Untuk melihat mayat

bertato

itu, Sawitri cukup membuka jendela samping rumahnya dan mene 13 %
merasa takut, tapi ia selalu ingin menatap wajah mayat-mayat

bertato

itu. Jika mayat itu sudah terlanjur dikerumuni para tetangga 20 %
hampir selalu menjadi orang pertama yang melihat mayat-mayat

bertato

itu. Ketika hujan belum benar-benar selesai sehingga tampak 27 %
na kolor orang itu juga basah. Tidak semua wajah mayat-mayat

bertato

itu mengerikan. Kadang-kadang Sawitri punya kesan mayat bert 30 %
tato itu mengerikan. Kadang-kadang Sawitri punya kesan mayat

bertato

itu seperti orang tidur nyenyak atau orang tersenyum. Orang- 31 %
eperti orang tidur nyenyak atau orang tersenyum. Orang-orang

bertato

itu tidur nyenyak dan tersenyum dalam buaian gerimis yang di 31 %
na merah melainkan hitam. Darah itulah yang membedakan mayat

bertato

itu dengan orang tidur. Kadang-kadang mata mayat bertato itu 34 %
yat bertato itu dengan orang tidur. Kadang-kadang mata mayat

bertato

itu menatap tepat pada Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan s 35 %
rcerita. Begitu sering Sawitri bertatapan dengan sosok-sosok

bertato

itu, sehingga ia merasa mengerti apakah orang itu masih hidu 38 %
ta yang menuntut. Mata yang menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh

bertato

yang tegap itu tetap saja basah. Basah oleh darah dan hujan 43 %
erasa tetangga-tetangganya sudah terbiasa dengan mayat-mayat

bertato

itu. Malahan ia merasa tetangga-tetangganya itu bergembira s 48 %
etangga-tetangganya itu bergembira setiap kali melihat mayat

bertato

tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda dan mayat it 49 %
seret saja sepanjang jalan ke kelurahan sehingga wajah orang

bertato

itu berlepotan dengan lumpur karena orang-orang kampung meny 54 %
g bila ternyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuji juga

bertato

seperti mayat-mayat itu dan bukankah di antara mayat-mayat y 57 %
t kawan-kawan Pamuji? Sesekali Sawitri mengenali mayat-mayat

bertato

itu, Kandang Jinongkeng, Pentung Pinanggul… Mayat-mayat itu 59 %
indah itu rusak. Sawitri kadang-kadang merasa penembak orang

bertato

itu memang sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa 65 %
yang tidak mematikan hanya karena ingin membuat orang-orang

bertato

itu kesakitan? Di tempat-tempat yang tidak mematikan itu kad 67 %
lit Pamuji dengan jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri yang

bertato

di dada Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirinya ada lukisa 75 %
ruk. Semenjak tahun-tahun terakhir ini, semenjak mayat-mayat

bertato

bergelimpangan di segala sudut, hidup bagaikan mimpi buruk b 80 %
jalan tol. Setiap hari koran-koran memuat potret mayat-mayat

bertato

dengan luka tembakan di tengkuk, di jidat, di jantung, atau 83 %
ntung, atau di antara kedua mata. Kadang-kadang bahkan mayat

bertato

itu dilemparkan pada siang hari bolong di jalan raya dari da 84 %
t itu kemudian menghilang dari koran-koran. Tapi mayat-mayat

bertato

itu masih bermunculan dengan ciri yang sama. Tangan dan kaki 89 %
ereka tepat pada akhir hidupnya. Mata itu masih hidup ketika

bertemu

dengan mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa mata it 37 %
kannya kembali. Sawitri kadang-kadang merasa orang itu ingin

berteriak

bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin hidup dan ia punya i 41 %
kadang-kadang hujan belum benar-benar selesai dan anak-anak

berteriak

hore-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa 52 %
u Sawitri mendengar apa saja yang mereka percakapkan. Mereka

berteriak-teriak

sambil mengerumuni mayat yang tergeletak itu meskipun kadang 51 %
arkan orang banyak. Orang-orang mengerumuni mayat itu sambil

berteriak-teriak

sehingga jalanan jadi macet. Sawitri melihat dengan mata kep 86 %
g membuat warna darah pada dada dan punggung orang itu tidak

berwarna

merah melainkan hitam. Darah itulah yang membedakan mayat be 34 %
r, tengkorak, nama-nama wanita, tulisan-tulisan, huruf-huruf

besar…

Sawitri selalu memperhatikan tato karena Pamuji juga bertato 72 %
ketika bertemu dengan mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa,

betapa

mata itu pada akhir pandangannya begitu banyak bercerita. Be 37 %
i yang kekuning-kuningan. Sosok tubuh manusia itu tergeletak

betul-betul

seperti bangkai. Sawitri hanya akan melihatnya sepintas, tap 28 %
an mata terbelalak dan mulut ternganga. Dan bila hujan belum

betul-betul

selesai, maka Sawitri melihat mulut yang menganga itu kemasu 47 %
eng, Pentung Pinanggul… Mayat-mayat itu menggeletak di sana,

betul-betul

seperti bangkai tikus yang dibuang di tengah jalan. Sawitri 60 %
erikat sama sekali. Namun mayat-mayat yang tidak terikat itu

biasanya

lebih banyak lubang pelurunya. Lubang-lubang peluru membentu 63 %
ng daun jendela. Ia harus membungkuk sampai perutnya menekan

bibir

jendela dan tempias sisa air hujan menitik-nitik di rambutny 15 %
ah menato namanya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di dada

bidang

lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari gambar jan 74 %
bil membungkuk untuk melihat mayat itu. Meskipun ia tertidur

bila

hujan turun tengah malam dan iramanya mengajak orang melupak 18 %
ah ke langit dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Dan

bila

hujan belum betul-betul selesai, maka Sawitri melihat mulut 46 %
at sesosok mayat bertato. Sawitri akan menarik napas panjang

bila

ternyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertat 57 %
i tengah jalan. Sawitri merasa nasib mereka lebih buruk dari

binatang

yang disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak di sana dengan t 61 %
k di sudut mulut gang itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia

bisa

mendengar bunyi semacam letupan dan bunyi mesin kendaraan ya 4 %
an yang masih deras. Hujan yang deras, kau tahu, sering kali

bisa

mengerikan. Apalagi kalau rumah kita bukan bangunan yang kok 6 %
gi kalau rumah kita bukan bangunan yang kokoh, banyak bocor,

bisa

kebanjiran, dan akan remuk jika tertimpa pohon yang tidak us 7 %
masih hidup ketika bertemu dengan mata Sawitri. Dan Sawitri

bisa

merasa, betapa mata itu pada akhir pandangannya begitu banya 37 %
atau sudah mati, hanya dengan sekilas pandang. Ia pun segera

bisa

merasa, apakah nyawa orang itu masih ada di tubuhnya, atau b 39 %
tato itu memang sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya mereka

bisa

menembak hanya di tempat yang mematikan saja, tapi mereka ju 65 %
ulisan SAYANG MAMA, dan gambar salib di lengan kiri. Sawitri

bisa

mengingat dengan jelas lukisan-lukisan pada mayat-mayat itu. 71 %
selesai selalu ada mayat tergeletak di ujung gang itu, siapa

bisa

menjamin Pamuji tidak akan mengalami nasib yang sama? Itulah 95 %
ru cerita itu. Maka juru cerita itu pun menjawab: “Aku belum

bisa

menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 99 %
-kadang bahkan mayat bertato itu dilemparkan pada siang hari

bolong

di jalan raya dari dalam sebuah mobil yang segera menghilang 84 %
ang basah dan sosok itu pun segera jadi basah dan rambut dan

brewok

dan celana kolor orang itu juga basah. Tidak semua wajah may 30 %
m. Orang-orang bertato itu tidur nyenyak dan tersenyum dalam

buaian

gerimis yang di mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan l 32 %
tahu, sering kali bisa mengerikan. Apalagi kalau rumah kita

bukan

bangunan yang kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran, dan akan 7 %
. Sawitri akan menarik napas panjang bila ternyata mayat itu

bukan

Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertato seperti mayat-mayat itu 57 %
a hari untuk mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum. Namun

bukan

hanya nama Sawitri yang bertato di dada Pamuji. Ia selalu in 75 %
menarik napas panjang bila ternyata mayat itu bukan Pamuji.

bukankah

Pamuji juga bertato seperti mayat-mayat itu dan bukankah di 57 %
ji. Bukankah Pamuji juga bertato seperti mayat-mayat itu dan

bukankah

di antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut gang setiap k 58 %
takdir itu sendiri. Sesekali kepala itu menelungkup mencium

bumi

atau tengadah ke langit dengan mata terbelalak dan mulut ter 46 %
lukisan-lukisan pada mayat-mayat itu. Jangkar, jantung hati,

bunga

mawar, tengkorak, nama-nama wanita, tulisan-tulisan, huruf-h 72 %
 

bunyi

Hujan di Atas Genting oleh Seno Gumira Ajidarma “Ceritakanl 0 %
sebabnya Sawitri selalu merasa gemetar setiap kali mendengar

bunyi

hujan mulai menitik di atas genting. Rumahnya memang terleta 3 %
t gang itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia bisa mendengar

bunyi

semacam letupan dan bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namu 4 %
i, kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi semacam letupan dan

bunyi

mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang pula ia tak m 4 %
malam hari. Mungkin ia memang tidak mendengar apa-apa karena

bunyi

hujan yang masih deras. Hujan yang deras, kau tahu, sering k 6 %
antungnya berdegup-degup keras setiap kali hujan selesai dan

bunyi

sisa air hujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri 16 %
ang sama? Itulah sebabnya Sawitri selalu gemetar setiap kali

bunyi

hujan mulai menitik di atas genting. Setiap kali hujan seles 96 %
g dibuang di tengah jalan. Sawitri merasa nasib mereka lebih

buruk

dari binatang yang disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak di 61 %
bertato bergelimpangan di segala sudut, hidup bagaikan mimpi

buruk

bagi Sawitri. Semenjak itulah Pamuji menghilang tak tentu ri 81 %
Matanya sering kali pedas karena menatap lubang jarum dalam

cahaya

15 watt. Kalau matanya menjadi pedas dan berair ia menutup m 10 %
ar selesai sehingga tampak seperti tabir yang berkilat dalam

cahaya

lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Sosok tubuh manusia it 27 %
kadang tampak bagaikan layar pada sebuah panggung sandiwara.

cahaya

lampu merkuri yang pucat kekuning-kuningan kadang-kadang mem 33 %
di mulut gang setiap kali hujan reda dan mayat itu disemprot

cahaya

lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya ya 49 %
i mengenali Kandang Jinongkeng. Wajahnya tertelungkup, namun

cahaya

lampu merkuri cukup terang untuk membuat Sawitri mengenali t 70 %
g tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda. Begitulah

caranya

Sawitri mengenali Kandang Jinongkeng. Wajahnya tertelungkup, 69 %
an sosok itu pun segera jadi basah dan rambut dan brewok dan

celana

kolor orang itu juga basah. Tidak semua wajah mayat-mayat be 30 %
Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,” kata Alina pada juru

cerita

itu. Maka juru cerita itu pun bercerita tentang Sawitri: Set 1 %
ntang ketakutan,” kata Alina pada juru cerita itu. Maka juru

cerita

itu pun bercerita tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, 1 %
ke neraka. Sawitri seolah-olah merasa melihat begitu banyak

cerita

pada mata itu namun ia merasa begitu sulit menceritakannya k 40 %
membuka jendela lantas menengok ke kanan… “Apakah pada akhir

cerita

Sawitri akan berjumpa kembali dengan Pamuji?” tanya Alina pa 98 %
akan berjumpa kembali dengan Pamuji?” tanya Alina pada juru

cerita

itu. Maka juru cerita itu pun menjawab: “Aku belum bisa menj 99 %
dengan Pamuji?” tanya Alina pada juru cerita itu. Maka juru

cerita

itu pun menjawab: “Aku belum bisa menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 99 %
uru cerita itu pun menjawab: “Aku belum bisa menjawab Alina,

ceritanya

masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 100 %
g itu ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, ia pernah jatuh

cinta

pada Asih, tapi tidak kesampaian. Sawitri mengenal Asih. Mer 78 %
koran. Tapi mayat-mayat bertato itu masih bermunculan dengan

ciri

yang sama. Tangan dan kaki mereka terikat. Mereka tertembak 89 %
klah mayat bertato. Untuk melihat mayat bertato itu, Sawitri

cukup

membuka jendela samping rumahnya dan menengok ke kanan. Ia h 13 %
-kadang mayat itu sudah terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri

cukup

lega kalau sudah melihat sebagian saja dari mayat itu, apaka 22 %
dup. Sebuah wajah yang menyeramkan. Namun sebetulnya Sawitri

cukup

jarang ikut berkerumun di antara tetangganya. Sawitri hampir 26 %
eperti bangkai. Sawitri hanya akan melihatnya sepintas, tapi

cukup

jelas untuk mengingat bagaimana darah membercak pada semen y 29 %
h ikut dalam arak-arakan yang bersorak-sorai gembira itu. Ia

cukup

membuka jendela setiap kali hujan reda dan menengok ke kanan 56 %
inongkeng. Wajahnya tertelungkup, namun cahaya lampu merkuri

cukup

terang untuk membuat Sawitri mengenali tato di punggungnya y 70 %
cat kekuning-kuningan kadang-kadang membuat warna darah pada

dada

dan punggung orang itu tidak berwarna merah melainkan hitam. 33 %
ena Pamuji juga bertato. Ia pernah menato namanya sendiri di

dada

Pamuji. Ia menulis di dada bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulis 73 %
pernah menato namanya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di

dada

bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari gam 73 %
dengan jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri yang bertato di

dada

Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirinya ada lukisan mawar 75 %
sihnya yang pertama. Lantas ada lukisan wanita telanjang. Di

dada

wanita telanjang itu ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, 77 %
an menitik-nitik di rambutnya dan juga di sebagian wajahnya.

dadanya

selalu berdesir dan jantungnya berdegup-degup keras setiap k 15 %
jahit. Matanya sering kali pedas karena menatap lubang jarum

dalam

cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi pedas dan berair ia me 10 %
ar-benar selesai sehingga tampak seperti tabir yang berkilat

dalam

cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Sosok tubuh man 27 %
rsenyum. Orang-orang bertato itu tidur nyenyak dan tersenyum

dalam

buaian gerimis yang di mata Sawitri kadang-kadang tampak bag 32 %
disemprot cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Dari

dalam

rumahnya yang terletak di sudut gang itu Sawitri mendengar a 50 %
ng menyeret dengan memegang kakinya. Sawitri tak pernah ikut

dalam

arak-arakan yang bersorak-sorai gembira itu. Ia cukup membuk 55 %
to itu dilemparkan pada siang hari bolong di jalan raya dari

dalam

sebuah mobil yang segera menghilang. Mayat-mayat itu jatuh d 85 %
hari, kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi semacam letupan

dan

bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang pula ia 4 %
ta bukan bangunan yang kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran,

dan

akan remuk jika tertimpa pohon yang tidak usah terlalu besar 7 %
kin pula Sawitri tidak mendengar apa-apa karena ia mengantuk

dan

kadang-kadang tertidur. Mungkin karena ia menyetel radionya 8 %
bang jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi pedas

dan

berair ia menutup matanya sejenak. Saat menutup matanya seje 10 %
atanya sejenak itu ia mendengarkan sepotong lagu dari radio.

dan

saat ia mendengarkan lagu itu kadang-kadang ia tertidur. Tap 11 %
bertato itu, Sawitri cukup membuka jendela samping rumahnya

dan

menengok ke kanan. Ia harus membungkuk kalau ingin melihat m 13 %
a. Ia harus membungkuk sampai perutnya menekan bibir jendela

dan

tempias sisa air hujan menitik-nitik di rambutnya dan juga d 15 %
endela dan tempias sisa air hujan menitik-nitik di rambutnya

dan

juga di sebagian wajahnya. Dadanya selalu berdesir dan jantu 15 %
utnya dan juga di sebagian wajahnya. Dadanya selalu berdesir

dan

jantungnya berdegup-degup keras setiap kali hujan selesai da 16 %
an jantungnya berdegup-degup keras setiap kali hujan selesai

dan

bunyi sisa air hujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sa 16 %
sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja membuka jendela itu

dan

menengok ke kanan sambil membungkuk untuk melihat mayat itu. 17 %
ayat itu. Meskipun ia tertidur bila hujan turun tengah malam

dan

iramanya mengajak orang melupakan dunia fana namun Sawitri s 18 %
dunia fana namun Sawitri selalu terbangun ketika hujan reda

dan

ia akan langsung membuka jendela lantas menengok ke kanan sa 19 %
tetangga, Sawitri pun selalu menyempatkan diri ke luar rumah

dan

menyeruak di antara kerumunan itu sampai ia melihat mayat. I 21 %
yang ia lihat adalah wajah menyeringai dengan mata terbeliak

dan

giginya meringis seperti masih hidup. Sebuah wajah yang meny 25 %
uk mengingat bagaimana darah membercak pada semen yang basah

dan

sosok itu pun segera jadi basah dan rambut dan brewok dan ce 29 %
ak pada semen yang basah dan sosok itu pun segera jadi basah

dan

rambut dan brewok dan celana kolor orang itu juga basah. Tid 30 %
en yang basah dan sosok itu pun segera jadi basah dan rambut

dan

brewok dan celana kolor orang itu juga basah. Tidak semua wa 30 %
ah dan sosok itu pun segera jadi basah dan rambut dan brewok

dan

celana kolor orang itu juga basah. Tidak semua wajah mayat-m 30 %
atau orang tersenyum. Orang-orang bertato itu tidur nyenyak

dan

tersenyum dalam buaian gerimis yang di mata Sawitri kadang-k 32 %
ekuning-kuningan kadang-kadang membuat warna darah pada dada

dan

punggung orang itu tidak berwarna merah melainkan hitam. Dar 33 %
Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan setelah membuka jendela

dan

membungkuk, setelah hujan mereda. Sawitri juga sering merasa 35 %
ya. Mata itu masih hidup ketika bertemu dengan mata Sawitri.

dan

Sawitri bisa merasa, betapa mata itu pada akhir pandangannya 37 %
ang merasa orang itu ingin berteriak bahwa ia tidak mau mati

dan

masih ingin hidup dan ia punya istri dan anak-anak. Kadang-k 42 %
ngin berteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin hidup

dan

ia punya istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga mel 42 %
a ia tidak mau mati dan masih ingin hidup dan ia punya istri

dan

anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga melihat mata yang bert 42 %
uh bertato yang tegap itu tetap saja basah. Basah oleh darah

dan

hujan dan kerjap halilintar membuat darah dan tubuh yang bas 44 %
yang tegap itu tetap saja basah. Basah oleh darah dan hujan

dan

kerjap halilintar membuat darah dan tubuh yang basah itu ber 44 %
sah oleh darah dan hujan dan kerjap halilintar membuat darah

dan

tubuh yang basah itu berkilat dan darah dan basah hujan pada 44 %
p halilintar membuat darah dan tubuh yang basah itu berkilat

dan

darah dan basah hujan pada semen juga berkilat. Kepala orang 44 %
ar membuat darah dan tubuh yang basah itu berkilat dan darah

dan

basah hujan pada semen juga berkilat. Kepala orang-orang itu 44 %
mencium bumi atau tengadah ke langit dengan mata terbelalak

dan

mulut ternganga. Dan bila hujan belum betul-betul selesai, m 46 %
ngadah ke langit dengan mata terbelalak dan mulut ternganga.

dan

bila hujan belum betul-betul selesai, maka Sawitri melihat m 46 %
ayat bertato tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda

dan

mayat itu disemprot cahaya lampu merkuri yang kekuning-kunin 49 %
k itu meskipun kadang-kadang hujan belum benar-benar selesai

dan

anak-anak berteriak hore-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mampus!” 51 %
jing!” Kadang-kadang mereka juga menendang-nendang mayat itu

dan

menginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat itu mereka ser 53 %
gembira itu. Ia cukup membuka jendela setiap kali hujan reda

dan

menengok ke kanan sambil membungkuk lantas menutupnya kembal 56 %
Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertato seperti mayat-mayat itu

dan

bukankah di antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut gang 58 %
disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak di sana dengan tangan

dan

kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu jari t 61 %
nya. Lubang-lubang peluru membentuk sebuah garis di punggung

dan

dada, sehingga lukisan-lukisan tato yang indah itu rusak. Sa 64 %
nya yang sudah berlubang-lubang. Sebuah tulisan SAYANG MAMA,

dan

gambar salib di lengan kiri. Sawitri bisa mengingat dengan j 71 %
at debu mengepul setelah mayat itu terbanting. Debu mengepul

dan

membuatnya sesak napas. Pamuji o Pamuji, di manakah kamu? Po 87 %
bertato itu masih bermunculan dengan ciri yang sama. Tangan

dan

kaki mereka terikat. Mereka tertembak di tempat yang mematik 89 %
lnya yakin Pamuji tak akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik.

dan

kalau para penembak itu memberi kesempatan pada Pamuji untuk 93 %
ihatnya sepintas, tapi cukup jelas untuk mengingat bagaimana

darah

membercak pada semen yang basah dan sosok itu pun segera jad 29 %
uri yang pucat kekuning-kuningan kadang-kadang membuat warna

darah

pada dada dan punggung orang itu tidak berwarna merah melain 33 %
dan punggung orang itu tidak berwarna merah melainkan hitam.

darah

itulah yang membedakan mayat bertato itu dengan orang tidur. 34 %
uh-tubuh bertato yang tegap itu tetap saja basah. Basah oleh

darah

dan hujan dan kerjap halilintar membuat darah dan tubuh yang 44 %
ah. Basah oleh darah dan hujan dan kerjap halilintar membuat

darah

dan tubuh yang basah itu berkilat dan darah dan basah hujan 44 %
lilintar membuat darah dan tubuh yang basah itu berkilat dan

darah

dan basah hujan pada semen juga berkilat. Kepala orang-orang 44 %
at menutup matanya sejenak itu ia mendengarkan sepotong lagu

dari

radio. Dan saat ia mendengarkan lagu itu kadang-kadang ia te 11 %
n. Tapi Sawitri cukup lega kalau sudah melihat sebagian saja

dari

mayat itu, apakah kakinya, tangannya atau paling sedikit tat 23 %
t itu disemprot cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan.

dari

dalam rumahnya yang terletak di sudut gang itu Sawitri mende 50 %
ang di tengah jalan. Sawitri merasa nasib mereka lebih buruk

dari

binatang yang disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak di sana 61 %
bertato itu dilemparkan pada siang hari bolong di jalan raya

dari

dalam sebuah mobil yang segera menghilang. Mayat-mayat itu j 85 %
di manakah kamu? Potret mayat-mayat itu kemudian menghilang

dari

koran-koran. Tapi mayat-mayat bertato itu masih bermunculan 88 %
rti mayat-mayat di mulut gang? Sawitri pernah menerima surat

dari

Pamuji tanpa alamat pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri 92 %
t itu dengan jelas. Kalau tidak, pandangannya akan terhalang

daun

jendela. Ia harus membungkuk sampai perutnya menekan bibir j 14 %
sendiri ketia sedang berbelanja pada suatu siang. Ia melihat

debu

mengepul setelah mayat itu terbanting. Debu mengepul dan mem 87 %
iang. Ia melihat debu mengepul setelah mayat itu terbanting.

debu

mengepul dan membuatnya sesak napas. Pamuji o Pamuji, di man 87 %
ke kanan. Ia harus membungkuk kalau ingin melihat mayat itu

dengan

jelas. Kalau tidak, pandangannya akan terhalang daun jendela 14 %
a kain penutup wajah, yang ia lihat adalah wajah menyeringai

dengan

mata terbeliak dan giginya meringis seperti masih hidup. Seb 25 %
ainkan hitam. Darah itulah yang membedakan mayat bertato itu

dengan

orang tidur. Kadang-kadang mata mayat bertato itu menatap te 34 %
pat pada akhir hidupnya. Mata itu masih hidup ketika bertemu

dengan

mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa mata itu pada 37 %
ya begitu banyak bercerita. Begitu sering Sawitri bertatapan

dengan

sosok-sosok bertato itu, sehingga ia merasa mengerti apakah 38 %
mengerti apakah orang itu masih hidup atau sudah mati, hanya

dengan

sekilas pandang. Ia pun segera bisa merasa, apakah nyawa ora 39 %
kepala itu menelungkup mencium bumi atau tengadah ke langit

dengan

mata terbelalak dan mulut ternganga. Dan bila hujan belum be 46 %
ir hujan. Sawitri merasa tetangga-tetangganya sudah terbiasa

dengan

mayat-mayat bertato itu. Malahan ia merasa tetangga-tetangga 48 %
lan ke kelurahan sehingga wajah orang bertato itu berlepotan

dengan

lumpur karena orang-orang kampung menyeret dengan memegang k 54 %
berlepotan dengan lumpur karena orang-orang kampung menyeret

dengan

memegang kakinya. Sawitri tak pernah ikut dalam arak-arakan 55 %
binatang yang disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak di sana

dengan

tangan dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua 61 %
ng-kadang hanya kedua ibu jari tangannya saja yang disatukan

dengan

tali kawat. Kadang-kadang kakinya memang tidak terikat. Bahk 62 %
AMA, dan gambar salib di lengan kiri. Sawitri bisa mengingat

dengan

jelas lukisan-lukisan pada mayat-mayat itu. Jangkar, jantung 71 %
membutuhkan waktu dua hari untuk mencocok-cocok kulit Pamuji

dengan

jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri yang bertato di dada P 75 %
di Mangga Besar. Karena Asih itulah maka Sawitri berkenalan

dengan

Pamuji. Ah, masa-masa yang telah berlalu! Maka hujan pun tur 79 %
l. Setiap hari koran-koran memuat potret mayat-mayat bertato

dengan

luka tembakan di tengkuk, di jidat, di jantung, atau di anta 83 %
erteriak-teriak sehingga jalanan jadi macet. Sawitri melihat

dengan

mata kepala sendiri ketia sedang berbelanja pada suatu siang 86 %
koran-koran. Tapi mayat-mayat bertato itu masih bermunculan

dengan

ciri yang sama. Tangan dan kaki mereka terikat. Mereka terte 89 %
bih dulu, rasanya pasti sakit sekali, batin Sawitri. Apalagi

dengan

kaki tangan terikat seperti itu. Apakah Pamuji telah menggel 91 %
nan… “Apakah pada akhir cerita Sawitri akan berjumpa kembali

dengan

Pamuji?” tanya Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita 99 %
pada semen juga berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai ke

depan

atau ke belakang seperti dipaksakan oleh takdir itu sendiri. 45 %
Bunyi Hujan

di

Atas Genting oleh Seno Gumira Ajidarma “Ceritakanlah padaku 0 %
rasa gemetar setiap kali mendengar bunyi hujan mulai menitik

di

atas genting. Rumahnya memang terletak di sudut mulut gang i 3 %
ujan mulai menitik di atas genting. Rumahnya memang terletak

di

sudut mulut gang itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia bisa 3 %
a-apa, meskipun sesosok mayat bertato tetap saja menggeletak

di

mulut gang setiap kali hujan reda pada malam hari. Mungkin i 5 %
-kadang ia tertidur. Tapi tetap saja setiap kali hujan reda,

di

mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Untuk melihat ma 12 %
nekan bibir jendela dan tempias sisa air hujan menitik-nitik

di

rambutnya dan juga di sebagian wajahnya. Dadanya selalu berd 15 %
n tempias sisa air hujan menitik-nitik di rambutnya dan juga

di

sebagian wajahnya. Dadanya selalu berdesir dan jantungnya be 15 %
tri pun selalu menyempatkan diri ke luar rumah dan menyeruak

di

antara kerumunan itu sampai ia melihat mayat. Ia tidak selal 21 %
amkan. Namun sebetulnya Sawitri cukup jarang ikut berkerumun

di

antara tetangganya. Sawitri hampir selalu menjadi orang pert 26 %
to itu tidur nyenyak dan tersenyum dalam buaian gerimis yang

di

mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan layar pada sebuah 32 %
Ia pun segera bisa merasa, apakah nyawa orang itu masih ada

di

tubuhnya, atau baru saja pergi, atau sudah lama melayang, en 39 %
itu bergembira setiap kali melihat mayat bertato tergeletak

di

mulut gang setiap kali hujan reda dan mayat itu disemprot ca 49 %
ri yang kekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya yang terletak

di

sudut gang itu Sawitri mendengar apa saja yang mereka percak 50 %
kah Pamuji juga bertato seperti mayat-mayat itu dan bukankah

di

antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut gang setiap kali 58 %
mayat itu dan bukankah di antara mayat-mayat yang tergeletak

di

mulut gang setiap kali hujan reda juga terdapat kawan-kawan 58 %
g Jinongkeng, Pentung Pinanggul… Mayat-mayat itu menggeletak

di

sana, betul-betul seperti bangkai tikus yang dibuang di teng 60 %
etak di sana, betul-betul seperti bangkai tikus yang dibuang

di

tengah jalan. Sawitri merasa nasib mereka lebih buruk dari b 60 %
uk dari binatang yang disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak

di

sana dengan tangan dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang 61 %
ubang pelurunya. Lubang-lubang peluru membentuk sebuah garis

di

punggung dan dada, sehingga lukisan-lukisan tato yang indah 64 %
aja merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa menembak hanya

di

tempat yang mematikan saja, tapi mereka juga menembak di tem 66 %
nya di tempat yang mematikan saja, tapi mereka juga menembak

di

tempat-tempat yang tidak mematikan. Apakah mereka menembak d 66 %
i tempat-tempat yang tidak mematikan. Apakah mereka menembak

di

tempat-tempat yang tidak mematikan hanya karena ingin membua 66 %
anya karena ingin membuat orang-orang bertato itu kesakitan?

di

tempat-tempat yang tidak mematikan itu kadang-kadang terdapa 67 %
ru. Ia selalu memperhatikan tato orang-orang yang tergeletak

di

mulut gang setiap kali hujan reda. Begitulah caranya Sawitri 69 %
pu merkuri cukup terang untuk membuat Sawitri mengenali tato

di

punggungnya yang sudah berlubang-lubang. Sebuah tulisan SAYA 70 %
rlubang-lubang. Sebuah tulisan SAYANG MAMA, dan gambar salib

di

lengan kiri. Sawitri bisa mengingat dengan jelas lukisan-luk 71 %
karena Pamuji juga bertato. Ia pernah menato namanya sendiri

di

dada Pamuji. Ia menulis di dada bidang lelaki itu: SAWITRI. 73 %
Ia pernah menato namanya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis

di

dada bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkar 73 %
ji dengan jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri yang bertato

di

dada Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirinya ada lukisan m 75 %
ya nama Sawitri yang bertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat

di

lengan kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di bawah mawar 76 %
selalu ingat di lengan kirinya ada lukisan mawar yang bagus.

di

bawah mawar itu ada tulisan Nungki. Menurut Pamuji, itulah k 76 %
ekasihnya yang pertama. Lantas ada lukisan wanita telanjang.

di

dada wanita telanjang itu ada tulisan Asih. Menurut Pamuji p 77 %
mpaian. Sawitri mengenal Asih. Mereka dulu sama-sama melacur

di

Mangga Besar. Karena Asih itulah maka Sawitri berkenalan den 78 %
un terakhir ini, semenjak mayat-mayat bertato bergelimpangan

di

segala sudut, hidup bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri. Semen 80 %
r setiap saat. Pagi siang sore malam mayat-mayat menggeletak

di

sudut-sudut pasar, terapung di kali, terbenam di got, atau t 82 %
malam mayat-mayat menggeletak di sudut-sudut pasar, terapung

di

kali, terbenam di got, atau terkapar di jalan tol. Setiap ha 82 %
menggeletak di sudut-sudut pasar, terapung di kali, terbenam

di

got, atau terkapar di jalan tol. Setiap hari koran-koran mem 82 %
udut pasar, terapung di kali, terbenam di got, atau terkapar

di

jalan tol. Setiap hari koran-koran memuat potret mayat-mayat 83 %
koran memuat potret mayat-mayat bertato dengan luka tembakan

di

tengkuk, di jidat, di jantung, atau di antara kedua mata. Ka 83 %
potret mayat-mayat bertato dengan luka tembakan di tengkuk,

di

jidat, di jantung, atau di antara kedua mata. Kadang-kadang 83 %
yat-mayat bertato dengan luka tembakan di tengkuk, di jidat,

di

jantung, atau di antara kedua mata. Kadang-kadang bahkan may 84 %
dengan luka tembakan di tengkuk, di jidat, di jantung, atau

di

antara kedua mata. Kadang-kadang bahkan mayat bertato itu di 84 %
bahkan mayat bertato itu dilemparkan pada siang hari bolong

di

jalan raya dari dalam sebuah mobil yang segera menghilang. M 84 %
m sebuah mobil yang segera menghilang. Mayat-mayat itu jatuh

di

tengah keramaian menggemparkan orang banyak. Orang-orang men 85 %
. Debu mengepul dan membuatnya sesak napas. Pamuji o Pamuji,

di

manakah kamu? Potret mayat-mayat itu kemudian menghilang dar 88 %
yang sama. Tangan dan kaki mereka terikat. Mereka tertembak

di

tempat yang mematikan, namun masih ada lubang-lubang peluru 89 %
at yang mematikan, namun masih ada lubang-lubang peluru lain

di

tempat yang tidak mematikan. Kalau mereka menembak di tempat 90 %
u lain di tempat yang tidak mematikan. Kalau mereka menembak

di

tempat yang tidak mematikan itu lebih dulu, rasanya pasti sa 90 %
tangan terikat seperti itu. Apakah Pamuji telah menggeletak

di

suatu tempat seperti mayat-mayat di mulut gang? Sawitri pern 92 %
Pamuji telah menggeletak di suatu tempat seperti mayat-mayat

di

mulut gang? Sawitri pernah menerima surat dari Pamuji tanpa 92 %
, jika setiap kali hujan selesai selalu ada mayat tergeletak

di

ujung gang itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak akan mengal 95 %
Sawitri selalu gemetar setiap kali bunyi hujan mulai menitik

di

atas genting. Setiap kali hujan selesai, di mulut gang itu t 96 %
an mulai menitik di atas genting. Setiap kali hujan selesai,

di

mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka sela 97 %
hore-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa

dia

sekarang!” “Ya, tahu rasa dia sekarang!” “Anjing!” “Anjing!” 52 %
“Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya, tahu rasa

dia

sekarang!” “Anjing!” “Anjing!” Kadang-kadang mereka juga men 52 %
menggeletak di sana, betul-betul seperti bangkai tikus yang

dibuang

di tengah jalan. Sawitri merasa nasib mereka lebih buruk dar 60 %
ajah mayat-mayat bertato itu. Jika mayat itu sudah terlanjur

dikerumuni

para tetangga, Sawitri pun selalu menyempatkan diri ke luar 20 %
di antara kedua mata. Kadang-kadang bahkan mayat bertato itu

dilemparkan

pada siang hari bolong di jalan raya dari dalam sebuah mobil 84 %
enulis di dada bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih

dilingkari

gambar jantung hati tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhk 74 %
a orang-orang itu terkulai ke depan atau ke belakang seperti

dipaksakan

oleh takdir itu sendiri. Sesekali kepala itu menelungkup men 45 %
ur dikerumuni para tetangga, Sawitri pun selalu menyempatkan

diri

ke luar rumah dan menyeruak di antara kerumunan itu sampai i 21 %
satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu jari tangannya saja yang

disatukan

dengan tali kawat. Kadang-kadang kakinya memang tidak terika 62 %
ergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda dan mayat itu

disemprot

cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Dari dalam ruma 49 %
ihat wajahnya karena kadang-kadang mayat itu sudah terlanjur

ditutup

kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau sudah melihat sebagian s 22 %
antung hati tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan waktu

dua

hari untuk mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum. Namun b 75 %
a Asih, tapi tidak kesampaian. Sawitri mengenal Asih. Mereka

dulu

sama-sama melacur di Mangga Besar. Karena Asih itulah maka S 78 %
witri. Semenjak itulah Pamuji menghilang tak tentu rimbanya.

dulu

mayat-mayat itu bergelimpangan hampir setiap saat. Pagi sian 81 %
jan turun tengah malam dan iramanya mengajak orang melupakan

dunia

fana namun Sawitri selalu terbangun ketika hujan reda dan ia 18 %
di tubuhnya, atau baru saja pergi, atau sudah lama melayang,

entah

ke surga atau ke neraka. Sawitri seolah-olah merasa melihat 40 %
run tengah malam dan iramanya mengajak orang melupakan dunia

fana

namun Sawitri selalu terbangun ketika hujan reda dan ia akan 18 %
empat-tempat yang tidak mematikan itu kadang-kadang terdapat

gambar

tato yang rusak karena lubang peluru. Ia selalu memperhatika 68 %
yang sudah berlubang-lubang. Sebuah tulisan SAYANG MAMA, dan

gambar

salib di lengan kiri. Sawitri bisa mengingat dengan jelas lu 71 %
ada bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari

gambar

jantung hati tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan wakt 74 %
cerita tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pada mulut

gang

itu tergeletaklah mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitri sel 2 %
tik di atas genting. Rumahnya memang terletak di sudut mulut

gang

itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi 3 %
skipun sesosok mayat bertato tetap saja menggeletak di mulut

gang

setiap kali hujan reda pada malam hari. Mungkin ia memang ti 5 %
a tertidur. Tapi tetap saja setiap kali hujan reda, di mulut

gang

itu tergeletaklah mayat bertato. Untuk melihat mayat bertato 12 %
embira setiap kali melihat mayat bertato tergeletak di mulut

gang

setiap kali hujan reda dan mayat itu disemprot cahaya lampu 49 %
ekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya yang terletak di sudut

gang

itu Sawitri mendengar apa saja yang mereka percakapkan. Mere 50 %
dan bukankah di antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut

gang

setiap kali hujan reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Ses 58 %
lalu memperhatikan tato orang-orang yang tergeletak di mulut

gang

setiap kali hujan reda. Begitulah caranya Sawitri mengenali 69 %
tiap kali hujan selesai selalu ada mayat tergeletak di ujung

gang

itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak akan mengalami nasib y 95 %
menitik di atas genting. Setiap kali hujan selesai, di mulut

gang

itu tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka selalu menatap 97 %
cerita tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pada mulut

gang

itu tergeletaklah mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitri sel 2 %
tik di atas genting. Rumahnya memang terletak di sudut mulut

gang

itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi 3 %
skipun sesosok mayat bertato tetap saja menggeletak di mulut

gang

setiap kali hujan reda pada malam hari. Mungkin ia memang ti 5 %
a tertidur. Tapi tetap saja setiap kali hujan reda, di mulut

gang

itu tergeletaklah mayat bertato. Untuk melihat mayat bertato 12 %
embira setiap kali melihat mayat bertato tergeletak di mulut

gang

setiap kali hujan reda dan mayat itu disemprot cahaya lampu 49 %
ekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya yang terletak di sudut

gang

itu Sawitri mendengar apa saja yang mereka percakapkan. Mere 50 %
dan bukankah di antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut

gang

setiap kali hujan reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Ses 58 %
lalu memperhatikan tato orang-orang yang tergeletak di mulut

gang

setiap kali hujan reda. Begitulah caranya Sawitri mengenali 69 %
tiap kali hujan selesai selalu ada mayat tergeletak di ujung

gang

itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak akan mengalami nasib y 95 %
menitik di atas genting. Setiap kali hujan selesai, di mulut

gang

itu tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka selalu menatap 97 %
nyak lubang pelurunya. Lubang-lubang peluru membentuk sebuah

garis

di punggung dan dada, sehingga lukisan-lukisan tato yang ind 64 %
awitri tak pernah ikut dalam arak-arakan yang bersorak-sorai

gembira

itu. Ia cukup membuka jendela setiap kali hujan reda dan men 55 %
etaklah mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitri selalu merasa

gemetar

setiap kali mendengar bunyi hujan mulai menitik di atas gent 2 %
an mengalami nasib yang sama? Itulah sebabnya Sawitri selalu

gemetar

setiap kali bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Setia 96 %
Bunyi Hujan di Atas

genting

oleh Seno Gumira Ajidarma “Ceritakanlah padaku tentang ketak 0 %
g-orang bertato itu tidur nyenyak dan tersenyum dalam buaian

gerimis

yang di mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan layar pad 32 %
ia lihat adalah wajah menyeringai dengan mata terbeliak dan

giginya

meringis seperti masih hidup. Sebuah wajah yang menyeramkan. 25 %
Bunyi Hujan di Atas Genting oleh Seno

gumira

Ajidarma “Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,” kata Alina 0 %
itu tetap saja basah. Basah oleh darah dan hujan dan kerjap

halilintar

membuat darah dan tubuh yang basah itu berkilat dan darah da 44 %
cukup jarang ikut berkerumun di antara tetangganya. Sawitri

hampir

selalu menjadi orang pertama yang melihat mayat-mayat bertat 26 %
lang tak tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat itu bergelimpangan

hampir

setiap saat. Pagi siang sore malam mayat-mayat menggeletak d 82 %
manusia itu tergeletak betul-betul seperti bangkai. Sawitri

hanya

akan melihatnya sepintas, tapi cukup jelas untuk mengingat b 28 %
erasa mengerti apakah orang itu masih hidup atau sudah mati,

hanya

dengan sekilas pandang. Ia pun segera bisa merasa, apakah ny 39 %
sana dengan tangan dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang

hanya

kedua ibu jari tangannya saja yang disatukan dengan tali kaw 62 %
g sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa menembak

hanya

di tempat yang mematikan saja, tapi mereka juga menembak di 65 %
Apakah mereka menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan

hanya

karena ingin membuat orang-orang bertato itu kesakitan? Di t 67 %
untuk mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum. Namun bukan

hanya

nama Sawitri yang bertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat di 75 %
ernah menerima surat dari Pamuji tanpa alamat pengirim, tapi

hanya

satu kali. Sawitri sebetulnya yakin Pamuji tak akan tertangk 93 %
ng hati tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan waktu dua

hari

untuk mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum. Namun bukan 75 %
di kali, terbenam di got, atau terkapar di jalan tol. Setiap

hari

koran-koran memuat potret mayat-mayat bertato dengan luka te 83 %
adang-kadang bahkan mayat bertato itu dilemparkan pada siang

hari

bolong di jalan raya dari dalam sebuah mobil yang segera men 84 %
p membuka jendela samping rumahnya dan menengok ke kanan. Ia

harus

membungkuk kalau ingin melihat mayat itu dengan jelas. Kalau 13 %
s. Kalau tidak, pandangannya akan terhalang daun jendela. Ia

harus

membungkuk sampai perutnya menekan bibir jendela dan tempias 14 %
ki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari gambar jantung

hati

tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan waktu dua hari un 74 %
ia menatap mereka tepat pada akhir hidupnya. Mata itu masih

hidup

ketika bertemu dengan mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, 36 %
tato itu, sehingga ia merasa mengerti apakah orang itu masih

hidup

atau sudah mati, hanya dengan sekilas pandang. Ia pun segera 38 %
itu ingin berteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin

hidup

dan ia punya istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga 42 %
semenjak mayat-mayat bertato bergelimpangan di segala sudut,

hidup

bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri. Semenjak itulah Pamuji me 80 %
Bunyi

hujan

di Atas Genting oleh Seno Gumira Ajidarma “Ceritakanlah pada 0 %
a juru cerita itu pun bercerita tentang Sawitri: Setiap kali

hujan

mereda, pada mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Itu 2 %
ya Sawitri selalu merasa gemetar setiap kali mendengar bunyi

hujan

mulai menitik di atas genting. Rumahnya memang terletak di s 3 %
yat bertato tetap saja menggeletak di mulut gang setiap kali

hujan

reda pada malam hari. Mungkin ia memang tidak mendengar apa- 5 %
hari. Mungkin ia memang tidak mendengar apa-apa karena bunyi

hujan

yang masih deras. Hujan yang deras, kau tahu, sering kali bi 6 %
tidak mendengar apa-apa karena bunyi hujan yang masih deras.

hujan

yang deras, kau tahu, sering kali bisa mengerikan. Apalagi k 6 %
u itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi tetap saja setiap kali

hujan

reda, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Untuk m 12 %
k sampai perutnya menekan bibir jendela dan tempias sisa air

hujan

menitik-nitik di rambutnya dan juga di sebagian wajahnya. Da 15 %
alu berdesir dan jantungnya berdegup-degup keras setiap kali

hujan

selesai dan bunyi sisa air hujang seperti akhir sebuah nyany 16 %
embungkuk untuk melihat mayat itu. Meskipun ia tertidur bila

hujan

turun tengah malam dan iramanya mengajak orang melupakan dun 18 %
g melupakan dunia fana namun Sawitri selalu terbangun ketika

hujan

reda dan ia akan langsung membuka jendela lantas menengok ke 18 %
i orang pertama yang melihat mayat-mayat bertato itu. Ketika

hujan

belum benar-benar selesai sehingga tampak seperti tabir yang 27 %
leh ke kanan setelah membuka jendela dan membungkuk, setelah

hujan

mereda. Sawitri juga sering merasa bahwa ia menatap mereka t 36 %
ertato yang tegap itu tetap saja basah. Basah oleh darah dan

hujan

dan kerjap halilintar membuat darah dan tubuh yang basah itu 44 %
darah dan tubuh yang basah itu berkilat dan darah dan basah

hujan

pada semen juga berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai ke 44 %
langit dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Dan bila

hujan

belum betul-betul selesai, maka Sawitri melihat mulut yang m 47 %
i melihat mayat bertato tergeletak di mulut gang setiap kali

hujan

reda dan mayat itu disemprot cahaya lampu merkuri yang kekun 49 %
mengerumuni mayat yang tergeletak itu meskipun kadang-kadang

hujan

belum benar-benar selesai dan anak-anak berteriak hore-hore. 51 %
orak-sorai gembira itu. Ia cukup membuka jendela setiap kali

hujan

reda dan menengok ke kanan sambil membungkuk lantas menutupn 56 %
antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut gang setiap kali

hujan

reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Sesekali Sawitri meng 58 %
n tato orang-orang yang tergeletak di mulut gang setiap kali

hujan

reda. Begitulah caranya Sawitri mengenali Kandang Jinongkeng 69 %
enalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang telah berlalu! Maka

hujan

pun turun seperti sebuah mimpi buruk. Semenjak tahun-tahun t 79 %
Pamuji juga sangat pandai berkelahi. Tapi, jika setiap kali

hujan

selesai selalu ada mayat tergeletak di ujung gang itu, siapa 95 %
ma? Itulah sebabnya Sawitri selalu gemetar setiap kali bunyi

hujan

mulai menitik di atas genting. Setiap kali hujan selesai, di 96 %
kali bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Setiap kali

hujan

selesai, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Mata 97 %
gup-degup keras setiap kali hujan selesai dan bunyi sisa air

hujang

seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja membu 16 %
, bunga mawar, tengkorak, nama-nama wanita, tulisan-tulisan,

huruf-huruf

besar… Sawitri selalu memperhatikan tato karena Pamuji juga 72 %
etak di sudut mulut gang itu. Pada malam hari, kadang-kadang

ia

bisa mendengar bunyi semacam letupan dan bunyi mesin kendara 4 %
an bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang pula

ia

tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat bertato tetap 4 %
i mulut gang setiap kali hujan reda pada malam hari. Mungkin

ia

memang tidak mendengar apa-apa karena bunyi hujan yang masih 6 %
u besar. Mungkin pula Sawitri tidak mendengar apa-apa karena

ia

mengantuk dan kadang-kadang tertidur. Mungkin karena ia meny 8 %
rena ia mengantuk dan kadang-kadang tertidur. Mungkin karena

ia

menyetel radionya terlalu keras. Ia suka mendengarkan lagu-l 9 %
tertidur. Mungkin karena ia menyetel radionya terlalu keras.

ia

suka mendengarkan lagu-lagu pop Indonesia sambil menjahit. M 9 %
dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi pedas dan berair

ia

menutup matanya sejenak. Saat menutup matanya sejenak itu ia 10 %
ia menutup matanya sejenak. Saat menutup matanya sejenak itu

ia

mendengarkan sepotong lagu dari radio. Dan saat ia mendengar 11 %
jenak itu ia mendengarkan sepotong lagu dari radio. Dan saat

ia

mendengarkan lagu itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi tetap 11 %
dari radio. Dan saat ia mendengarkan lagu itu kadang-kadang

ia

tertidur. Tapi tetap saja setiap kali hujan reda, di mulut g 12 %
ukup membuka jendela samping rumahnya dan menengok ke kanan.

ia

harus membungkuk kalau ingin melihat mayat itu dengan jelas. 13 %
elas. Kalau tidak, pandangannya akan terhalang daun jendela.

ia

harus membungkuk sampai perutnya menekan bibir jendela dan t 14 %
ke kanan sambil membungkuk untuk melihat mayat itu. Meskipun

ia

tertidur bila hujan turun tengah malam dan iramanya mengajak 17 %
ia fana namun Sawitri selalu terbangun ketika hujan reda dan

ia

akan langsung membuka jendela lantas menengok ke kanan sambi 19 %
membuka jendela lantas menengok ke kanan sambil membungkuk.

ia

selalu merasa takut, tapi ia selalu ingin menatap wajah maya 19 %
gok ke kanan sambil membungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi

ia

selalu ingin menatap wajah mayat-mayat bertato itu. Jika may 19 %
i ke luar rumah dan menyeruak di antara kerumunan itu sampai

ia

melihat mayat. Ia tidak selalu berhasil melihat wajahnya kar 21 %
n menyeruak di antara kerumunan itu sampai ia melihat mayat.

ia

tidak selalu berhasil melihat wajahnya karena kadang-kadang 21 %
ernah membuka kain penutup mayat untuk melihat wajahnya tapi

ia

tak ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalinya ia membuka kai 24 %
jahnya tapi ia tak ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalinya

ia

membuka kain penutup wajah, yang ia lihat adalah wajah menye 24 %
a lagi. Sekali-sekalinya ia membuka kain penutup wajah, yang

ia

lihat adalah wajah menyeringai dengan mata terbeliak dan gig 24 %
ng mata mayat bertato itu menatap tepat pada Sawitri, ketika

ia

menoleh ke kanan setelah membuka jendela dan membungkuk, set 35 %
gkuk, setelah hujan mereda. Sawitri juga sering merasa bahwa

ia

menatap mereka tepat pada akhir hidupnya. Mata itu masih hid 36 %
Sawitri bertatapan dengan sosok-sosok bertato itu, sehingga

ia

merasa mengerti apakah orang itu masih hidup atau sudah mati 38 %
u masih hidup atau sudah mati, hanya dengan sekilas pandang.

ia

pun segera bisa merasa, apakah nyawa orang itu masih ada di 39 %
olah merasa melihat begitu banyak cerita pada mata itu namun

ia

merasa begitu sulit menceritakannya kembali. Sawitri kadang- 41 %
Sawitri kadang-kadang merasa orang itu ingin berteriak bahwa

ia

tidak mau mati dan masih ingin hidup dan ia punya istri dan 42 %
berteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin hidup dan

ia

punya istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga meliha 42 %
ganya sudah terbiasa dengan mayat-mayat bertato itu. Malahan

ia

merasa tetangga-tetangganya itu bergembira setiap kali melih 48 %
rnah ikut dalam arak-arakan yang bersorak-sorai gembira itu.

ia

cukup membuka jendela setiap kali hujan reda dan menengok ke 55 %
kadang terdapat gambar tato yang rusak karena lubang peluru.

ia

selalu memperhatikan tato orang-orang yang tergeletak di mul 68 %
awitri selalu memperhatikan tato karena Pamuji juga bertato.

ia

pernah menato namanya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di 73 %
ga bertato. Ia pernah menato namanya sendiri di dada Pamuji.

ia

menulis di dada bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masi 73 %
h dilingkari gambar jantung hati tanda cinta. Sawitri ingat,

ia

membutuhkan waktu dua hari untuk mencocok-cocok kulit Pamuji 74 %
Namun bukan hanya nama Sawitri yang bertato di dada Pamuji.

ia

selalu ingat di lengan kirinya ada lukisan mawar yang bagus. 75 %
wanita telanjang itu ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula,

ia

pernah jatuh cinta pada Asih, tapi tidak kesampaian. Sawitri 78 %
ata kepala sendiri ketia sedang berbelanja pada suatu siang.

ia

melihat debu mengepul setelah mayat itu terbanting. Debu men 87 %
a penembak itu memberi kesempatan pada Pamuji untuk melawan,

ia

belum tentu kalah. Sawitri tahu, Pamuji juga sangat pandai b 94 %
tangan dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua

ibu

jari tangannya saja yang disatukan dengan tali kawat. Kadang 62 %
ajah yang menyeramkan. Namun sebetulnya Sawitri cukup jarang

ikut

berkerumun di antara tetangganya. Sawitri hampir selalu menj 26 %
kampung menyeret dengan memegang kakinya. Sawitri tak pernah

ikut

dalam arak-arakan yang bersorak-sorai gembira itu. Ia cukup 55 %
ris di punggung dan dada, sehingga lukisan-lukisan tato yang

indah

itu rusak. Sawitri kadang-kadang merasa penembak orang berta 64 %
l radionya terlalu keras. Ia suka mendengarkan lagu-lagu pop

indonesia

sambil menjahit. Matanya sering kali pedas karena menatap lu 9 %
an hanya nama Sawitri yang bertato di dada Pamuji. Ia selalu

ingat

di lengan kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di bawah maw 76 %
ng rumahnya dan menengok ke kanan. Ia harus membungkuk kalau

ingin

melihat mayat itu dengan jelas. Kalau tidak, pandangannya ak 13 %
an sambil membungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi ia selalu

ingin

menatap wajah mayat-mayat bertato itu. Jika mayat itu sudah 20 %
embuka kain penutup mayat untuk melihat wajahnya tapi ia tak

ingin

melakukannya lagi. Sekali-sekalinya ia membuka kain penutup 24 %
ceritakannya kembali. Sawitri kadang-kadang merasa orang itu

ingin

berteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin hidup dan 41 %
orang itu ingin berteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih

ingin

hidup dan ia punya istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitr 42 %
menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan hanya karena

ingin

membuat orang-orang bertato itu kesakitan? Di tempat-tempat 67 %
itu. Meskipun ia tertidur bila hujan turun tengah malam dan

iramanya

mengajak orang melupakan dunia fana namun Sawitri selalu ter 18 %
k bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin hidup dan ia punya

istri

dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga melihat mata yang 42 %
etakutan,” kata Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita

itu

pun bercerita tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pad 1 %
a tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pada mulut gang

itu

tergeletaklah mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitri selalu 2 %
air ia menutup matanya sejenak. Saat menutup matanya sejenak

itu

ia mendengarkan sepotong lagu dari radio. Dan saat ia menden 11 %
rkan sepotong lagu dari radio. Dan saat ia mendengarkan lagu

itu

kadang-kadang ia tertidur. Tapi tetap saja setiap kali hujan 11 %
tidur. Tapi tetap saja setiap kali hujan reda, di mulut gang

itu

tergeletaklah mayat bertato. Untuk melihat mayat bertato itu 12 %
ngok ke kanan. Ia harus membungkuk kalau ingin melihat mayat

itu

dengan jelas. Kalau tidak, pandangannya akan terhalang daun 14 %
hir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja membuka jendela

itu

dan menengok ke kanan sambil membungkuk untuk melihat mayat 17 %
lalu ingin menatap wajah mayat-mayat bertato itu. Jika mayat

itu

sudah terlanjur dikerumuni para tetangga, Sawitri pun selalu 20 %
mpatkan diri ke luar rumah dan menyeruak di antara kerumunan

itu

sampai ia melihat mayat. Ia tidak selalu berhasil melihat wa 21 %
selalu berhasil melihat wajahnya karena kadang-kadang mayat

itu

sudah terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau 22 %
ya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Sosok tubuh manusia

itu

tergeletak betul-betul seperti bangkai. Sawitri hanya akan m 28 %
at bagaimana darah membercak pada semen yang basah dan sosok

itu

pun segera jadi basah dan rambut dan brewok dan celana kolor 29 %
gera jadi basah dan rambut dan brewok dan celana kolor orang

itu

juga basah. Tidak semua wajah mayat-mayat bertato itu menger 30 %
orang itu juga basah. Tidak semua wajah mayat-mayat bertato

itu

mengerikan. Kadang-kadang Sawitri punya kesan mayat bertato 30 %
mengerikan. Kadang-kadang Sawitri punya kesan mayat bertato

itu

seperti orang tidur nyenyak atau orang tersenyum. Orang-oran 31 %
rang tidur nyenyak atau orang tersenyum. Orang-orang bertato

itu

tidur nyenyak dan tersenyum dalam buaian gerimis yang di mat 32 %
dang-kadang membuat warna darah pada dada dan punggung orang

itu

tidak berwarna merah melainkan hitam. Darah itulah yang memb 34 %
melainkan hitam. Darah itulah yang membedakan mayat bertato

itu

dengan orang tidur. Kadang-kadang mata mayat bertato itu men 34 %
ato itu dengan orang tidur. Kadang-kadang mata mayat bertato

itu

menatap tepat pada Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan setel 35 %
rasa bahwa ia menatap mereka tepat pada akhir hidupnya. Mata

itu

masih hidup ketika bertemu dengan mata Sawitri. Dan Sawitri 36 %
mu dengan mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa mata

itu

pada akhir pandangannya begitu banyak bercerita. Begitu seri 37 %
-sosok bertato itu, sehingga ia merasa mengerti apakah orang

itu

masih hidup atau sudah mati, hanya dengan sekilas pandang. I 38 %
kilas pandang. Ia pun segera bisa merasa, apakah nyawa orang

itu

masih ada di tubuhnya, atau baru saja pergi, atau sudah lama 39 %
ri seolah-olah merasa melihat begitu banyak cerita pada mata

itu

namun ia merasa begitu sulit menceritakannya kembali. Sawitr 41 %
menceritakannya kembali. Sawitri kadang-kadang merasa orang

itu

ingin berteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin hidu 41 %
ata yang menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato yang tegap

itu

tetap saja basah. Basah oleh darah dan hujan dan kerjap hali 43 %
jan dan kerjap halilintar membuat darah dan tubuh yang basah

itu

berkilat dan darah dan basah hujan pada semen juga berkilat. 44 %
dan basah hujan pada semen juga berkilat. Kepala orang-orang

itu

terkulai ke depan atau ke belakang seperti dipaksakan oleh t 45 %
lai ke depan atau ke belakang seperti dipaksakan oleh takdir

itu

sendiri. Sesekali kepala itu menelungkup mencium bumi atau t 45 %
seperti dipaksakan oleh takdir itu sendiri. Sesekali kepala

itu

menelungkup mencium bumi atau tengadah ke langit dengan mata 46 %
etul-betul selesai, maka Sawitri melihat mulut yang menganga

itu

kemasukan air hujan. Sawitri merasa tetangga-tetangganya sud 47 %
at-mayat bertato itu. Malahan ia merasa tetangga-tetangganya

itu

bergembira setiap kali melihat mayat bertato tergeletak di m 48 %
to tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda dan mayat

itu

disemprot cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Dari 49 %
ng-kuningan. Dari dalam rumahnya yang terletak di sudut gang

itu

Sawitri mendengar apa saja yang mereka percakapkan. Mereka b 50 %
ka berteriak-teriak sambil mengerumuni mayat yang tergeletak

itu

meskipun kadang-kadang hujan belum benar-benar selesai dan a 51 %
“Anjing!” Kadang-kadang mereka juga menendang-nendang mayat

itu

dan menginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat itu mereka 53 %
mayat itu dan menginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat

itu

mereka seret saja sepanjang jalan ke kelurahan sehingga waja 54 %
ja sepanjang jalan ke kelurahan sehingga wajah orang bertato

itu

berlepotan dengan lumpur karena orang-orang kampung menyeret 54 %
tato. Sawitri akan menarik napas panjang bila ternyata mayat

itu

bukan Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertato seperti mayat-may 57 %
kan Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertato seperti mayat-mayat

itu

dan bukankah di antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut 58 %
tato itu, Kandang Jinongkeng, Pentung Pinanggul… Mayat-mayat

itu

menggeletak di sana, betul-betul seperti bangkai tikus yang 60 %
ereka lebih buruk dari binatang yang disembelih. Mayat-mayat

itu

tergeletak di sana dengan tangan dan kaki terikat jadi satu. 61 %
ak terikat sama sekali. Namun mayat-mayat yang tidak terikat

itu

biasanya lebih banyak lubang pelurunya. Lubang-lubang peluru 63 %
punggung dan dada, sehingga lukisan-lukisan tato yang indah

itu

rusak. Sawitri kadang-kadang merasa penembak orang bertato i 64 %
u rusak. Sawitri kadang-kadang merasa penembak orang bertato

itu

memang sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa men 65 %
dak mematikan hanya karena ingin membuat orang-orang bertato

itu

kesakitan? Di tempat-tempat yang tidak mematikan itu kadang- 67 %
bertato itu kesakitan? Di tempat-tempat yang tidak mematikan

itu

kadang-kadang terdapat gambar tato yang rusak karena lubang 68 %
muji. Ia menulis di dada bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan

itu

masih dilingkari gambar jantung hati tanda cinta. Sawitri in 74 %
lengan kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di bawah mawar

itu

ada tulisan Nungki. Menurut Pamuji, itulah kekasihnya yang p 76 %
antas ada lukisan wanita telanjang. Di dada wanita telanjang

itu

ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, ia pernah jatuh cinta 77 %
tulah Pamuji menghilang tak tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat

itu

bergelimpangan hampir setiap saat. Pagi siang sore malam may 81 %
tau di antara kedua mata. Kadang-kadang bahkan mayat bertato

itu

dilemparkan pada siang hari bolong di jalan raya dari dalam 84 %
dari dalam sebuah mobil yang segera menghilang. Mayat-mayat

itu

jatuh di tengah keramaian menggemparkan orang banyak. Orang- 85 %
an menggemparkan orang banyak. Orang-orang mengerumuni mayat

itu

sambil berteriak-teriak sehingga jalanan jadi macet. Sawitri 86 %
nja pada suatu siang. Ia melihat debu mengepul setelah mayat

itu

terbanting. Debu mengepul dan membuatnya sesak napas. Pamuji 87 %
napas. Pamuji o Pamuji, di manakah kamu? Potret mayat-mayat

itu

kemudian menghilang dari koran-koran. Tapi mayat-mayat berta 88 %
mudian menghilang dari koran-koran. Tapi mayat-mayat bertato

itu

masih bermunculan dengan ciri yang sama. Tangan dan kaki mer 89 %
atikan. Kalau mereka menembak di tempat yang tidak mematikan

itu

lebih dulu, rasanya pasti sakit sekali, batin Sawitri. Apala 91 %
an tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau para penembak

itu

memberi kesempatan pada Pamuji untuk melawan, ia belum tentu 94 %
ik di atas genting. Setiap kali hujan selesai, di mulut gang

itu

tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka selalu menatap ke a 97 %
Pamuji?” tanya Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita

itu

pun menjawab: “Aku belum bisa menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 99 %
nya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di dada bidang lelaki

itu:

SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari gambar jantung hati ta 74 %
jan mereda, pada mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato.

itulah

sebabnya Sawitri selalu merasa gemetar setiap kali mendengar 2 %
nggung orang itu tidak berwarna merah melainkan hitam. Darah

itulah

yang membedakan mayat bertato itu dengan orang tidur. Kadang 34 %
agus. Di bawah mawar itu ada tulisan Nungki. Menurut Pamuji,

itulah

kekasihnya yang pertama. Lantas ada lukisan wanita telanjang 76 %
. Mereka dulu sama-sama melacur di Mangga Besar. Karena Asih

itulah

maka Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang te 79 %
ala sudut, hidup bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri. Semenjak

itulah

Pamuji menghilang tak tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat itu b 81 %
a bisa menjamin Pamuji tidak akan mengalami nasib yang sama?

itulah

sebabnya Sawitri selalu gemetar setiap kali bunyi hujan mula 96 %
rah membercak pada semen yang basah dan sosok itu pun segera

jadi

basah dan rambut dan brewok dan celana kolor orang itu juga 30 %
-mayat itu tergeletak di sana dengan tangan dan kaki terikat

jadi

satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu jari tangannya saja yang 61 %
ngerumuni mayat itu sambil berteriak-teriak sehingga jalanan

jadi

macet. Sawitri melihat dengan mata kepala sendiri ketia seda 86 %
ajahnya. Kadang-kadang mayat itu mereka seret saja sepanjang

jalan

ke kelurahan sehingga wajah orang bertato itu berlepotan den 54 %
t pasar, terapung di kali, terbenam di got, atau terkapar di

jalan

tol. Setiap hari koran-koran memuat potret mayat-mayat berta 83 %
hkan mayat bertato itu dilemparkan pada siang hari bolong di

jalan

raya dari dalam sebuah mobil yang segera menghilang. Mayat-m 84 %
orang mengerumuni mayat itu sambil berteriak-teriak sehingga

jalanan

jadi macet. Sawitri melihat dengan mata kepala sendiri ketia 86 %
dengan jelas lukisan-lukisan pada mayat-mayat itu. Jangkar,

jantung

hati, bunga mawar, tengkorak, nama-nama wanita, tulisan-tuli 72 %
ang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari gambar

jantung

hati tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan waktu dua ha 74 %
a dan juga di sebagian wajahnya. Dadanya selalu berdesir dan

jantungnya

berdegup-degup keras setiap kali hujan selesai dan bunyi sis 16 %
am letupan dan bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak

jarang

pula ia tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat bertat 4 %
ebuah wajah yang menyeramkan. Namun sebetulnya Sawitri cukup

jarang

ikut berkerumun di antara tetangganya. Sawitri hampir selalu 26 %
an dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu

jari

tangannya saja yang disatukan dengan tali kawat. Kadang-kada 62 %
il menjahit. Matanya sering kali pedas karena menatap lubang

jarum

dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi pedas dan berair 10 %
lanjang itu ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, ia pernah

jatuh

cinta pada Asih, tapi tidak kesampaian. Sawitri mengenal Asi 78 %
i dalam sebuah mobil yang segera menghilang. Mayat-mayat itu

jatuh

di tengah keramaian menggemparkan orang banyak. Orang-orang 85 %
bangkai. Sawitri hanya akan melihatnya sepintas, tapi cukup

jelas

untuk mengingat bagaimana darah membercak pada semen yang ba 29 %
n gambar salib di lengan kiri. Sawitri bisa mengingat dengan

jelas

lukisan-lukisan pada mayat-mayat itu. Jangkar, jantung hati, 71 %
tato. Untuk melihat mayat bertato itu, Sawitri cukup membuka

jendela

samping rumahnya dan menengok ke kanan. Ia harus membungkuk 13 %
n jendela. Ia harus membungkuk sampai perutnya menekan bibir

jendela

dan tempias sisa air hujan menitik-nitik di rambutnya dan ju 15 %
perti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja membuka

jendela

itu dan menengok ke kanan sambil membungkuk untuk melihat ma 17 %
alu terbangun ketika hujan reda dan ia akan langsung membuka

jendela

lantas menengok ke kanan sambil membungkuk. Ia selalu merasa 19 %
pat pada Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan setelah membuka

jendela

dan membungkuk, setelah hujan mereda. Sawitri juga sering me 35 %
rak-arakan yang bersorak-sorai gembira itu. Ia cukup membuka

jendela

setiap kali hujan reda dan menengok ke kanan sambil membungk 56 %
natap ke arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri akan membuka

jendela

lantas menengok ke kanan… “Apakah pada akhir cerita Sawitri 98 %
an yang kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran, dan akan remuk

jika

tertimpa pohon yang tidak usah terlalu besar. Mungkin pula S 7 %
tapi ia selalu ingin menatap wajah mayat-mayat bertato itu.

jika

mayat itu sudah terlanjur dikerumuni para tetangga, Sawitri 20 %
ah. Sawitri tahu, Pamuji juga sangat pandai berkelahi. Tapi,

jika

setiap kali hujan selesai selalu ada mayat tergeletak di uju 95 %
la dan tempias sisa air hujan menitik-nitik di rambutnya dan

juga

di sebagian wajahnya. Dadanya selalu berdesir dan jantungnya 15 %
jadi basah dan rambut dan brewok dan celana kolor orang itu

juga

basah. Tidak semua wajah mayat-mayat bertato itu mengerikan. 30 %
embuka jendela dan membungkuk, setelah hujan mereda. Sawitri

juga

sering merasa bahwa ia menatap mereka tepat pada akhir hidup 36 %
idup dan ia punya istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri

juga

melihat mata yang bertanya-tanya. Mata yang menuntut. Mata y 42 %
yang basah itu berkilat dan darah dan basah hujan pada semen

juga

berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai ke depan atau ke b 45 %
rasa dia sekarang!” “Anjing!” “Anjing!” Kadang-kadang mereka

juga

menendang-nendang mayat itu dan menginjak-injak wajahnya. Ka 53 %
anjang bila ternyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuji

juga

bertato seperti mayat-mayat itu dan bukankah di antara mayat 57 %
t-mayat yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda

juga

terdapat kawan-kawan Pamuji? Sesekali Sawitri mengenali maya 58 %
awat. Kadang-kadang kakinya memang tidak terikat. Bahkan ada

juga

yang tidak terikat sama sekali. Namun mayat-mayat yang tidak 63 %
sa menembak hanya di tempat yang mematikan saja, tapi mereka

juga

menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan. Apakah merek 66 %
huruf besar… Sawitri selalu memperhatikan tato karena Pamuji

juga

bertato. Ia pernah menato namanya sendiri di dada Pamuji. Ia 73 %
ji untuk melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu, Pamuji

juga

sangat pandai berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan selesa 94 %
menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15

juli

1985 100 %
rma “Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,” kata Alina pada

juru

cerita itu. Maka juru cerita itu pun bercerita tentang Sawit 1 %
ku tentang ketakutan,” kata Alina pada juru cerita itu. Maka

juru

cerita itu pun bercerita tentang Sawitri: Setiap kali hujan 1 %
witri akan berjumpa kembali dengan Pamuji?” tanya Alina pada

juru

cerita itu. Maka juru cerita itu pun menjawab: “Aku belum bi 99 %
mbali dengan Pamuji?” tanya Alina pada juru cerita itu. Maka

juru

cerita itu pun menjawab: “Aku belum bisa menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 99 %
ya memang terletak di sudut mulut gang itu. Pada malam hari,

kadang-kadang

ia bisa mendengar bunyi semacam letupan dan bunyi mesin kend 3 %
pula Sawitri tidak mendengar apa-apa karena ia mengantuk dan

kadang-kadang

tertidur. Mungkin karena ia menyetel radionya terlalu keras. 8 %
sepotong lagu dari radio. Dan saat ia mendengarkan lagu itu

kadang-kadang

ia tertidur. Tapi tetap saja setiap kali hujan reda, di mulu 11 %
ihat mayat. Ia tidak selalu berhasil melihat wajahnya karena

kadang-kadang

mayat itu sudah terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup l 22 %
basah. Tidak semua wajah mayat-mayat bertato itu mengerikan.

kadang-kadang

Sawitri punya kesan mayat bertato itu seperti orang tidur ny 31 %
nyak dan tersenyum dalam buaian gerimis yang di mata Sawitri

kadang-kadang

tampak bagaikan layar pada sebuah panggung sandiwara. Cahaya 32 %
sandiwara. Cahaya lampu merkuri yang pucat kekuning-kuningan

kadang-kadang

membuat warna darah pada dada dan punggung orang itu tidak b 33 %
itulah yang membedakan mayat bertato itu dengan orang tidur.

kadang-kadang

mata mayat bertato itu menatap tepat pada Sawitri, ketika ia 34 %
amun ia merasa begitu sulit menceritakannya kembali. Sawitri

kadang-kadang

merasa orang itu ingin berteriak bahwa ia tidak mau mati dan 41 %
mati dan masih ingin hidup dan ia punya istri dan anak-anak.

kadang-kadang

Sawitri juga melihat mata yang bertanya-tanya. Mata yang men 42 %
teriak sambil mengerumuni mayat yang tergeletak itu meskipun

kadang-kadang

hujan belum benar-benar selesai dan anak-anak berteriak hore 51 %
sekarang!” “Ya, tahu rasa dia sekarang!” “Anjing!” “Anjing!”

kadang-kadang

mereka juga menendang-nendang mayat itu dan menginjak-injak 53 %
ga menendang-nendang mayat itu dan menginjak-injak wajahnya.

kadang-kadang

mayat itu mereka seret saja sepanjang jalan ke kelurahan seh 53 %
tergeletak di sana dengan tangan dan kaki terikat jadi satu.

kadang-kadang

hanya kedua ibu jari tangannya saja yang disatukan dengan ta 61 %
ua ibu jari tangannya saja yang disatukan dengan tali kawat.

kadang-kadang

kakinya memang tidak terikat. Bahkan ada juga yang tidak ter 62 %
sehingga lukisan-lukisan tato yang indah itu rusak. Sawitri

kadang-kadang

merasa penembak orang bertato itu memang sengaja merusak gam 65 %
ato itu kesakitan? Di tempat-tempat yang tidak mematikan itu

kadang-kadang

terdapat gambar tato yang rusak karena lubang peluru. Ia sel 68 %
di tengkuk, di jidat, di jantung, atau di antara kedua mata.

kadang-kadang

bahkan mayat bertato itu dilemparkan pada siang hari bolong 84 %
angannya atau paling sedikit tatonya. Sawitri pernah membuka

kain

penutup mayat untuk melihat wajahnya tapi ia tak ingin melak 23 %
ia tak ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalinya ia membuka

kain

penutup wajah, yang ia lihat adalah wajah menyeringai dengan 24 %
mbelih. Mayat-mayat itu tergeletak di sana dengan tangan dan

kaki

terikat jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu jari tangan 61 %
tato itu masih bermunculan dengan ciri yang sama. Tangan dan

kaki

mereka terikat. Mereka tertembak di tempat yang mematikan, n 89 %
u, rasanya pasti sakit sekali, batin Sawitri. Apalagi dengan

kaki

tangan terikat seperti itu. Apakah Pamuji telah menggeletak 91 %
ngannya saja yang disatukan dengan tali kawat. Kadang-kadang

kakinya

memang tidak terikat. Bahkan ada juga yang tidak terikat sam 62 %
n yang deras, kau tahu, sering kali bisa mengerikan. Apalagi

kalau

rumah kita bukan bangunan yang kokoh, banyak bocor, bisa keb 7 %
kali pedas karena menatap lubang jarum dalam cahaya 15 watt.

kalau

matanya menjadi pedas dan berair ia menutup matanya sejenak. 10 %
samping rumahnya dan menengok ke kanan. Ia harus membungkuk

kalau

ingin melihat mayat itu dengan jelas. Kalau tidak, pandangan 13 %
harus membungkuk kalau ingin melihat mayat itu dengan jelas.

kalau

tidak, pandangannya akan terhalang daun jendela. Ia harus me 14 %
at itu sudah terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega

kalau

sudah melihat sebagian saja dari mayat itu, apakah kakinya, 22 %
da lubang-lubang peluru lain di tempat yang tidak mematikan.

kalau

mereka menembak di tempat yang tidak mematikan itu lebih dul 90 %
yakin Pamuji tak akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan

kalau

para penembak itu memberi kesempatan pada Pamuji untuk melaw 94 %
. Maka juru cerita itu pun bercerita tentang Sawitri: Setiap

kali

hujan mereda, pada mulut gang itu tergeletaklah mayat bertat 1 %
ertato. Itulah sebabnya Sawitri selalu merasa gemetar setiap

kali

mendengar bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Rumahny 2 %
ok mayat bertato tetap saja menggeletak di mulut gang setiap

kali

hujan reda pada malam hari. Mungkin ia memang tidak mendenga 5 %
i hujan yang masih deras. Hujan yang deras, kau tahu, sering

kali

bisa mengerikan. Apalagi kalau rumah kita bukan bangunan yan 6 %
rkan lagu-lagu pop Indonesia sambil menjahit. Matanya sering

kali

pedas karena menatap lubang jarum dalam cahaya 15 watt. Kala 10 %
n lagu itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi tetap saja setiap

kali

hujan reda, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. U 12 %
a selalu berdesir dan jantungnya berdegup-degup keras setiap

kali

hujan selesai dan bunyi sisa air hujang seperti akhir sebuah 16 %
Malahan ia merasa tetangga-tetangganya itu bergembira setiap

kali

melihat mayat bertato tergeletak di mulut gang setiap kali h 48 %
p kali melihat mayat bertato tergeletak di mulut gang setiap

kali

hujan reda dan mayat itu disemprot cahaya lampu merkuri yang 49 %
bersorak-sorai gembira itu. Ia cukup membuka jendela setiap

kali

hujan reda dan menengok ke kanan sambil membungkuk lantas me 56 %
h di antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut gang setiap

kali

hujan reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Sesekali Sawitr 58 %
atikan tato orang-orang yang tergeletak di mulut gang setiap

kali

hujan reda. Begitulah caranya Sawitri mengenali Kandang Jino 69 %
tahu, Pamuji juga sangat pandai berkelahi. Tapi, jika setiap

kali

hujan selesai selalu ada mayat tergeletak di ujung gang itu, 95 %
sib yang sama? Itulah sebabnya Sawitri selalu gemetar setiap

kali

bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Setiap kali hujan 96 %
etiap kali bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Setiap

kali

hujan selesai, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato 97 %
rang bertato itu berlepotan dengan lumpur karena orang-orang

kampung

menyeret dengan memegang kakinya. Sawitri tak pernah ikut da 55 %
Tapi Sawitri tetap saja membuka jendela itu dan menengok ke

kanan

sambil membungkuk untuk melihat mayat itu. Meskipun ia terti 17 %
reda dan ia akan langsung membuka jendela lantas menengok ke

kanan

sambil membungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi ia selalu in 19 %
bertato itu menatap tepat pada Sawitri, ketika ia menoleh ke

kanan

setelah membuka jendela dan membungkuk, setelah hujan mereda 35 %
cukup membuka jendela setiap kali hujan reda dan menengok ke

kanan

sambil membungkuk lantas menutupnya kembali setelah melihat 56 %
ah-olah tahu Sawitri akan membuka jendela lantas menengok ke

kanan…

“Apakah pada akhir cerita Sawitri akan berjumpa kembali deng 98 %
Pamuji? Sesekali Sawitri mengenali mayat-mayat bertato itu,

kandang

Jinongkeng, Pentung Pinanggul… Mayat-mayat itu menggeletak d 59 %
setiap kali hujan reda. Begitulah caranya Sawitri mengenali

kandang

Jinongkeng. Wajahnya tertelungkup, namun cahaya lampu merkur 69 %
a pada malam hari. Mungkin ia memang tidak mendengar apa-apa

karena

bunyi hujan yang masih deras. Hujan yang deras, kau tahu, se 6 %
terlalu besar. Mungkin pula Sawitri tidak mendengar apa-apa

karena

ia mengantuk dan kadang-kadang tertidur. Mungkin karena ia m 8 %
-apa karena ia mengantuk dan kadang-kadang tertidur. Mungkin

karena

ia menyetel radionya terlalu keras. Ia suka mendengarkan lag 9 %
agu pop Indonesia sambil menjahit. Matanya sering kali pedas

karena

menatap lubang jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya men 10 %
ia melihat mayat. Ia tidak selalu berhasil melihat wajahnya

karena

kadang-kadang mayat itu sudah terlanjur ditutup kain. Tapi S 22 %
an sehingga wajah orang bertato itu berlepotan dengan lumpur

karena

orang-orang kampung menyeret dengan memegang kakinya. Sawitr 54 %
mereka menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan hanya

karena

ingin membuat orang-orang bertato itu kesakitan? Di tempat-t 67 %
mematikan itu kadang-kadang terdapat gambar tato yang rusak

karena

lubang peluru. Ia selalu memperhatikan tato orang-orang yang 68 %
ulisan, huruf-huruf besar… Sawitri selalu memperhatikan tato

karena

Pamuji juga bertato. Ia pernah menato namanya sendiri di dad 73 %
engenal Asih. Mereka dulu sama-sama melacur di Mangga Besar.

karena

Asih itulah maka Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa- 79 %
eno Gumira Ajidarma “Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,”

kata

Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun berceri 1 %
a-apa karena bunyi hujan yang masih deras. Hujan yang deras,

kau

tahu, sering kali bisa mengerikan. Apalagi kalau rumah kita 6 %
ergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda juga terdapat

kawan-kawan

Pamuji? Sesekali Sawitri mengenali mayat-mayat bertato itu, 59 %
Sawitri cukup membuka jendela samping rumahnya dan menengok

ke

kanan. Ia harus membungkuk kalau ingin melihat mayat itu den 13 %
an. Tapi Sawitri tetap saja membuka jendela itu dan menengok

ke

kanan sambil membungkuk untuk melihat mayat itu. Meskipun ia 17 %
an reda dan ia akan langsung membuka jendela lantas menengok

ke

kanan sambil membungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi ia sel 19 %
kerumuni para tetangga, Sawitri pun selalu menyempatkan diri

ke

luar rumah dan menyeruak di antara kerumunan itu sampai ia m 21 %
at bertato itu menatap tepat pada Sawitri, ketika ia menoleh

ke

kanan setelah membuka jendela dan membungkuk, setelah hujan 35 %
uhnya, atau baru saja pergi, atau sudah lama melayang, entah

ke

surga atau ke neraka. Sawitri seolah-olah merasa melihat beg 40 %
ru saja pergi, atau sudah lama melayang, entah ke surga atau

ke

neraka. Sawitri seolah-olah merasa melihat begitu banyak cer 40 %
an pada semen juga berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai

ke

depan atau ke belakang seperti dipaksakan oleh takdir itu se 45 %
juga berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai ke depan atau

ke

belakang seperti dipaksakan oleh takdir itu sendiri. Sesekal 45 %
. Sesekali kepala itu menelungkup mencium bumi atau tengadah

ke

langit dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Dan bila 46 %
a. Kadang-kadang mayat itu mereka seret saja sepanjang jalan

ke

kelurahan sehingga wajah orang bertato itu berlepotan dengan 54 %
Ia cukup membuka jendela setiap kali hujan reda dan menengok

ke

kanan sambil membungkuk lantas menutupnya kembali setelah me 56 %
itu tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka selalu menatap

ke

arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri akan membuka jendela 97 %
eolah-olah tahu Sawitri akan membuka jendela lantas menengok

ke

kanan… “Apakah pada akhir cerita Sawitri akan berjumpa kemba 98 %
engan tangan dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang hanya

kedua

ibu jari tangannya saja yang disatukan dengan tali kawat. Ka 62 %
ka tembakan di tengkuk, di jidat, di jantung, atau di antara

kedua

mata. Kadang-kadang bahkan mayat bertato itu dilemparkan pad 84 %
i bawah mawar itu ada tulisan Nungki. Menurut Pamuji, itulah

kekasihnya

yang pertama. Lantas ada lukisan wanita telanjang. Di dada w 76 %
a sebuah panggung sandiwara. Cahaya lampu merkuri yang pucat

kekuning-kuningan

kadang-kadang membuat warna darah pada dada dan punggung ora 33 %
Kadang-kadang mayat itu mereka seret saja sepanjang jalan ke

kelurahan

sehingga wajah orang bertato itu berlepotan dengan lumpur ka 54 %
-betul selesai, maka Sawitri melihat mulut yang menganga itu

kemasukan

air hujan. Sawitri merasa tetangga-tetangganya sudah terbias 47 %
da dan menengok ke kanan sambil membungkuk lantas menutupnya

kembali

setelah melihat sesosok mayat bertato. Sawitri akan menarik 56 %
ok ke kanan… “Apakah pada akhir cerita Sawitri akan berjumpa

kembali

dengan Pamuji?” tanya Alina pada juru cerita itu. Maka juru 99 %
as. Pamuji o Pamuji, di manakah kamu? Potret mayat-mayat itu

kemudian

menghilang dari koran-koran. Tapi mayat-mayat bertato itu ma 88 %
dang ia bisa mendengar bunyi semacam letupan dan bunyi mesin

kendaraan

yang menjauh. Namun tak jarang pula ia tak mendengar apa-apa 4 %
berkilat dan darah dan basah hujan pada semen juga berkilat.

kepala

orang-orang itu terkulai ke depan atau ke belakang seperti d 45 %
elakang seperti dipaksakan oleh takdir itu sendiri. Sesekali

kepala

itu menelungkup mencium bumi atau tengadah ke langit dengan 46 %
iak sehingga jalanan jadi macet. Sawitri melihat dengan mata

kepala

sendiri ketia sedang berbelanja pada suatu siang. Ia melihat 86 %
obil yang segera menghilang. Mayat-mayat itu jatuh di tengah

keramaian

menggemparkan orang banyak. Orang-orang mengerumuni mayat it 85 %
ahnya. Dadanya selalu berdesir dan jantungnya berdegup-degup

keras

setiap kali hujan selesai dan bunyi sisa air hujang seperti 16 %
g tegap itu tetap saja basah. Basah oleh darah dan hujan dan

kerjap

halilintar membuat darah dan tubuh yang basah itu berkilat d 44 %
lalu menyempatkan diri ke luar rumah dan menyeruak di antara

kerumunan

itu sampai ia melihat mayat. Ia tidak selalu berhasil meliha 21 %
at-mayat bertato itu mengerikan. Kadang-kadang Sawitri punya

kesan

mayat bertato itu seperti orang tidur nyenyak atau orang ter 31 %
p. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau para penembak itu memberi

kesempatan

pada Pamuji untuk melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tah 94 %
lanan jadi macet. Sawitri melihat dengan mata kepala sendiri

ketia

sedang berbelanja pada suatu siang. Ia melihat debu mengepul 87 %
ak orang melupakan dunia fana namun Sawitri selalu terbangun

ketika

hujan reda dan ia akan langsung membuka jendela lantas menen 18 %
menjadi orang pertama yang melihat mayat-mayat bertato itu.

ketika

hujan belum benar-benar selesai sehingga tampak seperti tabi 27 %
ng-kadang mata mayat bertato itu menatap tepat pada Sawitri,

ketika

ia menoleh ke kanan setelah membuka jendela dan membungkuk, 35 %
natap mereka tepat pada akhir hidupnya. Mata itu masih hidup

ketika

bertemu dengan mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa 36 %
witri yang bertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat di lengan

kirinya

ada lukisan mawar yang bagus. Di bawah mawar itu ada tulisan 76 %
, kau tahu, sering kali bisa mengerikan. Apalagi kalau rumah

kita

bukan bangunan yang kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran, da 7 %
k itu pun segera jadi basah dan rambut dan brewok dan celana

kolor

orang itu juga basah. Tidak semua wajah mayat-mayat bertato 30 %
li, terbenam di got, atau terkapar di jalan tol. Setiap hari

koran-koran

memuat potret mayat-mayat bertato dengan luka tembakan di te 83 %
ri ingat, ia membutuhkan waktu dua hari untuk mencocok-cocok

kulit

Pamuji dengan jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri yang ber 75 %
enar selesai dan anak-anak berteriak hore-hore. “Lihat! Satu

lagi!”

“Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya, tahu rasa 52 %
k. Saat menutup matanya sejenak itu ia mendengarkan sepotong

lagu

dari radio. Dan saat ia mendengarkan lagu itu kadang-kadang 11 %
dengarkan sepotong lagu dari radio. Dan saat ia mendengarkan

lagu

itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi tetap saja setiap kali h 11 %
ena ia menyetel radionya terlalu keras. Ia suka mendengarkan

lagu-lagu

pop Indonesia sambil menjahit. Matanya sering kali pedas kar 9 %
tempat yang mematikan, namun masih ada lubang-lubang peluru

lain

di tempat yang tidak mematikan. Kalau mereka menembak di tem 90 %
itu masih ada di tubuhnya, atau baru saja pergi, atau sudah

lama

melayang, entah ke surga atau ke neraka. Sawitri seolah-olah 40 %
sai sehingga tampak seperti tabir yang berkilat dalam cahaya

lampu

merkuri yang kekuning-kuningan. Sosok tubuh manusia itu terg 28 %
tampak bagaikan layar pada sebuah panggung sandiwara. Cahaya

lampu

merkuri yang pucat kekuning-kuningan kadang-kadang membuat w 33 %
t gang setiap kali hujan reda dan mayat itu disemprot cahaya

lampu

merkuri yang kekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya yang ter 49 %
nali Kandang Jinongkeng. Wajahnya tertelungkup, namun cahaya

lampu

merkuri cukup terang untuk membuat Sawitri mengenali tato di 70 %
esekali kepala itu menelungkup mencium bumi atau tengadah ke

langit

dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Dan bila hujan b 46 %
namun Sawitri selalu terbangun ketika hujan reda dan ia akan

langsung

membuka jendela lantas menengok ke kanan sambil membungkuk. 19 %
angun ketika hujan reda dan ia akan langsung membuka jendela

lantas

menengok ke kanan sambil membungkuk. Ia selalu merasa takut, 19 %
tiap kali hujan reda dan menengok ke kanan sambil membungkuk

lantas

menutupnya kembali setelah melihat sesosok mayat bertato. Sa 56 %
isan Nungki. Menurut Pamuji, itulah kekasihnya yang pertama.

lantas

ada lukisan wanita telanjang. Di dada wanita telanjang itu a 77 %
arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri akan membuka jendela

lantas

menengok ke kanan… “Apakah pada akhir cerita Sawitri akan be 98 %
n gerimis yang di mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan

layar

pada sebuah panggung sandiwara. Cahaya lampu merkuri yang pu 32 %
us yang dibuang di tengah jalan. Sawitri merasa nasib mereka

lebih

buruk dari binatang yang disembelih. Mayat-mayat itu tergele 61 %
ma sekali. Namun mayat-mayat yang tidak terikat itu biasanya

lebih

banyak lubang pelurunya. Lubang-lubang peluru membentuk sebu 63 %
an. Kalau mereka menembak di tempat yang tidak mematikan itu

lebih

dulu, rasanya pasti sakit sekali, batin Sawitri. Apalagi den 91 %
g mayat itu sudah terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup

lega

kalau sudah melihat sebagian saja dari mayat itu, apakah kak 22 %
to namanya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di dada bidang

lelaki

itu: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari gambar jantung ha 74 %
bang-lubang. Sebuah tulisan SAYANG MAMA, dan gambar salib di

lengan

kiri. Sawitri bisa mengingat dengan jelas lukisan-lukisan pa 71 %
nama Sawitri yang bertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat di

lengan

kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di bawah mawar itu ada 76 %
da malam hari, kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi semacam

letupan

dan bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang pul 4 %
agi. Sekali-sekalinya ia membuka kain penutup wajah, yang ia

lihat

adalah wajah menyeringai dengan mata terbeliak dan giginya m 24 %
umuni para tetangga, Sawitri pun selalu menyempatkan diri ke

luar

rumah dan menyeruak di antara kerumunan itu sampai ia meliha 21 %
ia sambil menjahit. Matanya sering kali pedas karena menatap

lubang

jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi pedas dan 10 %
mun mayat-mayat yang tidak terikat itu biasanya lebih banyak

lubang

pelurunya. Lubang-lubang peluru membentuk sebuah garis di pu 63 %
kan itu kadang-kadang terdapat gambar tato yang rusak karena

lubang

peluru. Ia selalu memperhatikan tato orang-orang yang tergel 68 %
ng tidak terikat itu biasanya lebih banyak lubang pelurunya.

lubang-lubang

peluru membentuk sebuah garis di punggung dan dada, sehingga 64 %
. Mereka tertembak di tempat yang mematikan, namun masih ada

lubang-lubang

peluru lain di tempat yang tidak mematikan. Kalau mereka men 90 %
ap hari koran-koran memuat potret mayat-mayat bertato dengan

luka

tembakan di tengkuk, di jidat, di jantung, atau di antara ke 83 %
ertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirinya ada

lukisan

mawar yang bagus. Di bawah mawar itu ada tulisan Nungki. Men 76 %
. Menurut Pamuji, itulah kekasihnya yang pertama. Lantas ada

lukisan

wanita telanjang. Di dada wanita telanjang itu ada tulisan A 77 %
peluru membentuk sebuah garis di punggung dan dada, sehingga

lukisan-lukisan

tato yang indah itu rusak. Sawitri kadang-kadang merasa pene 64 %
ar salib di lengan kiri. Sawitri bisa mengingat dengan jelas

lukisan-lukisan

pada mayat-mayat itu. Jangkar, jantung hati, bunga mawar, te 71 %
kelurahan sehingga wajah orang bertato itu berlepotan dengan

lumpur

karena orang-orang kampung menyeret dengan memegang kakinya. 54 %
padaku tentang ketakutan,” kata Alina pada juru cerita itu.

maka

juru cerita itu pun bercerita tentang Sawitri: Setiap kali h 1 %
n mulut ternganga. Dan bila hujan belum betul-betul selesai,

maka

Sawitri melihat mulut yang menganga itu kemasukan air hujan. 47 %
a dulu sama-sama melacur di Mangga Besar. Karena Asih itulah

maka

Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang telah b 79 %
berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang telah berlalu!

maka

hujan pun turun seperti sebuah mimpi buruk. Semenjak tahun-t 79 %
pa kembali dengan Pamuji?” tanya Alina pada juru cerita itu.

maka

juru cerita itu pun menjawab: “Aku belum bisa menjawab Alina 99 %
a-tetangganya sudah terbiasa dengan mayat-mayat bertato itu.

malahan

ia merasa tetangga-tetangganya itu bergembira setiap kali me 48 %
ting. Rumahnya memang terletak di sudut mulut gang itu. Pada

malam

hari, kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi semacam letupan 3 %
p saja menggeletak di mulut gang setiap kali hujan reda pada

malam

hari. Mungkin ia memang tidak mendengar apa-apa karena bunyi 5 %
ihat mayat itu. Meskipun ia tertidur bila hujan turun tengah

malam

dan iramanya mengajak orang melupakan dunia fana namun Sawit 18 %
mayat itu bergelimpangan hampir setiap saat. Pagi siang sore

malam

mayat-mayat menggeletak di sudut-sudut pasar, terapung di ka 82 %
ebu mengepul dan membuatnya sesak napas. Pamuji o Pamuji, di

manakah

kamu? Potret mayat-mayat itu kemudian menghilang dari koran- 88 %
ian. Sawitri mengenal Asih. Mereka dulu sama-sama melacur di

mangga

Besar. Karena Asih itulah maka Sawitri berkenalan dengan Pam 78 %
lam cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Sosok tubuh

manusia

itu tergeletak betul-betul seperti bangkai. Sawitri hanya ak 28 %
arena Asih itulah maka Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah,

masa-masa

yang telah berlalu! Maka hujan pun turun seperti sebuah mimp 79 %
in ia memang tidak mendengar apa-apa karena bunyi hujan yang

masih

deras. Hujan yang deras, kau tahu, sering kali bisa mengerik 6 %
nyeringai dengan mata terbeliak dan giginya meringis seperti

masih

hidup. Sebuah wajah yang menyeramkan. Namun sebetulnya Sawit 25 %
bahwa ia menatap mereka tepat pada akhir hidupnya. Mata itu

masih

hidup ketika bertemu dengan mata Sawitri. Dan Sawitri bisa m 36 %
ok bertato itu, sehingga ia merasa mengerti apakah orang itu

masih

hidup atau sudah mati, hanya dengan sekilas pandang. Ia pun 38 %
s pandang. Ia pun segera bisa merasa, apakah nyawa orang itu

masih

ada di tubuhnya, atau baru saja pergi, atau sudah lama melay 39 %
merasa orang itu ingin berteriak bahwa ia tidak mau mati dan

masih

ingin hidup dan ia punya istri dan anak-anak. Kadang-kadang 42 %
. Ia menulis di dada bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu

masih

dilingkari gambar jantung hati tanda cinta. Sawitri ingat, i 74 %
an menghilang dari koran-koran. Tapi mayat-mayat bertato itu

masih

bermunculan dengan ciri yang sama. Tangan dan kaki mereka te 89 %
ka terikat. Mereka tertembak di tempat yang mematikan, namun

masih

ada lubang-lubang peluru lain di tempat yang tidak mematikan 90 %
itu pun menjawab: “Aku belum bisa menjawab Alina, ceritanya

masih

belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 100 %
penutup wajah, yang ia lihat adalah wajah menyeringai dengan

mata

terbeliak dan giginya meringis seperti masih hidup. Sebuah w 25 %
itu tidur nyenyak dan tersenyum dalam buaian gerimis yang di

mata

Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan layar pada sebuah pang 32 %
mbedakan mayat bertato itu dengan orang tidur. Kadang-kadang

mata

mayat bertato itu menatap tepat pada Sawitri, ketika ia meno 35 %
ng merasa bahwa ia menatap mereka tepat pada akhir hidupnya.

mata

itu masih hidup ketika bertemu dengan mata Sawitri. Dan Sawi 36 %
a akhir hidupnya. Mata itu masih hidup ketika bertemu dengan

mata

Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa mata itu pada akhir 37 %
bertemu dengan mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa

mata

itu pada akhir pandangannya begitu banyak bercerita. Begitu 37 %
Sawitri seolah-olah merasa melihat begitu banyak cerita pada

mata

itu namun ia merasa begitu sulit menceritakannya kembali. Sa 41 %
unya istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga melihat

mata

yang bertanya-tanya. Mata yang menuntut. Mata yang menolak t 42 %
Kadang-kadang Sawitri juga melihat mata yang bertanya-tanya.

mata

yang menuntut. Mata yang menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh be 43 %
i juga melihat mata yang bertanya-tanya. Mata yang menuntut.

mata

yang menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato yang tegap itu 43 %
itu menelungkup mencium bumi atau tengadah ke langit dengan

mata

terbelalak dan mulut ternganga. Dan bila hujan belum betul-b 46 %
k-teriak sehingga jalanan jadi macet. Sawitri melihat dengan

mata

kepala sendiri ketia sedang berbelanja pada suatu siang. Ia 86 %
ujan selesai, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato.

mata

mereka selalu menatap ke arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawi 97 %
a suka mendengarkan lagu-lagu pop Indonesia sambil menjahit.

matanya

sering kali pedas karena menatap lubang jarum dalam cahaya 1 9 %
edas karena menatap lubang jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau

matanya

menjadi pedas dan berair ia menutup matanya sejenak. Saat me 10 %
a 15 watt. Kalau matanya menjadi pedas dan berair ia menutup

matanya

sejenak. Saat menutup matanya sejenak itu ia mendengarkan se 10 %
di pedas dan berair ia menutup matanya sejenak. Saat menutup

matanya

sejenak itu ia mendengarkan sepotong lagu dari radio. Dan sa 11 %
g-kadang merasa orang itu ingin berteriak bahwa ia tidak mau

mati

dan masih ingin hidup dan ia punya istri dan anak-anak. Kada 42 %
adang-kadang merasa orang itu ingin berteriak bahwa ia tidak

mau

mati dan masih ingin hidup dan ia punya istri dan anak-anak. 42 %
i dada Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirinya ada lukisan

mawar

yang bagus. Di bawah mawar itu ada tulisan Nungki. Menurut P 76 %
gat di lengan kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di bawah

mawar

itu ada tulisan Nungki. Menurut Pamuji, itulah kekasihnya ya 76 %
Setiap kali hujan mereda, pada mulut gang itu tergeletaklah

mayat

bertato. Itulah sebabnya Sawitri selalu merasa gemetar setia 2 %
n tak jarang pula ia tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok

mayat

bertato tetap saja menggeletak di mulut gang setiap kali huj 5 %
saja setiap kali hujan reda, di mulut gang itu tergeletaklah

mayat

bertato. Untuk melihat mayat bertato itu, Sawitri cukup memb 12 %
di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Untuk melihat

mayat

bertato itu, Sawitri cukup membuka jendela samping rumahnya 13 %
n menengok ke kanan. Ia harus membungkuk kalau ingin melihat

mayat

itu dengan jelas. Kalau tidak, pandangannya akan terhalang d 14 %
la itu dan menengok ke kanan sambil membungkuk untuk melihat

mayat

itu. Meskipun ia tertidur bila hujan turun tengah malam dan 17 %
ia selalu ingin menatap wajah mayat-mayat bertato itu. Jika

mayat

itu sudah terlanjur dikerumuni para tetangga, Sawitri pun se 20 %
tidak selalu berhasil melihat wajahnya karena kadang-kadang

mayat

itu sudah terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega ka 22 %
pi Sawitri cukup lega kalau sudah melihat sebagian saja dari

mayat

itu, apakah kakinya, tangannya atau paling sedikit tatonya. 23 %
paling sedikit tatonya. Sawitri pernah membuka kain penutup

mayat

untuk melihat wajahnya tapi ia tak ingin melakukannya lagi. 23 %
at bertato itu mengerikan. Kadang-kadang Sawitri punya kesan

mayat

bertato itu seperti orang tidur nyenyak atau orang tersenyum 31 %
berwarna merah melainkan hitam. Darah itulah yang membedakan

mayat

bertato itu dengan orang tidur. Kadang-kadang mata mayat ber 34 %
kan mayat bertato itu dengan orang tidur. Kadang-kadang mata

mayat

bertato itu menatap tepat pada Sawitri, ketika ia menoleh ke 35 %
rasa tetangga-tetangganya itu bergembira setiap kali melihat

mayat

bertato tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda dan 49 %
bertato tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda dan

mayat

itu disemprot cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. D 49 %
reka percakapkan. Mereka berteriak-teriak sambil mengerumuni

mayat

yang tergeletak itu meskipun kadang-kadang hujan belum benar 51 %
jing!” “Anjing!” Kadang-kadang mereka juga menendang-nendang

mayat

itu dan menginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat itu me 53 %
endang mayat itu dan menginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang

mayat

itu mereka seret saja sepanjang jalan ke kelurahan sehingga 53 %
membungkuk lantas menutupnya kembali setelah melihat sesosok

mayat

bertato. Sawitri akan menarik napas panjang bila ternyata ma 57 %
at bertato. Sawitri akan menarik napas panjang bila ternyata

mayat

itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertato seperti mayat 57 %
di jantung, atau di antara kedua mata. Kadang-kadang bahkan

mayat

bertato itu dilemparkan pada siang hari bolong di jalan raya 84 %
eramaian menggemparkan orang banyak. Orang-orang mengerumuni

mayat

itu sambil berteriak-teriak sehingga jalanan jadi macet. Saw 86 %
erbelanja pada suatu siang. Ia melihat debu mengepul setelah

mayat

itu terbanting. Debu mengepul dan membuatnya sesak napas. Pa 87 %
i berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan selesai selalu ada

mayat

tergeletak di ujung gang itu, siapa bisa menjamin Pamuji tid 95 %
. Setiap kali hujan selesai, di mulut gang itu tergeletaklah

mayat

bertato. Mata mereka selalu menatap ke arah Sawitri, seolah- 97 %
. Ia selalu merasa takut, tapi ia selalu ingin menatap wajah

mayat-mayat

bertato itu. Jika mayat itu sudah terlanjur dikerumuni para 20 %
ya. Sawitri hampir selalu menjadi orang pertama yang melihat

mayat-mayat

bertato itu. Ketika hujan belum benar-benar selesai sehingga 27 %
wok dan celana kolor orang itu juga basah. Tidak semua wajah

mayat-mayat

bertato itu mengerikan. Kadang-kadang Sawitri punya kesan ma 30 %
n. Sawitri merasa tetangga-tetangganya sudah terbiasa dengan

mayat-mayat

bertato itu. Malahan ia merasa tetangga-tetangganya itu berg 48 %
mayat itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertato seperti

mayat-mayat

itu dan bukankah di antara mayat-mayat yang tergeletak di mu 58 %
juga bertato seperti mayat-mayat itu dan bukankah di antara

mayat-mayat

yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda juga te 58 %
juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Sesekali Sawitri mengenali

mayat-mayat

bertato itu, Kandang Jinongkeng, Pentung Pinanggul… Mayat-ma 59 %
at-mayat bertato itu, Kandang Jinongkeng, Pentung Pinanggul…

mayat-mayat

itu menggeletak di sana, betul-betul seperti bangkai tikus y 59 %
rasa nasib mereka lebih buruk dari binatang yang disembelih.

mayat-mayat

itu tergeletak di sana dengan tangan dan kaki terikat jadi s 61 %
rikat. Bahkan ada juga yang tidak terikat sama sekali. Namun

mayat-mayat

yang tidak terikat itu biasanya lebih banyak lubang peluruny 63 %
ri. Sawitri bisa mengingat dengan jelas lukisan-lukisan pada

mayat-mayat

itu. Jangkar, jantung hati, bunga mawar, tengkorak, nama-nam 72 %
uah mimpi buruk. Semenjak tahun-tahun terakhir ini, semenjak

mayat-mayat

bertato bergelimpangan di segala sudut, hidup bagaikan mimpi 80 %
. Semenjak itulah Pamuji menghilang tak tentu rimbanya. Dulu

mayat-mayat

itu bergelimpangan hampir setiap saat. Pagi siang sore malam 81 %
itu bergelimpangan hampir setiap saat. Pagi siang sore malam

mayat-mayat

menggeletak di sudut-sudut pasar, terapung di kali, terbenam 82 %
terkapar di jalan tol. Setiap hari koran-koran memuat potret

mayat-mayat

bertato dengan luka tembakan di tengkuk, di jidat, di jantun 83 %
i jalan raya dari dalam sebuah mobil yang segera menghilang.

mayat-mayat

itu jatuh di tengah keramaian menggemparkan orang banyak. Or 85 %
uatnya sesak napas. Pamuji o Pamuji, di manakah kamu? Potret

mayat-mayat

itu kemudian menghilang dari koran-koran. Tapi mayat-mayat b 88 %
t mayat-mayat itu kemudian menghilang dari koran-koran. Tapi

mayat-mayat

bertato itu masih bermunculan dengan ciri yang sama. Tangan 88 %
itu. Apakah Pamuji telah menggeletak di suatu tempat seperti

mayat-mayat

di mulut gang? Sawitri pernah menerima surat dari Pamuji tan 92 %
dak kesampaian. Sawitri mengenal Asih. Mereka dulu sama-sama

melacur

di Mangga Besar. Karena Asih itulah maka Sawitri berkenalan 78 %
darah pada dada dan punggung orang itu tidak berwarna merah

melainkan

hitam. Darah itulah yang membedakan mayat bertato itu dengan 34 %
kain penutup mayat untuk melihat wajahnya tapi ia tak ingin

melakukannya

lagi. Sekali-sekalinya ia membuka kain penutup wajah, yang i 24 %
n reda, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Untuk

melihat

mayat bertato itu, Sawitri cukup membuka jendela samping rum 12 %
ahnya dan menengok ke kanan. Ia harus membungkuk kalau ingin

melihat

mayat itu dengan jelas. Kalau tidak, pandangannya akan terha 13 %
ka jendela itu dan menengok ke kanan sambil membungkuk untuk

melihat

mayat itu. Meskipun ia tertidur bila hujan turun tengah mala 17 %
e luar rumah dan menyeruak di antara kerumunan itu sampai ia

melihat

mayat. Ia tidak selalu berhasil melihat wajahnya karena kada 21 %
umunan itu sampai ia melihat mayat. Ia tidak selalu berhasil

melihat

wajahnya karena kadang-kadang mayat itu sudah terlanjur ditu 21 %
terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau sudah

melihat

sebagian saja dari mayat itu, apakah kakinya, tangannya atau 22 %
kit tatonya. Sawitri pernah membuka kain penutup mayat untuk

melihat

wajahnya tapi ia tak ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalin 24 %
etangganya. Sawitri hampir selalu menjadi orang pertama yang

melihat

mayat-mayat bertato itu. Ketika hujan belum benar-benar sele 26 %
g, entah ke surga atau ke neraka. Sawitri seolah-olah merasa

melihat

begitu banyak cerita pada mata itu namun ia merasa begitu su 40 %
dan ia punya istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga

melihat

mata yang bertanya-tanya. Mata yang menuntut. Mata yang meno 42 %
anga. Dan bila hujan belum betul-betul selesai, maka Sawitri

melihat

mulut yang menganga itu kemasukan air hujan. Sawitri merasa 47 %
an ia merasa tetangga-tetangganya itu bergembira setiap kali

melihat

mayat bertato tergeletak di mulut gang setiap kali hujan red 49 %
ke kanan sambil membungkuk lantas menutupnya kembali setelah

melihat

sesosok mayat bertato. Sawitri akan menarik napas panjang bi 56 %
sambil berteriak-teriak sehingga jalanan jadi macet. Sawitri

melihat

dengan mata kepala sendiri ketia sedang berbelanja pada suat 86 %
kepala sendiri ketia sedang berbelanja pada suatu siang. Ia

melihat

debu mengepul setelah mayat itu terbanting. Debu mengepul da 87 %
u tergeletak betul-betul seperti bangkai. Sawitri hanya akan

melihatnya

sepintas, tapi cukup jelas untuk mengingat bagaimana darah m 28 %
ur bila hujan turun tengah malam dan iramanya mengajak orang

melupakan

dunia fana namun Sawitri selalu terbangun ketika hujan reda 18 %
endengar bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Rumahnya

memang

terletak di sudut mulut gang itu. Pada malam hari, kadang-ka 3 %
ulut gang setiap kali hujan reda pada malam hari. Mungkin ia

memang

tidak mendengar apa-apa karena bunyi hujan yang masih deras. 6 %
saja yang disatukan dengan tali kawat. Kadang-kadang kakinya

memang

tidak terikat. Bahkan ada juga yang tidak terikat sama sekal 62 %
sak. Sawitri kadang-kadang merasa penembak orang bertato itu

memang

sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa menembak h 65 %
barnya. Sebenarnya mereka bisa menembak hanya di tempat yang

mematikan

saja, tapi mereka juga menembak di tempat-tempat yang tidak 66 %
ematikan. Apakah mereka menembak di tempat-tempat yang tidak

mematikan

hanya karena ingin membuat orang-orang bertato itu kesakitan 67 %
ang-orang bertato itu kesakitan? Di tempat-tempat yang tidak

mematikan

itu kadang-kadang terdapat gambar tato yang rusak karena lub 68 %
tidak mematikan. Kalau mereka menembak di tempat yang tidak

mematikan

itu lebih dulu, rasanya pasti sakit sekali, batin Sawitri. A 91 %
itu tidak berwarna merah melainkan hitam. Darah itulah yang

membedakan

mayat bertato itu dengan orang tidur. Kadang-kadang mata may 34 %
biasanya lebih banyak lubang pelurunya. Lubang-lubang peluru

membentuk

sebuah garis di punggung dan dada, sehingga lukisan-lukisan 64 %
a sepintas, tapi cukup jelas untuk mengingat bagaimana darah

membercak

pada semen yang basah dan sosok itu pun segera jadi basah da 29 %
ertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau para penembak itu

memberi

kesempatan pada Pamuji untuk melawan, ia belum tentu kalah. 94 %
aya lampu merkuri yang pucat kekuning-kuningan kadang-kadang

membuat

warna darah pada dada dan punggung orang itu tidak berwarna 33 %
saja basah. Basah oleh darah dan hujan dan kerjap halilintar

membuat

darah dan tubuh yang basah itu berkilat dan darah dan basah 44 %
bak di tempat-tempat yang tidak mematikan hanya karena ingin

membuat

orang-orang bertato itu kesakitan? Di tempat-tempat yang tid 67 %
tertelungkup, namun cahaya lampu merkuri cukup terang untuk

membuat

Sawitri mengenali tato di punggungnya yang sudah berlubang-l 70 %
ebu mengepul setelah mayat itu terbanting. Debu mengepul dan

membuatnya

sesak napas. Pamuji o Pamuji, di manakah kamu? Potret mayat- 87 %
ayat bertato. Untuk melihat mayat bertato itu, Sawitri cukup

membuka

jendela samping rumahnya dan menengok ke kanan. Ia harus mem 13 %
ujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja

membuka

jendela itu dan menengok ke kanan sambil membungkuk untuk me 17 %
itri selalu terbangun ketika hujan reda dan ia akan langsung

membuka

jendela lantas menengok ke kanan sambil membungkuk. Ia selal 19 %
kinya, tangannya atau paling sedikit tatonya. Sawitri pernah

membuka

kain penutup mayat untuk melihat wajahnya tapi ia tak ingin 23 %
nya tapi ia tak ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalinya ia

membuka

kain penutup wajah, yang ia lihat adalah wajah menyeringai d 24 %
natap tepat pada Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan setelah

membuka

jendela dan membungkuk, setelah hujan mereda. Sawitri juga s 35 %
dalam arak-arakan yang bersorak-sorai gembira itu. Ia cukup

membuka

jendela setiap kali hujan reda dan menengok ke kanan sambil 56 %
elalu menatap ke arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri akan

membuka

jendela lantas menengok ke kanan… “Apakah pada akhir cerita 98 %
uka jendela samping rumahnya dan menengok ke kanan. Ia harus

membungkuk

kalau ingin melihat mayat itu dengan jelas. Kalau tidak, pan 13 %
au tidak, pandangannya akan terhalang daun jendela. Ia harus

membungkuk

sampai perutnya menekan bibir jendela dan tempias sisa air h 14 %
tetap saja membuka jendela itu dan menengok ke kanan sambil

membungkuk

untuk melihat mayat itu. Meskipun ia tertidur bila hujan tur 17 %
jendela setiap kali hujan reda dan menengok ke kanan sambil

membungkuk

lantas menutupnya kembali setelah melihat sesosok mayat bert 56 %
ilingkari gambar jantung hati tanda cinta. Sawitri ingat, ia

membutuhkan

waktu dua hari untuk mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jaru 74 %
tan dengan lumpur karena orang-orang kampung menyeret dengan

memegang

kakinya. Sawitri tak pernah ikut dalam arak-arakan yang bers 55 %
dapat gambar tato yang rusak karena lubang peluru. Ia selalu

memperhatikan

tato orang-orang yang tergeletak di mulut gang setiap kali h 68 %
a wanita, tulisan-tulisan, huruf-huruf besar… Sawitri selalu

memperhatikan

tato karena Pamuji juga bertato. Ia pernah menato namanya se 73 %
di got, atau terkapar di jalan tol. Setiap hari koran-koran

memuat

potret mayat-mayat bertato dengan luka tembakan di tengkuk, 83 %
kembali setelah melihat sesosok mayat bertato. Sawitri akan

menarik

napas panjang bila ternyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah 57 %
Indonesia sambil menjahit. Matanya sering kali pedas karena

menatap

lubang jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi ped 10 %
bil membungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi ia selalu ingin

menatap

wajah mayat-mayat bertato itu. Jika mayat itu sudah terlanju 20 %
itu dengan orang tidur. Kadang-kadang mata mayat bertato itu

menatap

tepat pada Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan setelah membu 35 %
k, setelah hujan mereda. Sawitri juga sering merasa bahwa ia

menatap

mereka tepat pada akhir hidupnya. Mata itu masih hidup ketik 36 %
lut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka selalu

menatap

ke arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri akan membuka jende 97 %
alu memperhatikan tato karena Pamuji juga bertato. Ia pernah

menato

namanya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di dada bidang le 73 %
itu banyak cerita pada mata itu namun ia merasa begitu sulit

menceritakannya

kembali. Sawitri kadang-kadang merasa orang itu ingin berter 41 %
kan oleh takdir itu sendiri. Sesekali kepala itu menelungkup

mencium

bumi atau tengadah ke langit dengan mata terbelalak dan mulu 46 %
da cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan waktu dua hari untuk

mencocok-cocok

kulit Pamuji dengan jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri ya 75 %
o. Itulah sebabnya Sawitri selalu merasa gemetar setiap kali

mendengar

bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Rumahnya memang t 3 %
sudut mulut gang itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia bisa

mendengar

bunyi semacam letupan dan bunyi mesin kendaraan yang menjauh 4 %
i mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang pula ia tak

mendengar

apa-apa, meskipun sesosok mayat bertato tetap saja menggelet 4 %
iap kali hujan reda pada malam hari. Mungkin ia memang tidak

mendengar

apa-apa karena bunyi hujan yang masih deras. Hujan yang dera 6 %
on yang tidak usah terlalu besar. Mungkin pula Sawitri tidak

mendengar

apa-apa karena ia mengantuk dan kadang-kadang tertidur. Mung 8 %
Dari dalam rumahnya yang terletak di sudut gang itu Sawitri

mendengar

apa saja yang mereka percakapkan. Mereka berteriak-teriak sa 50 %
. Mungkin karena ia menyetel radionya terlalu keras. Ia suka

mendengarkan

lagu-lagu pop Indonesia sambil menjahit. Matanya sering kali 9 %
menutup matanya sejenak. Saat menutup matanya sejenak itu ia

mendengarkan

sepotong lagu dari radio. Dan saat ia mendengarkan lagu itu 11 %
ak itu ia mendengarkan sepotong lagu dari radio. Dan saat ia

mendengarkan

lagu itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi tetap saja setiap k 11 %
terhalang daun jendela. Ia harus membungkuk sampai perutnya

menekan

bibir jendela dan tempias sisa air hujan menitik-nitik di ra 14 %
erti dipaksakan oleh takdir itu sendiri. Sesekali kepala itu

menelungkup

mencium bumi atau tengadah ke langit dengan mata terbelalak 46 %
itu memang sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa

menembak

hanya di tempat yang mematikan saja, tapi mereka juga menemb 65 %
nembak hanya di tempat yang mematikan saja, tapi mereka juga

menembak

di tempat-tempat yang tidak mematikan. Apakah mereka menemba 66 %
enembak di tempat-tempat yang tidak mematikan. Apakah mereka

menembak

di tempat-tempat yang tidak mematikan hanya karena ingin mem 66 %
ang peluru lain di tempat yang tidak mematikan. Kalau mereka

menembak

di tempat yang tidak mematikan itu lebih dulu, rasanya pasti 90 %
dia sekarang!” “Anjing!” “Anjing!” Kadang-kadang mereka juga

menendang-nendang

mayat itu dan menginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat 53 %
tato itu, Sawitri cukup membuka jendela samping rumahnya dan

menengok

ke kanan. Ia harus membungkuk kalau ingin melihat mayat itu 13 %
ah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja membuka jendela itu dan

menengok

ke kanan sambil membungkuk untuk melihat mayat itu. Meskipun 17 %
etika hujan reda dan ia akan langsung membuka jendela lantas

menengok

ke kanan sambil membungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi ia 19 %
ira itu. Ia cukup membuka jendela setiap kali hujan reda dan

menengok

ke kanan sambil membungkuk lantas menutupnya kembali setelah 56 %
awitri, seolah-olah tahu Sawitri akan membuka jendela lantas

menengok

ke kanan… “Apakah pada akhir cerita Sawitri akan berjumpa ke 98 %
atu tempat seperti mayat-mayat di mulut gang? Sawitri pernah

menerima

surat dari Pamuji tanpa alamat pengirim, tapi hanya satu kal 92 %
kipun ia tertidur bila hujan turun tengah malam dan iramanya

mengajak

orang melupakan dunia fana namun Sawitri selalu terbangun ke 18 %
tak di ujung gang itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak akan

mengalami

nasib yang sama? Itulah sebabnya Sawitri selalu gemetar seti 96 %
n belum betul-betul selesai, maka Sawitri melihat mulut yang

menganga

itu kemasukan air hujan. Sawitri merasa tetangga-tetangganya 47 %
esar. Mungkin pula Sawitri tidak mendengar apa-apa karena ia

mengantuk

dan kadang-kadang tertidur. Mungkin karena ia menyetel radio 8 %
pernah jatuh cinta pada Asih, tapi tidak kesampaian. Sawitri

mengenal

Asih. Mereka dulu sama-sama melacur di Mangga Besar. Karena 78 %
ujan reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Sesekali Sawitri

mengenali

mayat-mayat bertato itu, Kandang Jinongkeng, Pentung Pinangg 59 %
mulut gang setiap kali hujan reda. Begitulah caranya Sawitri

mengenali

Kandang Jinongkeng. Wajahnya tertelungkup, namun cahaya lamp 69 %
amun cahaya lampu merkuri cukup terang untuk membuat Sawitri

mengenali

tato di punggungnya yang sudah berlubang-lubang. Sebuah tuli 70 %
ri ketia sedang berbelanja pada suatu siang. Ia melihat debu

mengepul

setelah mayat itu terbanting. Debu mengepul dan membuatnya s 87 %
Ia melihat debu mengepul setelah mayat itu terbanting. Debu

mengepul

dan membuatnya sesak napas. Pamuji o Pamuji, di manakah kamu 87 %
ertatapan dengan sosok-sosok bertato itu, sehingga ia merasa

mengerti

apakah orang itu masih hidup atau sudah mati, hanya dengan s 38 %
saja yang mereka percakapkan. Mereka berteriak-teriak sambil

mengerumuni

mayat yang tergeletak itu meskipun kadang-kadang hujan belum 51 %
di tengah keramaian menggemparkan orang banyak. Orang-orang

mengerumuni

mayat itu sambil berteriak-teriak sehingga jalanan jadi mace 86 %
mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat bertato tetap saja

menggeletak

di mulut gang setiap kali hujan reda pada malam hari. Mungki 5 %
itu, Kandang Jinongkeng, Pentung Pinanggul… Mayat-mayat itu

menggeletak

di sana, betul-betul seperti bangkai tikus yang dibuang di t 60 %
pangan hampir setiap saat. Pagi siang sore malam mayat-mayat

menggeletak

di sudut-sudut pasar, terapung di kali, terbenam di got, ata 82 %
dengan kaki tangan terikat seperti itu. Apakah Pamuji telah

menggeletak

di suatu tempat seperti mayat-mayat di mulut gang? Sawitri p 92 %
segera menghilang. Mayat-mayat itu jatuh di tengah keramaian

menggemparkan

orang banyak. Orang-orang mengerumuni mayat itu sambil berte 85 %
up bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri. Semenjak itulah Pamuji

menghilang

tak tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat itu bergelimpangan hamp 81 %
i o Pamuji, di manakah kamu? Potret mayat-mayat itu kemudian

menghilang

dari koran-koran. Tapi mayat-mayat bertato itu masih bermunc 88 %
witri hanya akan melihatnya sepintas, tapi cukup jelas untuk

mengingat

bagaimana darah membercak pada semen yang basah dan sosok it 29 %
n SAYANG MAMA, dan gambar salib di lengan kiri. Sawitri bisa

mengingat

dengan jelas lukisan-lukisan pada mayat-mayat itu. Jangkar, 71 %
!” Kadang-kadang mereka juga menendang-nendang mayat itu dan

menginjak-injak

wajahnya. Kadang-kadang mayat itu mereka seret saja sepanjan 53 %
elalu merasa gemetar setiap kali mendengar bunyi hujan mulai

menitik

di atas genting. Rumahnya memang terletak di sudut mulut gan 3 %
ebabnya Sawitri selalu gemetar setiap kali bunyi hujan mulai

menitik

di atas genting. Setiap kali hujan selesai, di mulut gang it 96 %
ai perutnya menekan bibir jendela dan tempias sisa air hujan

menitik-nitik

di rambutnya dan juga di sebagian wajahnya. Dadanya selalu b 15 %
ena menatap lubang jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya

menjadi

pedas dan berair ia menutup matanya sejenak. Saat menutup ma 10 %
ikut berkerumun di antara tetangganya. Sawitri hampir selalu

menjadi

orang pertama yang melihat mayat-mayat bertato itu. Ketika h 26 %
ai selalu ada mayat tergeletak di ujung gang itu, siapa bisa

menjamin

Pamuji tidak akan mengalami nasib yang sama? Itulah sebabnya 95 %
rita itu. Maka juru cerita itu pun menjawab: “Aku belum bisa

menjawab

Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 99 %
” tanya Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun

menjawab:

“Aku belum bisa menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 99 %
ihat mata yang bertanya-tanya. Mata yang menuntut. Mata yang

menolak

takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato yang tegap itu tetap saja b 43 %
mata mayat bertato itu menatap tepat pada Sawitri, ketika ia

menoleh

ke kanan setelah membuka jendela dan membungkuk, setelah huj 35 %
bertato. Ia pernah menato namanya sendiri di dada Pamuji. Ia

menulis

di dada bidang lelaki itu: SAWITRI. Tulisan itu masih diling 73 %
san mawar yang bagus. Di bawah mawar itu ada tulisan Nungki.

menurut

Pamuji, itulah kekasihnya yang pertama. Lantas ada lukisan w 76 %
ta telanjang. Di dada wanita telanjang itu ada tulisan Asih.

menurut

Pamuji pula, ia pernah jatuh cinta pada Asih, tapi tidak kes 77 %
am cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi pedas dan berair ia

menutup

matanya sejenak. Saat menutup matanya sejenak itu ia mendeng 10 %
ya menjadi pedas dan berair ia menutup matanya sejenak. Saat

menutup

matanya sejenak itu ia mendengarkan sepotong lagu dari radio 11 %
li hujan reda dan menengok ke kanan sambil membungkuk lantas

menutupnya

kembali setelah melihat sesosok mayat bertato. Sawitri akan 56 %
sudah terlanjur dikerumuni para tetangga, Sawitri pun selalu

menyempatkan

diri ke luar rumah dan menyeruak di antara kerumunan itu sam 21 %
tato itu berlepotan dengan lumpur karena orang-orang kampung

menyeret

dengan memegang kakinya. Sawitri tak pernah ikut dalam arak- 55 %
ya ia membuka kain penutup wajah, yang ia lihat adalah wajah

menyeringai

dengan mata terbeliak dan giginya meringis seperti masih hid 25 %
ngga, Sawitri pun selalu menyempatkan diri ke luar rumah dan

menyeruak

di antara kerumunan itu sampai ia melihat mayat. Ia tidak se 21 %
a ia mengantuk dan kadang-kadang tertidur. Mungkin karena ia

menyetel

radionya terlalu keras. Ia suka mendengarkan lagu-lagu pop I 9 %
warna darah pada dada dan punggung orang itu tidak berwarna

merah

melainkan hitam. Darah itulah yang membedakan mayat bertato 34 %
tergeletaklah mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitri selalu

merasa

gemetar setiap kali mendengar bunyi hujan mulai menitik di a 2 %
endela lantas menengok ke kanan sambil membungkuk. Ia selalu

merasa

takut, tapi ia selalu ingin menatap wajah mayat-mayat bertat 19 %
la dan membungkuk, setelah hujan mereda. Sawitri juga sering

merasa

bahwa ia menatap mereka tepat pada akhir hidupnya. Mata itu 36 %
witri bertatapan dengan sosok-sosok bertato itu, sehingga ia

merasa

mengerti apakah orang itu masih hidup atau sudah mati, hanya 38 %
melayang, entah ke surga atau ke neraka. Sawitri seolah-olah

merasa

melihat begitu banyak cerita pada mata itu namun ia merasa b 40 %
h merasa melihat begitu banyak cerita pada mata itu namun ia

merasa

begitu sulit menceritakannya kembali. Sawitri kadang-kadang 41 %
begitu sulit menceritakannya kembali. Sawitri kadang-kadang

merasa

orang itu ingin berteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih 41 %
melihat mulut yang menganga itu kemasukan air hujan. Sawitri

merasa

tetangga-tetangganya sudah terbiasa dengan mayat-mayat berta 47 %
ya sudah terbiasa dengan mayat-mayat bertato itu. Malahan ia

merasa

tetangga-tetangganya itu bergembira setiap kali melihat maya 48 %
seperti bangkai tikus yang dibuang di tengah jalan. Sawitri

merasa

nasib mereka lebih buruk dari binatang yang disembelih. Maya 60 %
san-lukisan tato yang indah itu rusak. Sawitri kadang-kadang

merasa

penembak orang bertato itu memang sengaja merusak gambarnya. 65 %
ah hujan mereda. Sawitri juga sering merasa bahwa ia menatap

mereka

tepat pada akhir hidupnya. Mata itu masih hidup ketika berte 36 %
g terletak di sudut gang itu Sawitri mendengar apa saja yang

mereka

percakapkan. Mereka berteriak-teriak sambil mengerumuni maya 50 %
gang itu Sawitri mendengar apa saja yang mereka percakapkan.

mereka

berteriak-teriak sambil mengerumuni mayat yang tergeletak it 50 %
, tahu rasa dia sekarang!” “Anjing!” “Anjing!” Kadang-kadang

mereka

juga menendang-nendang mayat itu dan menginjak-injak wajahny 53 %
at itu dan menginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat itu

mereka

seret saja sepanjang jalan ke kelurahan sehingga wajah orang 54 %
kai tikus yang dibuang di tengah jalan. Sawitri merasa nasib

mereka

lebih buruk dari binatang yang disembelih. Mayat-mayat itu t 60 %
ang bertato itu memang sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya

mereka

bisa menembak hanya di tempat yang mematikan saja, tapi mere 65 %
reka bisa menembak hanya di tempat yang mematikan saja, tapi

mereka

juga menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan. Apakah 66 %
juga menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan. Apakah

mereka

menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan hanya karena 66 %
nta pada Asih, tapi tidak kesampaian. Sawitri mengenal Asih.

mereka

dulu sama-sama melacur di Mangga Besar. Karena Asih itulah m 78 %
itu masih bermunculan dengan ciri yang sama. Tangan dan kaki

mereka

terikat. Mereka tertembak di tempat yang mematikan, namun ma 89 %
culan dengan ciri yang sama. Tangan dan kaki mereka terikat.

mereka

tertembak di tempat yang mematikan, namun masih ada lubang-l 89 %
ang-lubang peluru lain di tempat yang tidak mematikan. Kalau

mereka

menembak di tempat yang tidak mematikan itu lebih dulu, rasa 90 %
selesai, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Mata

mereka

selalu menatap ke arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri aka 97 %
t adalah wajah menyeringai dengan mata terbeliak dan giginya

meringis

seperti masih hidup. Sebuah wajah yang menyeramkan. Namun se 25 %
hingga tampak seperti tabir yang berkilat dalam cahaya lampu

merkuri

yang kekuning-kuningan. Sosok tubuh manusia itu tergeletak b 28 %
bagaikan layar pada sebuah panggung sandiwara. Cahaya lampu

merkuri

yang pucat kekuning-kuningan kadang-kadang membuat warna dar 33 %
setiap kali hujan reda dan mayat itu disemprot cahaya lampu

merkuri

yang kekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya yang terletak di 49 %
andang Jinongkeng. Wajahnya tertelungkup, namun cahaya lampu

merkuri

cukup terang untuk membuat Sawitri mengenali tato di punggun 70 %
dang-kadang merasa penembak orang bertato itu memang sengaja

merusak

gambarnya. Sebenarnya mereka bisa menembak hanya di tempat y 65 %
ang-kadang ia bisa mendengar bunyi semacam letupan dan bunyi

mesin

kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang pula ia tak mendeng 4 %
ang menjauh. Namun tak jarang pula ia tak mendengar apa-apa,

meskipun

sesosok mayat bertato tetap saja menggeletak di mulut gang s 5 %
menengok ke kanan sambil membungkuk untuk melihat mayat itu.

meskipun

ia tertidur bila hujan turun tengah malam dan iramanya menga 17 %
erteriak-teriak sambil mengerumuni mayat yang tergeletak itu

meskipun

kadang-kadang hujan belum benar-benar selesai dan anak-anak 51 %
masa yang telah berlalu! Maka hujan pun turun seperti sebuah

mimpi

buruk. Semenjak tahun-tahun terakhir ini, semenjak mayat-may 80 %
mayat bertato bergelimpangan di segala sudut, hidup bagaikan

mimpi

buruk bagi Sawitri. Semenjak itulah Pamuji menghilang tak te 81 %
arkan pada siang hari bolong di jalan raya dari dalam sebuah

mobil

yang segera menghilang. Mayat-mayat itu jatuh di tengah kera 85 %
itri selalu merasa gemetar setiap kali mendengar bunyi hujan

mulai

menitik di atas genting. Rumahnya memang terletak di sudut m 3 %
ulah sebabnya Sawitri selalu gemetar setiap kali bunyi hujan

mulai

menitik di atas genting. Setiap kali hujan selesai, di mulut 96 %
un bercerita tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pada

mulut

gang itu tergeletaklah mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitr 2 %
i menitik di atas genting. Rumahnya memang terletak di sudut

mulut

gang itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia bisa mendengar b 3 %
pa, meskipun sesosok mayat bertato tetap saja menggeletak di

mulut

gang setiap kali hujan reda pada malam hari. Mungkin ia mema 5 %
dang ia tertidur. Tapi tetap saja setiap kali hujan reda, di

mulut

gang itu tergeletaklah mayat bertato. Untuk melihat mayat be 12 %
cium bumi atau tengadah ke langit dengan mata terbelalak dan

mulut

ternganga. Dan bila hujan belum betul-betul selesai, maka Sa 46 %
n bila hujan belum betul-betul selesai, maka Sawitri melihat

mulut

yang menganga itu kemasukan air hujan. Sawitri merasa tetang 47 %
u bergembira setiap kali melihat mayat bertato tergeletak di

mulut

gang setiap kali hujan reda dan mayat itu disemprot cahaya l 49 %
at itu dan bukankah di antara mayat-mayat yang tergeletak di

mulut

gang setiap kali hujan reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji 58 %
Ia selalu memperhatikan tato orang-orang yang tergeletak di

mulut

gang setiap kali hujan reda. Begitulah caranya Sawitri menge 69 %
uji telah menggeletak di suatu tempat seperti mayat-mayat di

mulut

gang? Sawitri pernah menerima surat dari Pamuji tanpa alamat 92 %
mulai menitik di atas genting. Setiap kali hujan selesai, di

mulut

gang itu tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka selalu men 97 %
eletak di mulut gang setiap kali hujan reda pada malam hari.

mungkin

ia memang tidak mendengar apa-apa karena bunyi hujan yang ma 5 %
kan remuk jika tertimpa pohon yang tidak usah terlalu besar.

mungkin

pula Sawitri tidak mendengar apa-apa karena ia mengantuk dan 8 %
ngar apa-apa karena ia mengantuk dan kadang-kadang tertidur.

mungkin

karena ia menyetel radionya terlalu keras. Ia suka mendengar 9 %
mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum. Namun bukan hanya

nama

Sawitri yang bertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat di leng 75 %
at-mayat itu. Jangkar, jantung hati, bunga mawar, tengkorak,

nama-nama

wanita, tulisan-tulisan, huruf-huruf besar… Sawitri selalu m 72 %
perhatikan tato karena Pamuji juga bertato. Ia pernah menato

namanya

sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di dada bidang lelaki itu 73 %
unyi semacam letupan dan bunyi mesin kendaraan yang menjauh.

namun

tak jarang pula ia tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok m 4 %
engah malam dan iramanya mengajak orang melupakan dunia fana

namun

Sawitri selalu terbangun ketika hujan reda dan ia akan langs 18 %
meringis seperti masih hidup. Sebuah wajah yang menyeramkan.

namun

sebetulnya Sawitri cukup jarang ikut berkerumun di antara te 25 %
eolah-olah merasa melihat begitu banyak cerita pada mata itu

namun

ia merasa begitu sulit menceritakannya kembali. Sawitri kada 41 %
dak terikat. Bahkan ada juga yang tidak terikat sama sekali.

namun

mayat-mayat yang tidak terikat itu biasanya lebih banyak lub 63 %
Sawitri mengenali Kandang Jinongkeng. Wajahnya tertelungkup,

namun

cahaya lampu merkuri cukup terang untuk membuat Sawitri meng 70 %
ktu dua hari untuk mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum.

namun

bukan hanya nama Sawitri yang bertato di dada Pamuji. Ia sel 75 %
i mereka terikat. Mereka tertembak di tempat yang mematikan,

namun

masih ada lubang-lubang peluru lain di tempat yang tidak mem 90 %
setelah melihat sesosok mayat bertato. Sawitri akan menarik

napas

panjang bila ternyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuj 57 %
i bangkai tikus yang dibuang di tengah jalan. Sawitri merasa

nasib

mereka lebih buruk dari binatang yang disembelih. Mayat-maya 60 %
ng gang itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak akan mengalami

nasib

yang sama? Itulah sebabnya Sawitri selalu gemetar setiap kal 96 %
ya dengan sekilas pandang. Ia pun segera bisa merasa, apakah

nyawa

orang itu masih ada di tubuhnya, atau baru saja pergi, atau 39 %
ng Sawitri punya kesan mayat bertato itu seperti orang tidur

nyenyak

atau orang tersenyum. Orang-orang bertato itu tidur nyenyak 31 %
nyenyak atau orang tersenyum. Orang-orang bertato itu tidur

nyenyak

dan tersenyum dalam buaian gerimis yang di mata Sawitri kada 32 %
terbanting. Debu mengepul dan membuatnya sesak napas. Pamuji

o

Pamuji, di manakah kamu? Potret mayat-mayat itu kemudian men 88 %
Bunyi Hujan di Atas Genting

oleh

Seno Gumira Ajidarma “Ceritakanlah padaku tentang ketakutan, 0 %
i tubuh-tubuh bertato yang tegap itu tetap saja basah. Basah

oleh

darah dan hujan dan kerjap halilintar membuat darah dan tubu 44 %
ng itu terkulai ke depan atau ke belakang seperti dipaksakan

oleh

takdir itu sendiri. Sesekali kepala itu menelungkup mencium 45 %
tertidur bila hujan turun tengah malam dan iramanya mengajak

orang

melupakan dunia fana namun Sawitri selalu terbangun ketika h 18 %
kerumun di antara tetangganya. Sawitri hampir selalu menjadi

orang

pertama yang melihat mayat-mayat bertato itu. Ketika hujan b 26 %
pun segera jadi basah dan rambut dan brewok dan celana kolor

orang

itu juga basah. Tidak semua wajah mayat-mayat bertato itu me 30 %
Kadang-kadang Sawitri punya kesan mayat bertato itu seperti

orang

tidur nyenyak atau orang tersenyum. Orang-orang bertato itu 31 %
nya kesan mayat bertato itu seperti orang tidur nyenyak atau

orang

tersenyum. Orang-orang bertato itu tidur nyenyak dan terseny 31 %
gan kadang-kadang membuat warna darah pada dada dan punggung

orang

itu tidak berwarna merah melainkan hitam. Darah itulah yang 34 %
hitam. Darah itulah yang membedakan mayat bertato itu dengan

orang

tidur. Kadang-kadang mata mayat bertato itu menatap tepat pa 34 %
sosok-sosok bertato itu, sehingga ia merasa mengerti apakah

orang

itu masih hidup atau sudah mati, hanya dengan sekilas pandan 38 %
gan sekilas pandang. Ia pun segera bisa merasa, apakah nyawa

orang

itu masih ada di tubuhnya, atau baru saja pergi, atau sudah 39 %
sulit menceritakannya kembali. Sawitri kadang-kadang merasa

orang

itu ingin berteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin 41 %
ereka seret saja sepanjang jalan ke kelurahan sehingga wajah

orang

bertato itu berlepotan dengan lumpur karena orang-orang kamp 54 %
yang indah itu rusak. Sawitri kadang-kadang merasa penembak

orang

bertato itu memang sengaja merusak gambarnya. Sebenarnya mer 65 %
ang. Mayat-mayat itu jatuh di tengah keramaian menggemparkan

orang

banyak. Orang-orang mengerumuni mayat itu sambil berteriak-t 85 %
ertato itu seperti orang tidur nyenyak atau orang tersenyum.

orang-orang

bertato itu tidur nyenyak dan tersenyum dalam buaian gerimis 31 %
t dan darah dan basah hujan pada semen juga berkilat. Kepala

orang-orang

itu terkulai ke depan atau ke belakang seperti dipaksakan ol 45 %
ngga wajah orang bertato itu berlepotan dengan lumpur karena

orang-orang

kampung menyeret dengan memegang kakinya. Sawitri tak pernah 54 %
empat-tempat yang tidak mematikan hanya karena ingin membuat

orang-orang

bertato itu kesakitan? Di tempat-tempat yang tidak mematikan 67 %
ang rusak karena lubang peluru. Ia selalu memperhatikan tato

orang-orang

yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda. Begitu 68 %
at itu jatuh di tengah keramaian menggemparkan orang banyak.

orang-orang

mengerumuni mayat itu sambil berteriak-teriak sehingga jalan 86 %
Ajidarma “Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,” kata Alina

pada

juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun bercerita tentang 1 %
itu pun bercerita tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda,

pada

mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Itulah sebabnya 2 %
s genting. Rumahnya memang terletak di sudut mulut gang itu.

pada

malam hari, kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi semacam le 3 %
tetap saja menggeletak di mulut gang setiap kali hujan reda

pada

malam hari. Mungkin ia memang tidak mendengar apa-apa karena 5 %
, tapi cukup jelas untuk mengingat bagaimana darah membercak

pada

semen yang basah dan sosok itu pun segera jadi basah dan ram 29 %
mis yang di mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan layar

pada

sebuah panggung sandiwara. Cahaya lampu merkuri yang pucat k 32 %
ng pucat kekuning-kuningan kadang-kadang membuat warna darah

pada

dada dan punggung orang itu tidak berwarna merah melainkan h 33 %
ng tidur. Kadang-kadang mata mayat bertato itu menatap tepat

pada

Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan setelah membuka jendela 35 %
da. Sawitri juga sering merasa bahwa ia menatap mereka tepat

pada

akhir hidupnya. Mata itu masih hidup ketika bertemu dengan m 36 %
engan mata Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa mata itu

pada

akhir pandangannya begitu banyak bercerita. Begitu sering Sa 37 %
aka. Sawitri seolah-olah merasa melihat begitu banyak cerita

pada

mata itu namun ia merasa begitu sulit menceritakannya kembal 41 %
dan tubuh yang basah itu berkilat dan darah dan basah hujan

pada

semen juga berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai ke depa 44 %
an kiri. Sawitri bisa mengingat dengan jelas lukisan-lukisan

pada

mayat-mayat itu. Jangkar, jantung hati, bunga mawar, tengkor 71 %
ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, ia pernah jatuh cinta

pada

Asih, tapi tidak kesampaian. Sawitri mengenal Asih. Mereka d 78 %
dua mata. Kadang-kadang bahkan mayat bertato itu dilemparkan

pada

siang hari bolong di jalan raya dari dalam sebuah mobil yang 84 %
i melihat dengan mata kepala sendiri ketia sedang berbelanja

pada

suatu siang. Ia melihat debu mengepul setelah mayat itu terb 87 %
angat cerdik. Dan kalau para penembak itu memberi kesempatan

pada

Pamuji untuk melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu, Pa 94 %
witri akan membuka jendela lantas menengok ke kanan… “Apakah

pada

akhir cerita Sawitri akan berjumpa kembali dengan Pamuji?” t 98 %
ta Sawitri akan berjumpa kembali dengan Pamuji?” tanya Alina

pada

juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun menjawab: “Aku bel 99 %
ujan di Atas Genting oleh Seno Gumira Ajidarma “Ceritakanlah

padaku

tentang ketakutan,” kata Alina pada juru cerita itu. Maka ju 1 %
nya. Dulu mayat-mayat itu bergelimpangan hampir setiap saat.

pagi

siang sore malam mayat-mayat menggeletak di sudut-sudut pasa 82 %
sebagian saja dari mayat itu, apakah kakinya, tangannya atau

paling

sedikit tatonya. Sawitri pernah membuka kain penutup mayat u 23 %
napas panjang bila ternyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah

pamuji

juga bertato seperti mayat-mayat itu dan bukankah di antara 57 %
huruf-huruf besar… Sawitri selalu memperhatikan tato karena

pamuji

juga bertato. Ia pernah menato namanya sendiri di dada Pamuj 73 %
at, ia membutuhkan waktu dua hari untuk mencocok-cocok kulit

pamuji

dengan jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri yang bertato di 75 %
jang. Di dada wanita telanjang itu ada tulisan Asih. Menurut

pamuji

pula, ia pernah jatuh cinta pada Asih, tapi tidak kesampaian 77 %
ut, hidup bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri. Semenjak itulah

pamuji

menghilang tak tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat itu bergelim 81 %
at itu terbanting. Debu mengepul dan membuatnya sesak napas.

pamuji

o Pamuji, di manakah kamu? Potret mayat-mayat itu kemudian m 88 %
itri. Apalagi dengan kaki tangan terikat seperti itu. Apakah

pamuji

telah menggeletak di suatu tempat seperti mayat-mayat di mul 92 %
ayat-mayat di mulut gang? Sawitri pernah menerima surat dari

pamuji

tanpa alamat pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetul 92 %
mat pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetulnya yakin

pamuji

tak akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau para pe 93 %
u kali. Sawitri sebetulnya yakin Pamuji tak akan tertangkap.

pamuji

sangat cerdik. Dan kalau para penembak itu memberi kesempata 93 %
cerdik. Dan kalau para penembak itu memberi kesempatan pada

pamuji

untuk melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu, Pamuji ju 94 %
da Pamuji untuk melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu,

pamuji

juga sangat pandai berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan s 94 %
ada mayat tergeletak di ujung gang itu, siapa bisa menjamin

pamuji

tidak akan mengalami nasib yang sama? Itulah sebabnya Sawitr 96 %
napas panjang bila ternyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah

pamuji

juga bertato seperti mayat-mayat itu dan bukankah di antara 57 %
huruf-huruf besar… Sawitri selalu memperhatikan tato karena

pamuji

juga bertato. Ia pernah menato namanya sendiri di dada Pamuj 73 %
at, ia membutuhkan waktu dua hari untuk mencocok-cocok kulit

pamuji

dengan jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri yang bertato di 75 %
jang. Di dada wanita telanjang itu ada tulisan Asih. Menurut

pamuji

pula, ia pernah jatuh cinta pada Asih, tapi tidak kesampaian 77 %
ut, hidup bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri. Semenjak itulah

pamuji

menghilang tak tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat itu bergelim 81 %
at itu terbanting. Debu mengepul dan membuatnya sesak napas.

pamuji

o Pamuji, di manakah kamu? Potret mayat-mayat itu kemudian m 88 %
itri. Apalagi dengan kaki tangan terikat seperti itu. Apakah

pamuji

telah menggeletak di suatu tempat seperti mayat-mayat di mul 92 %
ayat-mayat di mulut gang? Sawitri pernah menerima surat dari

pamuji

tanpa alamat pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetul 92 %
mat pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetulnya yakin

pamuji

tak akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau para pe 93 %
u kali. Sawitri sebetulnya yakin Pamuji tak akan tertangkap.

pamuji

sangat cerdik. Dan kalau para penembak itu memberi kesempata 93 %
cerdik. Dan kalau para penembak itu memberi kesempatan pada

pamuji

untuk melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu, Pamuji ju 94 %
da Pamuji untuk melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu,

pamuji

juga sangat pandai berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan s 94 %
ada mayat tergeletak di ujung gang itu, siapa bisa menjamin

pamuji

tidak akan mengalami nasib yang sama? Itulah sebabnya Sawitr 96 %
awan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu, Pamuji juga sangat

pandai

berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan selesai selalu ada m 95 %
kuk kalau ingin melihat mayat itu dengan jelas. Kalau tidak,

pandangannya

akan terhalang daun jendela. Ia harus membungkuk sampai peru 14 %
Sawitri. Dan Sawitri bisa merasa, betapa mata itu pada akhir

pandangannya

begitu banyak bercerita. Begitu sering Sawitri bertatapan de 37 %
mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan layar pada sebuah

panggung

sandiwara. Cahaya lampu merkuri yang pucat kekuning-kuningan 32 %
ah melihat sesosok mayat bertato. Sawitri akan menarik napas

panjang

bila ternyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuji juga b 57 %
mayat bertato itu. Jika mayat itu sudah terlanjur dikerumuni

para

tetangga, Sawitri pun selalu menyempatkan diri ke luar rumah 20 %
Pamuji tak akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau

para

penembak itu memberi kesempatan pada Pamuji untuk melawan, i 94 %
embak di tempat yang tidak mematikan itu lebih dulu, rasanya

pasti

sakit sekali, batin Sawitri. Apalagi dengan kaki tangan teri 91 %
lagu-lagu pop Indonesia sambil menjahit. Matanya sering kali

pedas

karena menatap lubang jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau mata 10 %
tap lubang jarum dalam cahaya 15 watt. Kalau matanya menjadi

pedas

dan berair ia menutup matanya sejenak. Saat menutup matanya 10 %
at itu biasanya lebih banyak lubang pelurunya. Lubang-lubang

peluru

membentuk sebuah garis di punggung dan dada, sehingga lukisa 64 %
mbak di tempat yang mematikan, namun masih ada lubang-lubang

peluru

lain di tempat yang tidak mematikan. Kalau mereka menembak d 90 %
isan tato yang indah itu rusak. Sawitri kadang-kadang merasa

penembak

orang bertato itu memang sengaja merusak gambarnya. Sebenarn 65 %
ji tak akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau para

penembak

itu memberi kesempatan pada Pamuji untuk melawan, ia belum t 94 %
witri mengenali mayat-mayat bertato itu, Kandang Jinongkeng,

pentung

Pinanggul… Mayat-mayat itu menggeletak di sana, betul-betul 59 %
nya atau paling sedikit tatonya. Sawitri pernah membuka kain

penutup

mayat untuk melihat wajahnya tapi ia tak ingin melakukannya 23 %
ak ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalinya ia membuka kain

penutup

wajah, yang ia lihat adalah wajah menyeringai dengan mata te 24 %
akah kakinya, tangannya atau paling sedikit tatonya. Sawitri

pernah

membuka kain penutup mayat untuk melihat wajahnya tapi ia ta 23 %
-orang kampung menyeret dengan memegang kakinya. Sawitri tak

pernah

ikut dalam arak-arakan yang bersorak-sorai gembira itu. Ia c 55 %
tri selalu memperhatikan tato karena Pamuji juga bertato. Ia

pernah

menato namanya sendiri di dada Pamuji. Ia menulis di dada bi 73 %
nita telanjang itu ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, ia

pernah

jatuh cinta pada Asih, tapi tidak kesampaian. Sawitri mengen 78 %
k di suatu tempat seperti mayat-mayat di mulut gang? Sawitri

pernah

menerima surat dari Pamuji tanpa alamat pengirim, tapi hanya 92 %
n di antara tetangganya. Sawitri hampir selalu menjadi orang

pertama

yang melihat mayat-mayat bertato itu. Ketika hujan belum ben 26 %
nnya akan terhalang daun jendela. Ia harus membungkuk sampai

perutnya

menekan bibir jendela dan tempias sisa air hujan menitik-nit 14 %
ngenali mayat-mayat bertato itu, Kandang Jinongkeng, Pentung

pinanggul…

Mayat-mayat itu menggeletak di sana, betul-betul seperti ban 59 %
banyak bocor, bisa kebanjiran, dan akan remuk jika tertimpa

pohon

yang tidak usah terlalu besar. Mungkin pula Sawitri tidak me 7 %
yetel radionya terlalu keras. Ia suka mendengarkan lagu-lagu

pop

Indonesia sambil menjahit. Matanya sering kali pedas karena 9 %
, atau terkapar di jalan tol. Setiap hari koran-koran memuat

potret

mayat-mayat bertato dengan luka tembakan di tengkuk, di jida 83 %
an membuatnya sesak napas. Pamuji o Pamuji, di manakah kamu?

potret

mayat-mayat itu kemudian menghilang dari koran-koran. Tapi m 88 %
ar pada sebuah panggung sandiwara. Cahaya lampu merkuri yang

pucat

kekuning-kuningan kadang-kadang membuat warna darah pada dad 33 %
pan dan bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang

pula

ia tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat bertato tet 4 %
k jika tertimpa pohon yang tidak usah terlalu besar. Mungkin

pula

Sawitri tidak mendengar apa-apa karena ia mengantuk dan kada 8 %
utan,” kata Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu

pun

bercerita tentang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pada mu 1 %
mayat itu sudah terlanjur dikerumuni para tetangga, Sawitri

pun

selalu menyempatkan diri ke luar rumah dan menyeruak di anta 20 %
agaimana darah membercak pada semen yang basah dan sosok itu

pun

segera jadi basah dan rambut dan brewok dan celana kolor ora 29 %
asih hidup atau sudah mati, hanya dengan sekilas pandang. Ia

pun

segera bisa merasa, apakah nyawa orang itu masih ada di tubu 39 %
dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang telah berlalu! Maka hujan

pun

turun seperti sebuah mimpi buruk. Semenjak tahun-tahun terak 79 %
uji?” tanya Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu

pun

menjawab: “Aku belum bisa menjawab Alina, ceritanya masih belum selesai.” Jakarta, 15 Juli 1985 99 %
ing-kuningan kadang-kadang membuat warna darah pada dada dan

punggung

orang itu tidak berwarna merah melainkan hitam. Darah itulah 33 %
ng pelurunya. Lubang-lubang peluru membentuk sebuah garis di

punggung

dan dada, sehingga lukisan-lukisan tato yang indah itu rusak 64 %
merkuri cukup terang untuk membuat Sawitri mengenali tato di

punggungnya

yang sudah berlubang-lubang. Sebuah tulisan SAYANG MAMA, dan 70 %
ah mayat-mayat bertato itu mengerikan. Kadang-kadang Sawitri

punya

kesan mayat bertato itu seperti orang tidur nyenyak atau ora 31 %
rteriak bahwa ia tidak mau mati dan masih ingin hidup dan ia

punya

istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga melihat mata 42 %
antuk dan kadang-kadang tertidur. Mungkin karena ia menyetel

radionya

terlalu keras. Ia suka mendengarkan lagu-lagu pop Indonesia 9 %
ada semen yang basah dan sosok itu pun segera jadi basah dan

rambut

dan brewok dan celana kolor orang itu juga basah. Tidak semu 30 %
an bibir jendela dan tempias sisa air hujan menitik-nitik di

rambutnya

dan juga di sebagian wajahnya. Dadanya selalu berdesir dan j 15 %
riak hore-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mampus!” “Modar!” “Tahu

rasa

dia sekarang!” “Ya, tahu rasa dia sekarang!” “Anjing!” “Anji 52 %
agi!” “Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya, tahu

rasa

dia sekarang!” “Anjing!” “Anjing!” Kadang-kadang mereka juga 52 %
reka menembak di tempat yang tidak mematikan itu lebih dulu,

rasanya

pasti sakit sekali, batin Sawitri. Apalagi dengan kaki tanga 91 %
ayat bertato itu dilemparkan pada siang hari bolong di jalan

raya

dari dalam sebuah mobil yang segera menghilang. Mayat-mayat 85 %
rtato tetap saja menggeletak di mulut gang setiap kali hujan

reda

pada malam hari. Mungkin ia memang tidak mendengar apa-apa k 5 %
pakan dunia fana namun Sawitri selalu terbangun ketika hujan

reda

dan ia akan langsung membuka jendela lantas menengok ke kana 19 %
hat mayat bertato tergeletak di mulut gang setiap kali hujan

reda

dan mayat itu disemprot cahaya lampu merkuri yang kekuning-k 49 %
orai gembira itu. Ia cukup membuka jendela setiap kali hujan

reda

dan menengok ke kanan sambil membungkuk lantas menutupnya ke 56 %
mayat-mayat yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan

reda

juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Sesekali Sawitri mengenali 58 %
bangunan yang kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran, dan akan

remuk

jika tertimpa pohon yang tidak usah terlalu besar. Mungkin p 7 %
deras, kau tahu, sering kali bisa mengerikan. Apalagi kalau

rumah

kita bukan bangunan yang kokoh, banyak bocor, bisa kebanjira 7 %
para tetangga, Sawitri pun selalu menyempatkan diri ke luar

rumah

dan menyeruak di antara kerumunan itu sampai ia melihat maya 21 %
ap kali mendengar bunyi hujan mulai menitik di atas genting.

rumahnya

memang terletak di sudut mulut gang itu. Pada malam hari, ka 3 %
hat mayat bertato itu, Sawitri cukup membuka jendela samping

rumahnya

dan menengok ke kanan. Ia harus membungkuk kalau ingin melih 13 %
prot cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Dari dalam

rumahnya

yang terletak di sudut gang itu Sawitri mendengar apa saja y 50 %
tidak mematikan itu kadang-kadang terdapat gambar tato yang

rusak

karena lubang peluru. Ia selalu memperhatikan tato orang-ora 68 %
matanya menjadi pedas dan berair ia menutup matanya sejenak.

saat

menutup matanya sejenak itu ia mendengarkan sepotong lagu da 11 %
ya sejenak itu ia mendengarkan sepotong lagu dari radio. Dan

saat

ia mendengarkan lagu itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi tet 11 %
tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat bertato tetap

saja

menggeletak di mulut gang setiap kali hujan reda pada malam 5 %
mendengarkan lagu itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi tetap

saja

setiap kali hujan reda, di mulut gang itu tergeletaklah maya 12 %
air hujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap

saja

membuka jendela itu dan menengok ke kanan sambil membungkuk 17 %
p kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau sudah melihat sebagian

saja

dari mayat itu, apakah kakinya, tangannya atau paling sediki 23 %
asa, apakah nyawa orang itu masih ada di tubuhnya, atau baru

saja

pergi, atau sudah lama melayang, entah ke surga atau ke nera 40 %
enolak takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato yang tegap itu tetap

saja

basah. Basah oleh darah dan hujan dan kerjap halilintar memb 43 %
mahnya yang terletak di sudut gang itu Sawitri mendengar apa

saja

yang mereka percakapkan. Mereka berteriak-teriak sambil meng 50 %
nginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat itu mereka seret

saja

sepanjang jalan ke kelurahan sehingga wajah orang bertato it 54 %
ikat jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu jari tangannya

saja

yang disatukan dengan tali kawat. Kadang-kadang kakinya mema 62 %
di tempat yang tidak mematikan itu lebih dulu, rasanya pasti

sakit

sekali, batin Sawitri. Apalagi dengan kaki tangan terikat se 91 %
dah berlubang-lubang. Sebuah tulisan SAYANG MAMA, dan gambar

salib

di lengan kiri. Sawitri bisa mengingat dengan jelas lukisan- 71 %
nya memang tidak terikat. Bahkan ada juga yang tidak terikat

sama

sekali. Namun mayat-mayat yang tidak terikat itu biasanya le 63 %
nya memang tidak terikat. Bahkan ada juga yang tidak terikat

sama

sekali. Namun mayat-mayat yang tidak terikat itu biasanya le 63 %
h, tapi tidak kesampaian. Sawitri mengenal Asih. Mereka dulu

sama-sama

melacur di Mangga Besar. Karena Asih itulah maka Sawitri ber 78 %
terlalu keras. Ia suka mendengarkan lagu-lagu pop Indonesia

sambil

menjahit. Matanya sering kali pedas karena menatap lubang ja 9 %
Sawitri tetap saja membuka jendela itu dan menengok ke kanan

sambil

membungkuk untuk melihat mayat itu. Meskipun ia tertidur bil 17 %
an ia akan langsung membuka jendela lantas menengok ke kanan

sambil

membungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi ia selalu ingin men 19 %
ar apa saja yang mereka percakapkan. Mereka berteriak-teriak

sambil

mengerumuni mayat yang tergeletak itu meskipun kadang-kadang 51 %
membuka jendela setiap kali hujan reda dan menengok ke kanan

sambil

membungkuk lantas menutupnya kembali setelah melihat sesosok 56 %
enggemparkan orang banyak. Orang-orang mengerumuni mayat itu

sambil

berteriak-teriak sehingga jalanan jadi macet. Sawitri meliha 86 %
andangannya akan terhalang daun jendela. Ia harus membungkuk

sampai

perutnya menekan bibir jendela dan tempias sisa air hujan me 14 %
kan diri ke luar rumah dan menyeruak di antara kerumunan itu

sampai

ia melihat mayat. Ia tidak selalu berhasil melihat wajahnya 21 %
tuk melihat mayat bertato itu, Sawitri cukup membuka jendela

samping

rumahnya dan menengok ke kanan. Ia harus membungkuk kalau in 13 %
dari binatang yang disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak di

sana

dengan tangan dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang hany 61 %
Sawitri sebetulnya yakin Pamuji tak akan tertangkap. Pamuji

sangat

cerdik. Dan kalau para penembak itu memberi kesempatan pada 93 %
tuk melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu, Pamuji juga

sangat

pandai berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan selesai selal 94 %
nar-benar selesai dan anak-anak berteriak hore-hore. “Lihat!

satu

lagi!” “Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya, tah 52 %
menerima surat dari Pamuji tanpa alamat pengirim, tapi hanya

satu

kali. Sawitri sebetulnya yakin Pamuji tak akan tertangkap. P 93 %
mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Itulah sebabnya

sawitri

selalu merasa gemetar setiap kali mendengar bunyi hujan mula 2 %
a tertimpa pohon yang tidak usah terlalu besar. Mungkin pula

sawitri

tidak mendengar apa-apa karena ia mengantuk dan kadang-kadan 8 %
ergeletaklah mayat bertato. Untuk melihat mayat bertato itu,

sawitri

cukup membuka jendela samping rumahnya dan menengok ke kanan 13 %
an bunyi sisa air hujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi

sawitri

tetap saja membuka jendela itu dan menengok ke kanan sambil 17 %
malam dan iramanya mengajak orang melupakan dunia fana namun

sawitri

selalu terbangun ketika hujan reda dan ia akan langsung memb 18 %
tu. Jika mayat itu sudah terlanjur dikerumuni para tetangga,

sawitri

pun selalu menyempatkan diri ke luar rumah dan menyeruak di 20 %
a kadang-kadang mayat itu sudah terlanjur ditutup kain. Tapi

sawitri

cukup lega kalau sudah melihat sebagian saja dari mayat itu, 22 %
itu, apakah kakinya, tangannya atau paling sedikit tatonya.

sawitri

pernah membuka kain penutup mayat untuk melihat wajahnya tap 23 %
masih hidup. Sebuah wajah yang menyeramkan. Namun sebetulnya

sawitri

cukup jarang ikut berkerumun di antara tetangganya. Sawitri 26 %
Sawitri cukup jarang ikut berkerumun di antara tetangganya.

sawitri

hampir selalu menjadi orang pertama yang melihat mayat-mayat 26 %
ok tubuh manusia itu tergeletak betul-betul seperti bangkai.

sawitri

hanya akan melihatnya sepintas, tapi cukup jelas untuk mengi 28 %
emua wajah mayat-mayat bertato itu mengerikan. Kadang-kadang

sawitri

punya kesan mayat bertato itu seperti orang tidur nyenyak at 31 %
idur nyenyak dan tersenyum dalam buaian gerimis yang di mata

sawitri

kadang-kadang tampak bagaikan layar pada sebuah panggung san 32 %
etelah membuka jendela dan membungkuk, setelah hujan mereda.

sawitri

juga sering merasa bahwa ia menatap mereka tepat pada akhir 36 %
Mata itu masih hidup ketika bertemu dengan mata Sawitri. Dan

sawitri

bisa merasa, betapa mata itu pada akhir pandangannya begitu 37 %
da akhir pandangannya begitu banyak bercerita. Begitu sering

sawitri

bertatapan dengan sosok-sosok bertato itu, sehingga ia meras 38 %
gi, atau sudah lama melayang, entah ke surga atau ke neraka.

sawitri

seolah-olah merasa melihat begitu banyak cerita pada mata it 40 %
ta itu namun ia merasa begitu sulit menceritakannya kembali.

sawitri

kadang-kadang merasa orang itu ingin berteriak bahwa ia tida 41 %
ingin hidup dan ia punya istri dan anak-anak. Kadang-kadang

sawitri

juga melihat mata yang bertanya-tanya. Mata yang menuntut. M 42 %
ut ternganga. Dan bila hujan belum betul-betul selesai, maka

sawitri

melihat mulut yang menganga itu kemasukan air hujan. Sawitri 47 %
Sawitri melihat mulut yang menganga itu kemasukan air hujan.

sawitri

merasa tetangga-tetangganya sudah terbiasa dengan mayat-maya 47 %
uningan. Dari dalam rumahnya yang terletak di sudut gang itu

sawitri

mendengar apa saja yang mereka percakapkan. Mereka berteriak 50 %
karena orang-orang kampung menyeret dengan memegang kakinya.

sawitri

tak pernah ikut dalam arak-arakan yang bersorak-sorai gembir 55 %
as menutupnya kembali setelah melihat sesosok mayat bertato.

sawitri

akan menarik napas panjang bila ternyata mayat itu bukan Pam 57 %
p kali hujan reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Sesekali

sawitri

mengenali mayat-mayat bertato itu, Kandang Jinongkeng, Pentu 59 %
ul-betul seperti bangkai tikus yang dibuang di tengah jalan.

sawitri

merasa nasib mereka lebih buruk dari binatang yang disembeli 60 %
an dada, sehingga lukisan-lukisan tato yang indah itu rusak.

sawitri

kadang-kadang merasa penembak orang bertato itu memang senga 64 %
etak di mulut gang setiap kali hujan reda. Begitulah caranya

sawitri

mengenali Kandang Jinongkeng. Wajahnya tertelungkup, namun c 69 %
ngkup, namun cahaya lampu merkuri cukup terang untuk membuat

sawitri

mengenali tato di punggungnya yang sudah berlubang-lubang. S 70 %
Sebuah tulisan SAYANG MAMA, dan gambar salib di lengan kiri.

sawitri

bisa mengingat dengan jelas lukisan-lukisan pada mayat-mayat 71 %
korak, nama-nama wanita, tulisan-tulisan, huruf-huruf besar…

sawitri

selalu memperhatikan tato karena Pamuji juga bertato. Ia per 72 %
ulisan itu masih dilingkari gambar jantung hati tanda cinta.

sawitri

ingat, ia membutuhkan waktu dua hari untuk mencocok-cocok ku 74 %
ocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum. Namun bukan hanya nama

sawitri

yang bertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirin 75 %
ula, ia pernah jatuh cinta pada Asih, tapi tidak kesampaian.

sawitri

mengenal Asih. Mereka dulu sama-sama melacur di Mangga Besar 78 %
u sama-sama melacur di Mangga Besar. Karena Asih itulah maka

sawitri

berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang telah berlalu! 79 %
yat itu sambil berteriak-teriak sehingga jalanan jadi macet.

sawitri

melihat dengan mata kepala sendiri ketia sedang berbelanja p 86 %
nggeletak di suatu tempat seperti mayat-mayat di mulut gang?

sawitri

pernah menerima surat dari Pamuji tanpa alamat pengirim, tap 92 %
rat dari Pamuji tanpa alamat pengirim, tapi hanya satu kali.

sawitri

sebetulnya yakin Pamuji tak akan tertangkap. Pamuji sangat c 93 %
kesempatan pada Pamuji untuk melawan, ia belum tentu kalah.

sawitri

tahu, Pamuji juga sangat pandai berkelahi. Tapi, jika setiap 94 %
Pamuji tidak akan mengalami nasib yang sama? Itulah sebabnya

sawitri

selalu gemetar setiap kali bunyi hujan mulai menitik di atas 96 %
Mata mereka selalu menatap ke arah Sawitri, seolah-olah tahu

sawitri

akan membuka jendela lantas menengok ke kanan… “Apakah pada 98 %
jendela lantas menengok ke kanan… “Apakah pada akhir cerita

sawitri

akan berjumpa kembali dengan Pamuji?” tanya Alina pada juru 98 %
juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun bercerita tentang

sawitri:

Setiap kali hujan mereda, pada mulut gang itu tergeletaklah 1 %
o di punggungnya yang sudah berlubang-lubang. Sebuah tulisan

sayang

MAMA, dan gambar salib di lengan kiri. Sawitri bisa menginga 71 %
eda, pada mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Itulah

sebabnya

Sawitri selalu merasa gemetar setiap kali mendengar bunyi hu 2 %
menjamin Pamuji tidak akan mengalami nasib yang sama? Itulah

sebabnya

Sawitri selalu gemetar setiap kali bunyi hujan mulai menitik 96 %
empias sisa air hujan menitik-nitik di rambutnya dan juga di

sebagian

wajahnya. Dadanya selalu berdesir dan jantungnya berdegup-de 15 %
ur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau sudah melihat

sebagian

saja dari mayat itu, apakah kakinya, tangannya atau paling s 22 %
penembak orang bertato itu memang sengaja merusak gambarnya.

sebenarnya

mereka bisa menembak hanya di tempat yang mematikan saja, ta 65 %
is seperti masih hidup. Sebuah wajah yang menyeramkan. Namun

sebetulnya

Sawitri cukup jarang ikut berkerumun di antara tetangganya. 26 %
Pamuji tanpa alamat pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri

sebetulnya

yakin Pamuji tak akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan 93 %
p kali hujan selesai dan bunyi sisa air hujang seperti akhir

sebuah

nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja membuka jendela itu dan me 16 %
gan mata terbeliak dan giginya meringis seperti masih hidup.

sebuah

wajah yang menyeramkan. Namun sebetulnya Sawitri cukup jaran 25 %
ang di mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan layar pada

sebuah

panggung sandiwara. Cahaya lampu merkuri yang pucat kekuning 32 %
ebih banyak lubang pelurunya. Lubang-lubang peluru membentuk

sebuah

garis di punggung dan dada, sehingga lukisan-lukisan tato ya 64 %
i mengenali tato di punggungnya yang sudah berlubang-lubang.

sebuah

tulisan SAYANG MAMA, dan gambar salib di lengan kiri. Sawitr 71 %
, masa-masa yang telah berlalu! Maka hujan pun turun seperti

sebuah

mimpi buruk. Semenjak tahun-tahun terakhir ini, semenjak may 80 %
dilemparkan pada siang hari bolong di jalan raya dari dalam

sebuah

mobil yang segera menghilang. Mayat-mayat itu jatuh di tenga 85 %
jadi macet. Sawitri melihat dengan mata kepala sendiri ketia

sedang

berbelanja pada suatu siang. Ia melihat debu mengepul setela 87 %
n saja dari mayat itu, apakah kakinya, tangannya atau paling

sedikit

tatonya. Sawitri pernah membuka kain penutup mayat untuk mel 23 %
terakhir ini, semenjak mayat-mayat bertato bergelimpangan di

segala

sudut, hidup bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri. Semenjak itu 80 %
mana darah membercak pada semen yang basah dan sosok itu pun

segera

jadi basah dan rambut dan brewok dan celana kolor orang itu 29 %
hidup atau sudah mati, hanya dengan sekilas pandang. Ia pun

segera

bisa merasa, apakah nyawa orang itu masih ada di tubuhnya, a 39 %
siang hari bolong di jalan raya dari dalam sebuah mobil yang

segera

menghilang. Mayat-mayat itu jatuh di tengah keramaian mengge 85 %
at-mayat bertato itu. Ketika hujan belum benar-benar selesai

sehingga

tampak seperti tabir yang berkilat dalam cahaya lampu merkur 27 %
tu sering Sawitri bertatapan dengan sosok-sosok bertato itu,

sehingga

ia merasa mengerti apakah orang itu masih hidup atau sudah m 38 %
ang mayat itu mereka seret saja sepanjang jalan ke kelurahan

sehingga

wajah orang bertato itu berlepotan dengan lumpur karena oran 54 %
g-lubang peluru membentuk sebuah garis di punggung dan dada,

sehingga

lukisan-lukisan tato yang indah itu rusak. Sawitri kadang-ka 64 %
k. Orang-orang mengerumuni mayat itu sambil berteriak-teriak

sehingga

jalanan jadi macet. Sawitri melihat dengan mata kepala sendi 86 %
dan berair ia menutup matanya sejenak. Saat menutup matanya

sejenak

itu ia mendengarkan sepotong lagu dari radio. Dan saat ia me 11 %
untuk melihat wajahnya tapi ia tak ingin melakukannya lagi.

sekali-sekalinya

ia membuka kain penutup wajah, yang ia lihat adalah wajah me 24 %
-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa dia

sekarang!”

“Ya, tahu rasa dia sekarang!” “Anjing!” “Anjing!” Kadang-kad 52 %
mpus!” “Modar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya, tahu rasa dia

sekarang!”

“Anjing!” “Anjing!” Kadang-kadang mereka juga menendang-nend 52 %
i apakah orang itu masih hidup atau sudah mati, hanya dengan

sekilas

pandang. Ia pun segera bisa merasa, apakah nyawa orang itu m 39 %
ang itu tergeletaklah mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitri

selalu

merasa gemetar setiap kali mendengar bunyi hujan mulai menit 2 %
ik-nitik di rambutnya dan juga di sebagian wajahnya. Dadanya

selalu

berdesir dan jantungnya berdegup-degup keras setiap kali huj 15 %
n iramanya mengajak orang melupakan dunia fana namun Sawitri

selalu

terbangun ketika hujan reda dan ia akan langsung membuka jen 18 %
mbuka jendela lantas menengok ke kanan sambil membungkuk. Ia

selalu

merasa takut, tapi ia selalu ingin menatap wajah mayat-mayat 19 %
ke kanan sambil membungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi ia

selalu

ingin menatap wajah mayat-mayat bertato itu. Jika mayat itu 19 %
at itu sudah terlanjur dikerumuni para tetangga, Sawitri pun

selalu

menyempatkan diri ke luar rumah dan menyeruak di antara keru 20 %
ak di antara kerumunan itu sampai ia melihat mayat. Ia tidak

selalu

berhasil melihat wajahnya karena kadang-kadang mayat itu sud 21 %
jarang ikut berkerumun di antara tetangganya. Sawitri hampir

selalu

menjadi orang pertama yang melihat mayat-mayat bertato itu. 26 %
ang terdapat gambar tato yang rusak karena lubang peluru. Ia

selalu

memperhatikan tato orang-orang yang tergeletak di mulut gang 68 %
ama-nama wanita, tulisan-tulisan, huruf-huruf besar… Sawitri

selalu

memperhatikan tato karena Pamuji juga bertato. Ia pernah men 73 %
mun bukan hanya nama Sawitri yang bertato di dada Pamuji. Ia

selalu

ingat di lengan kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di baw 75 %
angat pandai berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan selesai

selalu

ada mayat tergeletak di ujung gang itu, siapa bisa menjamin 95 %
idak akan mengalami nasib yang sama? Itulah sebabnya Sawitri

selalu

gemetar setiap kali bunyi hujan mulai menitik di atas gentin 96 %
, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato. Mata mereka

selalu

menatap ke arah Sawitri, seolah-olah tahu Sawitri akan membu 97 %
rdesir dan jantungnya berdegup-degup keras setiap kali hujan

selesai

dan bunyi sisa air hujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tap 16 %
ihat mayat-mayat bertato itu. Ketika hujan belum benar-benar

selesai

sehingga tampak seperti tabir yang berkilat dalam cahaya lam 27 %
ergeletak itu meskipun kadang-kadang hujan belum benar-benar

selesai

dan anak-anak berteriak hore-hore. “Lihat! Satu lagi!” “Mamp 51 %
i juga sangat pandai berkelahi. Tapi, jika setiap kali hujan

selesai

selalu ada mayat tergeletak di ujung gang itu, siapa bisa me 95 %
itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia bisa mendengar bunyi

semacam

letupan dan bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak ja 4 %
i cukup jelas untuk mengingat bagaimana darah membercak pada

semen

yang basah dan sosok itu pun segera jadi basah dan rambut da 29 %
tubuh yang basah itu berkilat dan darah dan basah hujan pada

semen

juga berkilat. Kepala orang-orang itu terkulai ke depan atau 45 %
ah berlalu! Maka hujan pun turun seperti sebuah mimpi buruk.

semenjak

tahun-tahun terakhir ini, semenjak mayat-mayat bertato berge 80 %
perti sebuah mimpi buruk. Semenjak tahun-tahun terakhir ini,

semenjak

mayat-mayat bertato bergelimpangan di segala sudut, hidup ba 80 %
an di segala sudut, hidup bagaikan mimpi buruk bagi Sawitri.

semenjak

itulah Pamuji menghilang tak tentu rimbanya. Dulu mayat-maya 81 %
mbut dan brewok dan celana kolor orang itu juga basah. Tidak

semua

wajah mayat-mayat bertato itu mengerikan. Kadang-kadang Sawi 30 %
an tato karena Pamuji juga bertato. Ia pernah menato namanya

sendiri

di dada Pamuji. Ia menulis di dada bidang lelaki itu: SAWITR 73 %
ingga jalanan jadi macet. Sawitri melihat dengan mata kepala

sendiri

ketia sedang berbelanja pada suatu siang. Ia melihat debu me 87 %
witri kadang-kadang merasa penembak orang bertato itu memang

sengaja

merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa menembak hanya di 65 %
Bunyi Hujan di Atas Genting oleh

seno

Gumira Ajidarma “Ceritakanlah padaku tentang ketakutan,” kat 0 %
sudah lama melayang, entah ke surga atau ke neraka. Sawitri

seolah-olah

merasa melihat begitu banyak cerita pada mata itu namun ia m 40 %
h mayat bertato. Mata mereka selalu menatap ke arah Sawitri,

seolah-olah

tahu Sawitri akan membuka jendela lantas menengok ke kanan… 98 %
ak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat itu mereka seret saja

sepanjang

jalan ke kelurahan sehingga wajah orang bertato itu berlepot 54 %
up keras setiap kali hujan selesai dan bunyi sisa air hujang

seperti

akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap saja membuka jende 16 %
wajah menyeringai dengan mata terbeliak dan giginya meringis

seperti

masih hidup. Sebuah wajah yang menyeramkan. Namun sebetulnya 25 %
itu. Ketika hujan belum benar-benar selesai sehingga tampak

seperti

tabir yang berkilat dalam cahaya lampu merkuri yang kekuning 27 %
ing-kuningan. Sosok tubuh manusia itu tergeletak betul-betul

seperti

bangkai. Sawitri hanya akan melihatnya sepintas, tapi cukup 28 %
gerikan. Kadang-kadang Sawitri punya kesan mayat bertato itu

seperti

orang tidur nyenyak atau orang tersenyum. Orang-orang bertat 31 %
t. Kepala orang-orang itu terkulai ke depan atau ke belakang

seperti

dipaksakan oleh takdir itu sendiri. Sesekali kepala itu mene 45 %
ernyata mayat itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertato

seperti

mayat-mayat itu dan bukankah di antara mayat-mayat yang terg 58 %
Pinanggul… Mayat-mayat itu menggeletak di sana, betul-betul

seperti

bangkai tikus yang dibuang di tengah jalan. Sawitri merasa n 60 %
muji. Ah, masa-masa yang telah berlalu! Maka hujan pun turun

seperti

sebuah mimpi buruk. Semenjak tahun-tahun terakhir ini, semen 79 %
it sekali, batin Sawitri. Apalagi dengan kaki tangan terikat

seperti

itu. Apakah Pamuji telah menggeletak di suatu tempat seperti 91 %
seperti itu. Apakah Pamuji telah menggeletak di suatu tempat

seperti

mayat-mayat di mulut gang? Sawitri pernah menerima surat dar 92 %
ya sejenak. Saat menutup matanya sejenak itu ia mendengarkan

sepotong

lagu dari radio. Dan saat ia mendengarkan lagu itu kadang-ka 11 %
dan menginjak-injak wajahnya. Kadang-kadang mayat itu mereka

seret

saja sepanjang jalan ke kelurahan sehingga wajah orang berta 54 %
na bunyi hujan yang masih deras. Hujan yang deras, kau tahu,

sering

kali bisa mengerikan. Apalagi kalau rumah kita bukan banguna 6 %
endengarkan lagu-lagu pop Indonesia sambil menjahit. Matanya

sering

kali pedas karena menatap lubang jarum dalam cahaya 15 watt. 10 %
a jendela dan membungkuk, setelah hujan mereda. Sawitri juga

sering

merasa bahwa ia menatap mereka tepat pada akhir hidupnya. Ma 36 %
itu pada akhir pandangannya begitu banyak bercerita. Begitu

sering

Sawitri bertatapan dengan sosok-sosok bertato itu, sehingga 38 %
l setelah mayat itu terbanting. Debu mengepul dan membuatnya

sesak

napas. Pamuji o Pamuji, di manakah kamu? Potret mayat-mayat 88 %
atau ke belakang seperti dipaksakan oleh takdir itu sendiri.

sesekali

kepala itu menelungkup mencium bumi atau tengadah ke langit 46 %
ang setiap kali hujan reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji?

sesekali

Sawitri mengenali mayat-mayat bertato itu, Kandang Jinongken 59 %
uh. Namun tak jarang pula ia tak mendengar apa-apa, meskipun

sesosok

mayat bertato tetap saja menggeletak di mulut gang setiap ka 5 %
sambil membungkuk lantas menutupnya kembali setelah melihat

sesosok

mayat bertato. Sawitri akan menarik napas panjang bila terny 57 %
o itu menatap tepat pada Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan

setelah

membuka jendela dan membungkuk, setelah hujan mereda. Sawitr 35 %
ia menoleh ke kanan setelah membuka jendela dan membungkuk,

setelah

hujan mereda. Sawitri juga sering merasa bahwa ia menatap me 36 %
enengok ke kanan sambil membungkuk lantas menutupnya kembali

setelah

melihat sesosok mayat bertato. Sawitri akan menarik napas pa 56 %
sedang berbelanja pada suatu siang. Ia melihat debu mengepul

setelah

mayat itu terbanting. Debu mengepul dan membuatnya sesak nap 87 %
ita itu. Maka juru cerita itu pun bercerita tentang Sawitri:

setiap

kali hujan mereda, pada mulut gang itu tergeletaklah mayat b 1 %
mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitri selalu merasa gemetar

setiap

kali mendengar bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Ru 2 %
n sesosok mayat bertato tetap saja menggeletak di mulut gang

setiap

kali hujan reda pada malam hari. Mungkin ia memang tidak men 5 %
engarkan lagu itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi tetap saja

setiap

kali hujan reda, di mulut gang itu tergeletaklah mayat berta 12 %
Dadanya selalu berdesir dan jantungnya berdegup-degup keras

setiap

kali hujan selesai dan bunyi sisa air hujang seperti akhir s 16 %
o itu. Malahan ia merasa tetangga-tetangganya itu bergembira

setiap

kali melihat mayat bertato tergeletak di mulut gang setiap k 48 %
a setiap kali melihat mayat bertato tergeletak di mulut gang

setiap

kali hujan reda dan mayat itu disemprot cahaya lampu merkuri 49 %
an yang bersorak-sorai gembira itu. Ia cukup membuka jendela

setiap

kali hujan reda dan menengok ke kanan sambil membungkuk lant 56 %
bukankah di antara mayat-mayat yang tergeletak di mulut gang

setiap

kali hujan reda juga terdapat kawan-kawan Pamuji? Sesekali S 58 %
memperhatikan tato orang-orang yang tergeletak di mulut gang

setiap

kali hujan reda. Begitulah caranya Sawitri mengenali Kandang 69 %
k tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat itu bergelimpangan hampir

setiap

saat. Pagi siang sore malam mayat-mayat menggeletak di sudut 82 %
rapung di kali, terbenam di got, atau terkapar di jalan tol.

setiap

hari koran-koran memuat potret mayat-mayat bertato dengan lu 83 %
awitri tahu, Pamuji juga sangat pandai berkelahi. Tapi, jika

setiap

kali hujan selesai selalu ada mayat tergeletak di ujung gang 95 %
lami nasib yang sama? Itulah sebabnya Sawitri selalu gemetar

setiap

kali bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Setiap kali 96 %
metar setiap kali bunyi hujan mulai menitik di atas genting.

setiap

kali hujan selesai, di mulut gang itu tergeletaklah mayat be 97 %
Dulu mayat-mayat itu bergelimpangan hampir setiap saat. Pagi

siang

sore malam mayat-mayat menggeletak di sudut-sudut pasar, ter 82 %
ata. Kadang-kadang bahkan mayat bertato itu dilemparkan pada

siang

hari bolong di jalan raya dari dalam sebuah mobil yang seger 84 %
hujan selesai selalu ada mayat tergeletak di ujung gang itu,

siapa

bisa menjamin Pamuji tidak akan mengalami nasib yang sama? I 95 %
membungkuk sampai perutnya menekan bibir jendela dan tempias

sisa

air hujan menitik-nitik di rambutnya dan juga di sebagian wa 15 %
nya berdegup-degup keras setiap kali hujan selesai dan bunyi

sisa

air hujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri tetap 16 %
ayat-mayat itu bergelimpangan hampir setiap saat. Pagi siang

sore

malam mayat-mayat menggeletak di sudut-sudut pasar, terapung 82 %
berkilat dalam cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan.

sosok

tubuh manusia itu tergeletak betul-betul seperti bangkai. Sa 28 %
engingat bagaimana darah membercak pada semen yang basah dan

sosok

itu pun segera jadi basah dan rambut dan brewok dan celana k 29 %
tu banyak bercerita. Begitu sering Sawitri bertatapan dengan

sosok-sosok

bertato itu, sehingga ia merasa mengerti apakah orang itu ma 38 %
ihat dengan mata kepala sendiri ketia sedang berbelanja pada

suatu

siang. Ia melihat debu mengepul setelah mayat itu terbanting 87 %
ngan terikat seperti itu. Apakah Pamuji telah menggeletak di

suatu

tempat seperti mayat-mayat di mulut gang? Sawitri pernah men 92 %
ingin menatap wajah mayat-mayat bertato itu. Jika mayat itu

sudah

terlanjur dikerumuni para tetangga, Sawitri pun selalu menye 20 %
alu berhasil melihat wajahnya karena kadang-kadang mayat itu

sudah

terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau sudah 22 %
sudah terlanjur ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau

sudah

melihat sebagian saja dari mayat itu, apakah kakinya, tangan 22 %
ehingga ia merasa mengerti apakah orang itu masih hidup atau

sudah

mati, hanya dengan sekilas pandang. Ia pun segera bisa meras 39 %
orang itu masih ada di tubuhnya, atau baru saja pergi, atau

sudah

lama melayang, entah ke surga atau ke neraka. Sawitri seolah 40 %
itu kemasukan air hujan. Sawitri merasa tetangga-tetangganya

sudah

terbiasa dengan mayat-mayat bertato itu. Malahan ia merasa t 48 %
ang untuk membuat Sawitri mengenali tato di punggungnya yang

sudah

berlubang-lubang. Sebuah tulisan SAYANG MAMA, dan gambar sal 70 %
n mulai menitik di atas genting. Rumahnya memang terletak di

sudut

mulut gang itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia bisa mende 3 %
yang kekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya yang terletak di

sudut

gang itu Sawitri mendengar apa saja yang mereka percakapkan. 50 %
etiap saat. Pagi siang sore malam mayat-mayat menggeletak di

sudut-sudut

pasar, terapung di kali, terbenam di got, atau terkapar di j 82 %
tidur. Mungkin karena ia menyetel radionya terlalu keras. Ia

suka

mendengarkan lagu-lagu pop Indonesia sambil menjahit. Matany 9 %
at begitu banyak cerita pada mata itu namun ia merasa begitu

sulit

menceritakannya kembali. Sawitri kadang-kadang merasa orang 41 %
t seperti mayat-mayat di mulut gang? Sawitri pernah menerima

surat

dari Pamuji tanpa alamat pengirim, tapi hanya satu kali. Saw 92 %
ya, atau baru saja pergi, atau sudah lama melayang, entah ke

surga

atau ke neraka. Sawitri seolah-olah merasa melihat begitu ba 40 %
tika hujan belum benar-benar selesai sehingga tampak seperti

tabir

yang berkilat dalam cahaya lampu merkuri yang kekuning-kunin 27 %
atu lagi!” “Mampus!” “Modar!” “Tahu rasa dia sekarang!” “Ya,

tahu

rasa dia sekarang!” “Anjing!” “Anjing!” Kadang-kadang mereka 52 %
ato. Mata mereka selalu menatap ke arah Sawitri, seolah-olah

tahu

Sawitri akan membuka jendela lantas menengok ke kanan… “Apak 98 %
u! Maka hujan pun turun seperti sebuah mimpi buruk. Semenjak

tahun-tahun

terakhir ini, semenjak mayat-mayat bertato bergelimpangan di 80 %
emacam letupan dan bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namun

tak

jarang pula ia tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat 4 %
bunyi mesin kendaraan yang menjauh. Namun tak jarang pula ia

tak

mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat bertato tetap saja 4 %
ah membuka kain penutup mayat untuk melihat wajahnya tapi ia

tak

ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalinya ia membuka kain pe 24 %
rang-orang kampung menyeret dengan memegang kakinya. Sawitri

tak

pernah ikut dalam arak-arakan yang bersorak-sorai gembira it 55 %
mimpi buruk bagi Sawitri. Semenjak itulah Pamuji menghilang

tak

tentu rimbanya. Dulu mayat-mayat itu bergelimpangan hampir s 81 %
girim, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetulnya yakin Pamuji

tak

akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau para penemb 93 %
u terkulai ke depan atau ke belakang seperti dipaksakan oleh

takdir

itu sendiri. Sesekali kepala itu menelungkup mencium bumi at 45 %
ng hanya kedua ibu jari tangannya saja yang disatukan dengan

tali

kawat. Kadang-kadang kakinya memang tidak terikat. Bahkan ad 62 %
bertato itu. Ketika hujan belum benar-benar selesai sehingga

tampak

seperti tabir yang berkilat dalam cahaya lampu merkuri yang 27 %
nyum dalam buaian gerimis yang di mata Sawitri kadang-kadang

tampak

bagaikan layar pada sebuah panggung sandiwara. Cahaya lampu 32 %
u: SAWITRI. Tulisan itu masih dilingkari gambar jantung hati

tanda

cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan waktu dua hari untuk me 74 %
g yang disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak di sana dengan

tangan

dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu ja 61 %
t-mayat bertato itu masih bermunculan dengan ciri yang sama.

tangan

dan kaki mereka terikat. Mereka tertembak di tempat yang mem 89 %
sanya pasti sakit sekali, batin Sawitri. Apalagi dengan kaki

tangan

terikat seperti itu. Apakah Pamuji telah menggeletak di suat 91 %
sudah melihat sebagian saja dari mayat itu, apakah kakinya,

tangannya

atau paling sedikit tatonya. Sawitri pernah membuka kain pen 23 %
n kaki terikat jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu jari

tangannya

saja yang disatukan dengan tali kawat. Kadang-kadang kakinya 62 %
yat di mulut gang? Sawitri pernah menerima surat dari Pamuji

tanpa

alamat pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetulnya ya 93 %
a akhir cerita Sawitri akan berjumpa kembali dengan Pamuji?”

tanya

Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun menjawa 99 %
Dan saat ia mendengarkan lagu itu kadang-kadang ia tertidur.

tapi

tetap saja setiap kali hujan reda, di mulut gang itu tergele 12 %
sai dan bunyi sisa air hujang seperti akhir sebuah nyanyian.

tapi

Sawitri tetap saja membuka jendela itu dan menengok ke kanan 17 %
menengok ke kanan sambil membungkuk. Ia selalu merasa takut,

tapi

ia selalu ingin menatap wajah mayat-mayat bertato itu. Jika 19 %
karena kadang-kadang mayat itu sudah terlanjur ditutup kain.

tapi

Sawitri cukup lega kalau sudah melihat sebagian saja dari ma 22 %
tri pernah membuka kain penutup mayat untuk melihat wajahnya

tapi

ia tak ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalinya ia membuka 24 %
tul seperti bangkai. Sawitri hanya akan melihatnya sepintas,

tapi

cukup jelas untuk mengingat bagaimana darah membercak pada s 29 %
ertanya-tanya. Mata yang menuntut. Mata yang menolak takdir.

tapi

tubuh-tubuh bertato yang tegap itu tetap saja basah. Basah o 43 %
ya mereka bisa menembak hanya di tempat yang mematikan saja,

tapi

mereka juga menembak di tempat-tempat yang tidak mematikan. 66 %
Asih. Menurut Pamuji pula, ia pernah jatuh cinta pada Asih,

tapi

tidak kesampaian. Sawitri mengenal Asih. Mereka dulu sama-sa 78 %
Potret mayat-mayat itu kemudian menghilang dari koran-koran.

tapi

mayat-mayat bertato itu masih bermunculan dengan ciri yang s 88 %
tri pernah menerima surat dari Pamuji tanpa alamat pengirim,

tapi

hanya satu kali. Sawitri sebetulnya yakin Pamuji tak akan te 93 %
sebuah garis di punggung dan dada, sehingga lukisan-lukisan

tato

yang indah itu rusak. Sawitri kadang-kadang merasa penembak 64 %
empat yang tidak mematikan itu kadang-kadang terdapat gambar

tato

yang rusak karena lubang peluru. Ia selalu memperhatikan tat 68 %
ato yang rusak karena lubang peluru. Ia selalu memperhatikan

tato

orang-orang yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan 68 %
a lampu merkuri cukup terang untuk membuat Sawitri mengenali

tato

di punggungnya yang sudah berlubang-lubang. Sebuah tulisan S 70 %
san-tulisan, huruf-huruf besar… Sawitri selalu memperhatikan

tato

karena Pamuji juga bertato. Ia pernah menato namanya sendiri 73 %
tut. Mata yang menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato yang

tegap

itu tetap saja basah. Basah oleh darah dan hujan dan kerjap 43 %
ah maka Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa yang

telah

berlalu! Maka hujan pun turun seperti sebuah mimpi buruk. Se 79 %
palagi dengan kaki tangan terikat seperti itu. Apakah Pamuji

telah

menggeletak di suatu tempat seperti mayat-mayat di mulut gan 92 %
pertama. Lantas ada lukisan wanita telanjang. Di dada wanita

telanjang

itu ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, ia pernah jatuh c 77 %
ri koran-koran memuat potret mayat-mayat bertato dengan luka

tembakan

di tengkuk, di jidat, di jantung, atau di antara kedua mata. 83 %
merusak gambarnya. Sebenarnya mereka bisa menembak hanya di

tempat

yang mematikan saja, tapi mereka juga menembak di tempat-tem 66 %
ng sama. Tangan dan kaki mereka terikat. Mereka tertembak di

tempat

yang mematikan, namun masih ada lubang-lubang peluru lain di 89 %
yang mematikan, namun masih ada lubang-lubang peluru lain di

tempat

yang tidak mematikan. Kalau mereka menembak di tempat yang t 90 %
ain di tempat yang tidak mematikan. Kalau mereka menembak di

tempat

yang tidak mematikan itu lebih dulu, rasanya pasti sakit sek 90 %
erikat seperti itu. Apakah Pamuji telah menggeletak di suatu

tempat

seperti mayat-mayat di mulut gang? Sawitri pernah menerima s 92 %
di tempat yang mematikan saja, tapi mereka juga menembak di

tempat-tempat

yang tidak mematikan. Apakah mereka menembak di tempat-tempa 66 %
empat-tempat yang tidak mematikan. Apakah mereka menembak di

tempat-tempat

yang tidak mematikan hanya karena ingin membuat orang-orang 67 %
a karena ingin membuat orang-orang bertato itu kesakitan? Di

tempat-tempat

yang tidak mematikan itu kadang-kadang terdapat gambar tato 67 %
a harus membungkuk sampai perutnya menekan bibir jendela dan

tempias

sisa air hujan menitik-nitik di rambutnya dan juga di sebagi 15 %
u sendiri. Sesekali kepala itu menelungkup mencium bumi atau

tengadah

ke langit dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Dan bi 46 %
tuk melihat mayat itu. Meskipun ia tertidur bila hujan turun

tengah

malam dan iramanya mengajak orang melupakan dunia fana namun 18 %
k di sana, betul-betul seperti bangkai tikus yang dibuang di

tengah

jalan. Sawitri merasa nasib mereka lebih buruk dari binatang 60 %
ebuah mobil yang segera menghilang. Mayat-mayat itu jatuh di

tengah

keramaian menggemparkan orang banyak. Orang-orang mengerumun 85 %
Atas Genting oleh Seno Gumira Ajidarma “Ceritakanlah padaku

tentang

ketakutan,” kata Alina pada juru cerita itu. Maka juru cerit 1 %
ina pada juru cerita itu. Maka juru cerita itu pun bercerita

tentang

Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pada mulut gang itu terge 1 %
pi buruk bagi Sawitri. Semenjak itulah Pamuji menghilang tak

tentu

rimbanya. Dulu mayat-mayat itu bergelimpangan hampir setiap 81 %
k itu memberi kesempatan pada Pamuji untuk melawan, ia belum

tentu

kalah. Sawitri tahu, Pamuji juga sangat pandai berkelahi. Ta 94 %
an orang tidur. Kadang-kadang mata mayat bertato itu menatap

tepat

pada Sawitri, ketika ia menoleh ke kanan setelah membuka jen 35 %
n mereda. Sawitri juga sering merasa bahwa ia menatap mereka

tepat

pada akhir hidupnya. Mata itu masih hidup ketika bertemu den 36 %
n pun turun seperti sebuah mimpi buruk. Semenjak tahun-tahun

terakhir

ini, semenjak mayat-mayat bertato bergelimpangan di segala s 80 %
eng. Wajahnya tertelungkup, namun cahaya lampu merkuri cukup

terang

untuk membuat Sawitri mengenali tato di punggungnya yang sud 70 %
ang sore malam mayat-mayat menggeletak di sudut-sudut pasar,

terapung

di kali, terbenam di got, atau terkapar di jalan tol. Setiap 82 %
nya mengajak orang melupakan dunia fana namun Sawitri selalu

terbangun

ketika hujan reda dan ia akan langsung membuka jendela lanta 18 %
menelungkup mencium bumi atau tengadah ke langit dengan mata

terbelalak

dan mulut ternganga. Dan bila hujan belum betul-betul selesa 46 %
up wajah, yang ia lihat adalah wajah menyeringai dengan mata

terbeliak

dan giginya meringis seperti masih hidup. Sebuah wajah yang 25 %
at-mayat menggeletak di sudut-sudut pasar, terapung di kali,

terbenam

di got, atau terkapar di jalan tol. Setiap hari koran-koran 82 %
masukan air hujan. Sawitri merasa tetangga-tetangganya sudah

terbiasa

dengan mayat-mayat bertato itu. Malahan ia merasa tetangga-t 48 %
at yang tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda juga

terdapat

kawan-kawan Pamuji? Sesekali Sawitri mengenali mayat-mayat b 58 %
tan? Di tempat-tempat yang tidak mematikan itu kadang-kadang

terdapat

gambar tato yang rusak karena lubang peluru. Ia selalu mempe 68 %
ampu merkuri yang kekuning-kuningan. Sosok tubuh manusia itu

tergeletak

betul-betul seperti bangkai. Sawitri hanya akan melihatnya s 28 %
tetangganya itu bergembira setiap kali melihat mayat bertato

tergeletak

di mulut gang setiap kali hujan reda dan mayat itu disemprot 49 %
apkan. Mereka berteriak-teriak sambil mengerumuni mayat yang

tergeletak

itu meskipun kadang-kadang hujan belum benar-benar selesai d 51 %
erti mayat-mayat itu dan bukankah di antara mayat-mayat yang

tergeletak

di mulut gang setiap kali hujan reda juga terdapat kawan-kaw 58 %
a lebih buruk dari binatang yang disembelih. Mayat-mayat itu

tergeletak

di sana dengan tangan dan kaki terikat jadi satu. Kadang-kad 61 %
lubang peluru. Ia selalu memperhatikan tato orang-orang yang

tergeletak

di mulut gang setiap kali hujan reda. Begitulah caranya Sawi 69 %
elahi. Tapi, jika setiap kali hujan selesai selalu ada mayat

tergeletak

di ujung gang itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak akan men 95 %
ntang Sawitri: Setiap kali hujan mereda, pada mulut gang itu

tergeletaklah

mayat bertato. Itulah sebabnya Sawitri selalu merasa gemetar 2 %
r. Tapi tetap saja setiap kali hujan reda, di mulut gang itu

tergeletaklah

mayat bertato. Untuk melihat mayat bertato itu, Sawitri cuku 12 %
i atas genting. Setiap kali hujan selesai, di mulut gang itu

tergeletaklah

mayat bertato. Mata mereka selalu menatap ke arah Sawitri, s 97 %
lihat mayat itu dengan jelas. Kalau tidak, pandangannya akan

terhalang

daun jendela. Ia harus membungkuk sampai perutnya menekan bi 14 %
h. Mayat-mayat itu tergeletak di sana dengan tangan dan kaki

terikat

jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu jari tangannya saja 61 %
ang kakinya memang tidak terikat. Bahkan ada juga yang tidak

terikat

sama sekali. Namun mayat-mayat yang tidak terikat itu biasan 63 %
yang tidak terikat sama sekali. Namun mayat-mayat yang tidak

terikat

itu biasanya lebih banyak lubang pelurunya. Lubang-lubang pe 63 %
asti sakit sekali, batin Sawitri. Apalagi dengan kaki tangan

terikat

seperti itu. Apakah Pamuji telah menggeletak di suatu tempat 91 %
i sudut-sudut pasar, terapung di kali, terbenam di got, atau

terkapar

di jalan tol. Setiap hari koran-koran memuat potret mayat-ma 83 %
basah hujan pada semen juga berkilat. Kepala orang-orang itu

terkulai

ke depan atau ke belakang seperti dipaksakan oleh takdir itu 45 %
banjiran, dan akan remuk jika tertimpa pohon yang tidak usah

terlalu

besar. Mungkin pula Sawitri tidak mendengar apa-apa karena i 8 %
kadang-kadang tertidur. Mungkin karena ia menyetel radionya

terlalu

keras. Ia suka mendengarkan lagu-lagu pop Indonesia sambil m 9 %
menatap wajah mayat-mayat bertato itu. Jika mayat itu sudah

terlanjur

dikerumuni para tetangga, Sawitri pun selalu menyempatkan di 20 %
rhasil melihat wajahnya karena kadang-kadang mayat itu sudah

terlanjur

ditutup kain. Tapi Sawitri cukup lega kalau sudah melihat se 22 %
r bunyi hujan mulai menitik di atas genting. Rumahnya memang

terletak

di sudut mulut gang itu. Pada malam hari, kadang-kadang ia b 3 %
mpu merkuri yang kekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya yang

terletak

di sudut gang itu Sawitri mendengar apa saja yang mereka per 50 %
sosok mayat bertato. Sawitri akan menarik napas panjang bila

ternyata

mayat itu bukan Pamuji. Bukankah Pamuji juga bertato seperti 57 %
u orang tersenyum. Orang-orang bertato itu tidur nyenyak dan

tersenyum

dalam buaian gerimis yang di mata Sawitri kadang-kadang tamp 32 %
engan ciri yang sama. Tangan dan kaki mereka terikat. Mereka

tertembak

di tempat yang mematikan, namun masih ada lubang-lubang pelu 89 %
kanan sambil membungkuk untuk melihat mayat itu. Meskipun ia

tertidur

bila hujan turun tengah malam dan iramanya mengajak orang me 17 %
ng kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran, dan akan remuk jika

tertimpa

pohon yang tidak usah terlalu besar. Mungkin pula Sawitri ti 7 %
mulut yang menganga itu kemasukan air hujan. Sawitri merasa

tetangga-tetangganya

sudah terbiasa dengan mayat-mayat bertato itu. Malahan ia me 47 %
h terbiasa dengan mayat-mayat bertato itu. Malahan ia merasa

tetangga-tetangganya

itu bergembira setiap kali melihat mayat bertato tergeletak 48 %
ula ia tak mendengar apa-apa, meskipun sesosok mayat bertato

tetap

saja menggeletak di mulut gang setiap kali hujan reda pada m 5 %
aat ia mendengarkan lagu itu kadang-kadang ia tertidur. Tapi

tetap

saja setiap kali hujan reda, di mulut gang itu tergeletaklah 12 %
sisa air hujang seperti akhir sebuah nyanyian. Tapi Sawitri

tetap

saja membuka jendela itu dan menengok ke kanan sambil membun 17 %
yang menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato yang tegap itu

tetap

saja basah. Basah oleh darah dan hujan dan kerjap halilintar 43 %
ng setiap kali hujan reda pada malam hari. Mungkin ia memang

tidak

mendengar apa-apa karena bunyi hujan yang masih deras. Hujan 6 %
or, bisa kebanjiran, dan akan remuk jika tertimpa pohon yang

tidak

usah terlalu besar. Mungkin pula Sawitri tidak mendengar apa 8 %
pa pohon yang tidak usah terlalu besar. Mungkin pula Sawitri

tidak

mendengar apa-apa karena ia mengantuk dan kadang-kadang tert 8 %
enyeruak di antara kerumunan itu sampai ia melihat mayat. Ia

tidak

selalu berhasil melihat wajahnya karena kadang-kadang mayat 21 %
dan rambut dan brewok dan celana kolor orang itu juga basah.

tidak

semua wajah mayat-mayat bertato itu mengerikan. Kadang-kadan 30 %
-kadang membuat warna darah pada dada dan punggung orang itu

tidak

berwarna merah melainkan hitam. Darah itulah yang membedakan 34 %
itri kadang-kadang merasa orang itu ingin berteriak bahwa ia

tidak

mau mati dan masih ingin hidup dan ia punya istri dan anak-a 42 %
ng disatukan dengan tali kawat. Kadang-kadang kakinya memang

tidak

terikat. Bahkan ada juga yang tidak terikat sama sekali. Nam 62 %
ng-kadang kakinya memang tidak terikat. Bahkan ada juga yang

tidak

terikat sama sekali. Namun mayat-mayat yang tidak terikat it 63 %
juga yang tidak terikat sama sekali. Namun mayat-mayat yang

tidak

terikat itu biasanya lebih banyak lubang pelurunya. Lubang-l 63 %
atikan saja, tapi mereka juga menembak di tempat-tempat yang

tidak

mematikan. Apakah mereka menembak di tempat-tempat yang tida 66 %
idak mematikan. Apakah mereka menembak di tempat-tempat yang

tidak

mematikan hanya karena ingin membuat orang-orang bertato itu 67 %
uat orang-orang bertato itu kesakitan? Di tempat-tempat yang

tidak

mematikan itu kadang-kadang terdapat gambar tato yang rusak 67 %
. Menurut Pamuji pula, ia pernah jatuh cinta pada Asih, tapi

tidak

kesampaian. Sawitri mengenal Asih. Mereka dulu sama-sama mel 78 %
an, namun masih ada lubang-lubang peluru lain di tempat yang

tidak

mematikan. Kalau mereka menembak di tempat yang tidak memati 90 %
t yang tidak mematikan. Kalau mereka menembak di tempat yang

tidak

mematikan itu lebih dulu, rasanya pasti sakit sekali, batin 91 %
yat tergeletak di ujung gang itu, siapa bisa menjamin Pamuji

tidak

akan mengalami nasib yang sama? Itulah sebabnya Sawitri sela 96 %
g-kadang Sawitri punya kesan mayat bertato itu seperti orang

tidur

nyenyak atau orang tersenyum. Orang-orang bertato itu tidur 31 %
tidur nyenyak atau orang tersenyum. Orang-orang bertato itu

tidur

nyenyak dan tersenyum dalam buaian gerimis yang di mata Sawi 32 %
t-mayat itu menggeletak di sana, betul-betul seperti bangkai

tikus

yang dibuang di tengah jalan. Sawitri merasa nasib mereka le 60 %
lat dalam cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Sosok

tubuh

manusia itu tergeletak betul-betul seperti bangkai. Sawitri 28 %
oleh darah dan hujan dan kerjap halilintar membuat darah dan

tubuh

yang basah itu berkilat dan darah dan basah hujan pada semen 44 %
ya-tanya. Mata yang menuntut. Mata yang menolak takdir. Tapi

tubuh-tubuh

bertato yang tegap itu tetap saja basah. Basah oleh darah da 43 %
nali tato di punggungnya yang sudah berlubang-lubang. Sebuah

tulisan

SAYANG MAMA, dan gambar salib di lengan kiri. Sawitri bisa m 71 %
dada Pamuji. Ia menulis di dada bidang lelaki itu: SAWITRI.

tulisan

itu masih dilingkari gambar jantung hati tanda cinta. Sawitr 74 %
kirinya ada lukisan mawar yang bagus. Di bawah mawar itu ada

tulisan

Nungki. Menurut Pamuji, itulah kekasihnya yang pertama. Lant 76 %
a lukisan wanita telanjang. Di dada wanita telanjang itu ada

tulisan

Asih. Menurut Pamuji pula, ia pernah jatuh cinta pada Asih, 77 %
kuk untuk melihat mayat itu. Meskipun ia tertidur bila hujan

turun

tengah malam dan iramanya mengajak orang melupakan dunia fan 18 %
gan Pamuji. Ah, masa-masa yang telah berlalu! Maka hujan pun

turun

seperti sebuah mimpi buruk. Semenjak tahun-tahun terakhir in 79 %
ika setiap kali hujan selesai selalu ada mayat tergeletak di

ujung

gang itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak akan mengalami na 95 %
i hujan reda, di mulut gang itu tergeletaklah mayat bertato.

untuk

melihat mayat bertato itu, Sawitri cukup membuka jendela sam 12 %
membuka jendela itu dan menengok ke kanan sambil membungkuk

untuk

melihat mayat itu. Meskipun ia tertidur bila hujan turun ten 17 %
g sedikit tatonya. Sawitri pernah membuka kain penutup mayat

untuk

melihat wajahnya tapi ia tak ingin melakukannya lagi. Sekali 24 %
ai. Sawitri hanya akan melihatnya sepintas, tapi cukup jelas

untuk

mengingat bagaimana darah membercak pada semen yang basah da 29 %
jahnya tertelungkup, namun cahaya lampu merkuri cukup terang

untuk

membuat Sawitri mengenali tato di punggungnya yang sudah ber 70 %
ti tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan waktu dua hari

untuk

mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum. Namun bukan hanya 75 %
. Dan kalau para penembak itu memberi kesempatan pada Pamuji

untuk

melawan, ia belum tentu kalah. Sawitri tahu, Pamuji juga san 94 %
sa kebanjiran, dan akan remuk jika tertimpa pohon yang tidak

usah

terlalu besar. Mungkin pula Sawitri tidak mendengar apa-apa 8 %
ungkuk. Ia selalu merasa takut, tapi ia selalu ingin menatap

wajah

mayat-mayat bertato itu. Jika mayat itu sudah terlanjur dike 20 %
ekalinya ia membuka kain penutup wajah, yang ia lihat adalah

wajah

menyeringai dengan mata terbeliak dan giginya meringis seper 25 %
a terbeliak dan giginya meringis seperti masih hidup. Sebuah

wajah

yang menyeramkan. Namun sebetulnya Sawitri cukup jarang ikut 25 %
an brewok dan celana kolor orang itu juga basah. Tidak semua

wajah

mayat-mayat bertato itu mengerikan. Kadang-kadang Sawitri pu 30 %
itu mereka seret saja sepanjang jalan ke kelurahan sehingga

wajah

orang bertato itu berlepotan dengan lumpur karena orang-oran 54 %
tu sampai ia melihat mayat. Ia tidak selalu berhasil melihat

wajahnya

karena kadang-kadang mayat itu sudah terlanjur ditutup kain. 22 %
nya. Sawitri pernah membuka kain penutup mayat untuk melihat

wajahnya

tapi ia tak ingin melakukannya lagi. Sekali-sekalinya ia mem 24 %
eda. Begitulah caranya Sawitri mengenali Kandang Jinongkeng.

wajahnya

tertelungkup, namun cahaya lampu merkuri cukup terang untuk 69 %
mbar jantung hati tanda cinta. Sawitri ingat, ia membutuhkan

waktu

dua hari untuk mencocok-cocok kulit Pamuji dengan jarum. Nam 74 %
t Pamuji, itulah kekasihnya yang pertama. Lantas ada lukisan

wanita

telanjang. Di dada wanita telanjang itu ada tulisan Asih. Me 77 %
a yang pertama. Lantas ada lukisan wanita telanjang. Di dada

wanita

telanjang itu ada tulisan Asih. Menurut Pamuji pula, ia pern 77 %
u merkuri yang pucat kekuning-kuningan kadang-kadang membuat

warna

darah pada dada dan punggung orang itu tidak berwarna merah 33 %
pa alamat pengirim, tapi hanya satu kali. Sawitri sebetulnya

yakin

Pamuji tak akan tertangkap. Pamuji sangat cerdik. Dan kalau 93 %
sa mendengar bunyi semacam letupan dan bunyi mesin kendaraan

yang

menjauh. Namun tak jarang pula ia tak mendengar apa-apa, mes 4 %
Mungkin ia memang tidak mendengar apa-apa karena bunyi hujan

yang

masih deras. Hujan yang deras, kau tahu, sering kali bisa me 6 %
mendengar apa-apa karena bunyi hujan yang masih deras. Hujan

yang

deras, kau tahu, sering kali bisa mengerikan. Apalagi kalau 6 %
ali bisa mengerikan. Apalagi kalau rumah kita bukan bangunan

yang

kokoh, banyak bocor, bisa kebanjiran, dan akan remuk jika te 7 %
k bocor, bisa kebanjiran, dan akan remuk jika tertimpa pohon

yang

tidak usah terlalu besar. Mungkin pula Sawitri tidak mendeng 8 %
kannya lagi. Sekali-sekalinya ia membuka kain penutup wajah,

yang

ia lihat adalah wajah menyeringai dengan mata terbeliak dan 24 %
eliak dan giginya meringis seperti masih hidup. Sebuah wajah

yang

menyeramkan. Namun sebetulnya Sawitri cukup jarang ikut berk 25 %
ara tetangganya. Sawitri hampir selalu menjadi orang pertama

yang

melihat mayat-mayat bertato itu. Ketika hujan belum benar-be 26 %
ujan belum benar-benar selesai sehingga tampak seperti tabir

yang

berkilat dalam cahaya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. 27 %
ampak seperti tabir yang berkilat dalam cahaya lampu merkuri

yang

kekuning-kuningan. Sosok tubuh manusia itu tergeletak betul- 28 %
p jelas untuk mengingat bagaimana darah membercak pada semen

yang

basah dan sosok itu pun segera jadi basah dan rambut dan bre 29 %
bertato itu tidur nyenyak dan tersenyum dalam buaian gerimis

yang

di mata Sawitri kadang-kadang tampak bagaikan layar pada seb 32 %
n layar pada sebuah panggung sandiwara. Cahaya lampu merkuri

yang

pucat kekuning-kuningan kadang-kadang membuat warna darah pa 33 %
orang itu tidak berwarna merah melainkan hitam. Darah itulah

yang

membedakan mayat bertato itu dengan orang tidur. Kadang-kada 34 %
istri dan anak-anak. Kadang-kadang Sawitri juga melihat mata

yang

bertanya-tanya. Mata yang menuntut. Mata yang menolak takdir 42 %
g-kadang Sawitri juga melihat mata yang bertanya-tanya. Mata

yang

menuntut. Mata yang menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato 43 %
a melihat mata yang bertanya-tanya. Mata yang menuntut. Mata

yang

menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato yang tegap itu teta 43 %
menuntut. Mata yang menolak takdir. Tapi tubuh-tubuh bertato

yang

tegap itu tetap saja basah. Basah oleh darah dan hujan dan k 43 %
arah dan hujan dan kerjap halilintar membuat darah dan tubuh

yang

basah itu berkilat dan darah dan basah hujan pada semen juga 44 %
hujan belum betul-betul selesai, maka Sawitri melihat mulut

yang

menganga itu kemasukan air hujan. Sawitri merasa tetangga-te 47 %
kali hujan reda dan mayat itu disemprot cahaya lampu merkuri

yang

kekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya yang terletak di sudu 49 %
ya lampu merkuri yang kekuning-kuningan. Dari dalam rumahnya

yang

terletak di sudut gang itu Sawitri mendengar apa saja yang m 50 %
a yang terletak di sudut gang itu Sawitri mendengar apa saja

yang

mereka percakapkan. Mereka berteriak-teriak sambil mengerumu 50 %
ercakapkan. Mereka berteriak-teriak sambil mengerumuni mayat

yang

tergeletak itu meskipun kadang-kadang hujan belum benar-bena 51 %
memegang kakinya. Sawitri tak pernah ikut dalam arak-arakan

yang

bersorak-sorai gembira itu. Ia cukup membuka jendela setiap 55 %
o seperti mayat-mayat itu dan bukankah di antara mayat-mayat

yang

tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda juga terdapa 58 %
t itu menggeletak di sana, betul-betul seperti bangkai tikus

yang

dibuang di tengah jalan. Sawitri merasa nasib mereka lebih b 60 %
jalan. Sawitri merasa nasib mereka lebih buruk dari binatang

yang

disembelih. Mayat-mayat itu tergeletak di sana dengan tangan 61 %
jadi satu. Kadang-kadang hanya kedua ibu jari tangannya saja

yang

disatukan dengan tali kawat. Kadang-kadang kakinya memang ti 62 %
Kadang-kadang kakinya memang tidak terikat. Bahkan ada juga

yang

tidak terikat sama sekali. Namun mayat-mayat yang tidak teri 63 %
n ada juga yang tidak terikat sama sekali. Namun mayat-mayat

yang

tidak terikat itu biasanya lebih banyak lubang pelurunya. Lu 63 %
ah garis di punggung dan dada, sehingga lukisan-lukisan tato

yang

indah itu rusak. Sawitri kadang-kadang merasa penembak orang 64 %
k gambarnya. Sebenarnya mereka bisa menembak hanya di tempat

yang

mematikan saja, tapi mereka juga menembak di tempat-tempat y 66 %
g mematikan saja, tapi mereka juga menembak di tempat-tempat

yang

tidak mematikan. Apakah mereka menembak di tempat-tempat yan 66 %
ang tidak mematikan. Apakah mereka menembak di tempat-tempat

yang

tidak mematikan hanya karena ingin membuat orang-orang berta 67 %
membuat orang-orang bertato itu kesakitan? Di tempat-tempat

yang

tidak mematikan itu kadang-kadang terdapat gambar tato yang 67 %
yang tidak mematikan itu kadang-kadang terdapat gambar tato

yang

rusak karena lubang peluru. Ia selalu memperhatikan tato ora 68 %
rena lubang peluru. Ia selalu memperhatikan tato orang-orang

yang

tergeletak di mulut gang setiap kali hujan reda. Begitulah c 69 %
p terang untuk membuat Sawitri mengenali tato di punggungnya

yang

sudah berlubang-lubang. Sebuah tulisan SAYANG MAMA, dan gamb 70 %
ok kulit Pamuji dengan jarum. Namun bukan hanya nama Sawitri

yang

bertato di dada Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirinya ad 75 %
Pamuji. Ia selalu ingat di lengan kirinya ada lukisan mawar

yang

bagus. Di bawah mawar itu ada tulisan Nungki. Menurut Pamuji 76 %
ar itu ada tulisan Nungki. Menurut Pamuji, itulah kekasihnya

yang

pertama. Lantas ada lukisan wanita telanjang. Di dada wanita 77 %
itulah maka Sawitri berkenalan dengan Pamuji. Ah, masa-masa

yang

telah berlalu! Maka hujan pun turun seperti sebuah mimpi bur 79 %
pada siang hari bolong di jalan raya dari dalam sebuah mobil

yang

segera menghilang. Mayat-mayat itu jatuh di tengah keramaian 85 %
. Tapi mayat-mayat bertato itu masih bermunculan dengan ciri

yang

sama. Tangan dan kaki mereka terikat. Mereka tertembak di te 89 %
. Tangan dan kaki mereka terikat. Mereka tertembak di tempat

yang

mematikan, namun masih ada lubang-lubang peluru lain di temp 89 %
matikan, namun masih ada lubang-lubang peluru lain di tempat

yang

tidak mematikan. Kalau mereka menembak di tempat yang tidak 90 %
tempat yang tidak mematikan. Kalau mereka menembak di tempat

yang

tidak mematikan itu lebih dulu, rasanya pasti sakit sekali, 90 %
g itu, siapa bisa menjamin Pamuji tidak akan mengalami nasib

yang

sama? Itulah sebabnya Sawitri selalu gemetar setiap kali bun 96 %


The End

back to top

link to Jim Henry's Concordance Program